Part 6

206 3 0
                                    


Rafly mengambil sebatang rokok dari tangan Irwan dan menciumnya. Dengan refleks langsung di buangnya, muka Irwan meradang sambil memungut rokoknya.

"Kenapa kamu buang Raf, ini nyawa aku" ujarnya marah.

"Jauhi barang haram itu kak"ucap Rafly tegas.

"Apa maksud kamu dengan barang haram?"

"Ini ganja kak" ujar Rafly. Irwan membelalak tak percaya.

"Gak mungkin Raf, Ini rokok biasa dan aku hanya kecanduan"

"Aku hidup di jalanan udah bertahun-tahun kak dan aku kenal siapa Badenk, dia pemakai sekaligus pengedar, dan kak Irwan sudah menjadi sasarannya selama ini. Kak Irwan harus bisa lepas dari barang haram itu atau hidup kak Irwan akan semakin menderita"
Irwan terdiam, rasanya masih tak percaya, tanpa di sadari, dirinya kini sudah menjadi budak barang haram itu.

"Aku akan bantu kak Irwan lepas dari barang terkutuk itu" ucap Rafly meyakinkan, tangan kanannya menepuk bahu Irwan dengan kuat. Irwan menoleh menatap anak yang masih berumur 14 tahun ini, Nampak begitu dewasa dengan ucapannya.

***

Kamar yang berantakan, setelah kepergian ibunya tak ada lagi yang mengurus kamar Irwan. Baju2 kotor serta debu berserakan dimana2, di atas kasur yang tipis, Irwan duduk bersender sambil memandangi 2 batang rokok yang di belinya dari Badenk. Pikirannya
menerawang, Irwan masih tak percaya dirinya telah kecanduan barang haram ini.

"Kenapa aku terjebak dengan semua ini" senyum manis gadis
mungil telintas dalam benaknya.

"Jika Ega tau semua ini mungkin dia...aaarrrggghhhh..!!! Ini semua gara2 bapak dan ibu.. Kalau saja mereka tak egois dan memikirkan aku sebagai anaknya, mungkin aku takkan mengenal barang haram ini" Irwan menjambak2 rambut nya sendiri menangis
meratapi keadaannya.

"Aku harus lepas dari semua ini. Aku mau lepas dari semua ini" Teriaknya.

Gubrrraaakkkk.!!! Suara gebrakan dari pintu kamarnya.

"Berisikkkk....!!!" Sergah bapak
irwan, Irwan semakin emosi, keluar dengan penuh amarah, sorot matanya penuh dengan kebencian. Mukanya meradang, tangannya mengepal kuat.

"Aku benci bapak..!!" Teriaknya.

"Kalau kamu benci pergi saja dan ikut ibumu sana!"  Suaranya terdengar jauh dari kamar bapaknya. Emosi Irwan semakin berapi mendengar ucapan bapaknya yang sudah tak peduli dengan hidupnya, Ia mengemas baju dan buku2..lalu pergi dengan keadaan emosi melangkah tanpa arah, menyusuri jalanan kota.

"Kemana aku harus pergi gak
mungkin kembali ke markas (tempat berkumpulnya anak2 jalanan ) Aku pasti bertemu Badenk. Tidak tidak tidak. Aku mau lepas dari barang biadab itu, aku mau lepas. tiba2 teringat dengan Rafly.

"Aku tau harus kemana" desahnya dengan melangkah setengah
berlari memasuki sebuah gang, langkangnya mulai pelan, pandangannya mengedar memperhatikan penghuni setiap rumah, dan terhenti diujung gang sebuah rumah yang sederhana.
Berdindingkan papan. Rafly duduk di bangku lebar yang terbuat dari bambu begitu serius dengan
buku yang di pangkunya.

"Ehem Rafly" Sapa Irwan.

"Kak Irwan! Sini masuk kak" Rafly begitu senang dengan kedatangan Irwan, ia mengajaknya masuk.

"Ibuu..!! Ada temen aku nih bu"
Teriak Rafly dari luar. Tak lama kemudian seorang perempuan berhijab keluar bersama laki2 berkopiah hitam, Kumis tipis melintang di atas bibirnya.
Dan seorang anak kecil berambut panjang sedang memeluk boneka bersembunyi di balik rok wanita
berhijab. sesekali kepalanya muncul memandangi Irwan.

Diatas Sajadah Aku MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang