⛔ dua : target

3.8K 252 116
                                    

Aku baru saja memberi sentuhan akhir pada beef steak saus yang aku buat, hingga Jose memanggilku dengan teriakannya.

Pria gendut dengan senyum lebar yang simestris dengan wajahnya. Aku merengut seketika karena ia mengganggu konsentrasiku.

"Aigoo, wajahmu itu. Bisakah sedikit lebih santai?"

Aku mengacuhkan omelannya selagi ia bersiap mengganti pakaiannya dengan seragam koki.

Aku selesai dengan masakanku dan ku sodorkan padanya begitu ia kembali dari ruang ganti.

Jose mencicipinya dengan antusias. Ia tidak pernah mengecewakanku soal menilai masakanku.

"Ehmm.. Kau menambah saus tomat dan bawang putih untuk meningkatkan rasanya?"

Aku menggendikkan bahu dan ia kembali berseru, "- ini masih belum menambah nilai jualnya Yongie."

"Sepertinya aku harus membuat eksperimen baru lagi" ujarku lalu ikut menyicipinya.

Jose berdecak dan ia mulai mengambil bahan untuk menu-menu yang sudah menggantung dihadapannya.

"Ini restoranmu. Lakukan saja apa yang kau suka Jiyongie. Pergilah dari dapurku, aku harus bekerja!!"

Jose mulai lagi menaikkan nada suaranya. Kalau saja dia bukan partnerku yang bisa ku andalkan, mungkin pita suaranya itu sudah ku hilangkan-

Aku baru akan berbalik ketika dia memanggilku lagi, "Ah.. Kemana kau kemarin malam? Aku menelponmu soal Dara. Gadis itu sudah mendapatkan sponsornya -"

Aku tak sadar telah tersenyum. Jose mengeryit dan ia langsung memberondongiku dengan pertanyaan yang penuh selidik.

"Kau selalu memanfaatkan dia -"

Aku berdeham, "Kami hanya melakukan tugas layaknya simbiosis mutualisme -"

"Gadis itu tak pernah mengecewakanmu. Kapan kau akan mulai memikirkan masa depan?"

Aku mulai tak senang dengan pembicaraan ini. Well, pernikahan - komitmen - Cinta adalah hal yang ku benci. Setidaknya, itu adalah hal yang ku hindari agar hobiku tetap dalam keadaan aman.

"Aku tidak akan menikah."

Jose termangu. Pisau ditangannya sampai terjatuh ke pantry. Dia menggeleng lalu meneruskan pekerjaannya memotong daging.

"Terserah kau saja lah -"

Ucapan Jose terhenti karena melihat sesuatu di belakangku. Aku menoleh dan ikut melihat apa yang ia lihat.

Seorang ibu muda bergaya trendy tengah menghardik anak perempuannya. Hanya karena saus yang tumpah pada dress pinknya, sang ibu marah dan memaksa anak itu pergi membasuh dress itu ke wastafel terdekat.

"Bagaimana bisa anak perempuan jorok sepertimu!! Kau harus belajar anggun dan jangan buat aku malu!! "

Tanganku terkepal dengan kerasnya. Ucapannya itu sama sekali tidak masuk akal.

Aku menarik jaketku lalu bergegas.

"Yaak Yongie!! Jangan lupa hubungi Dara nanti -"

Aku tak mendengarkan secara lengkap teriakan Jose padaku. Pikiranku sudah sangat penuh dengan si ibu yang sok hebat itu.

Aku menghampiri mereka dan sang Ibu langsung salah tingkah melihat kedatanganku.

Entah ia bingung atau terpana, yang jelas ia hanya mampu meneguk ludah saat ku sunggingkan senyum padanya.

Aku mengacuhkan sang ibu lalu beralih pada gadis kecil yang sudah menangis sesegukan. Aku mengambil sapu tangan lalu membersihkan dressnya yang kotor.

Sang ibu menolak dan dengan lembut ia berkata padaku, "Terima Kasih. Anakku memang ceroboh sekali kalau makan."

Aku meliriknya lewat ekor mataku. Ia diam dan tak lagi berkomentar.

"Setidaknya, jangan menghardikknya -"

Kesal karena ku tegur, ibu muda itu menghentakkan kaki kesal . Ia langsung bergegas menarik putrinya ke toilet .

Selagi mereka pergi , aku sengaja mendekati meja makan mereka.

Melihat tas yang terbuka dan mengambil kartu namanya.

Kim Jung Oh.

Seorang Sales marketing di salah satu showroom mobil.

Lagi-lagi marga Kim.

Aku menimbang - nimbang hari yang pas untuk mengikatnya.

Ibu muda ini harus di beri pelajaran agar ia tau makna kesabaran dalam mengurus anak.

.

.

Well.. Udah ada yang ngeh kriteria targetnya Jiyong?

Maaf kalau pendek yah.. Lagi suka nulis yg pendek2. Btw... Ini bkn cerita kanibalisme 😂😂😂 maaf klo bingung ama prolog kmrin heheheh

[MINRENEJI SERIES] PEEK➖A➖BOO (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang