⛔ tiga : Mino side

3K 229 144
                                    

Note : Dicerita ini aku pake tiga orang sudut pandang. Jiyong — Mino dan Irene.

Untuk bedakannya aq slalu kasih judul berdasarkan side siapa. Untuk kali ini Mino dan next Irene.

Untuk Jiyong karena dia pemeran utama jadi cukup dgn judul. TQ.

➖👉🔞👈➖

Cahaya matahari menyilaukanku. Aku bergerak malas sambil menutupi seluruh tubuhku yang kini tengah telanjang.

Aku berdecih ketika suara musik sudah memekakkan telingaku pagi-pagi. Ternyata aku memang sudah ditakdirkan untuk bangun dan tak lagi bermalas-malasan.

Akhirnya aku bangkit setelah memakai boxer bergambar batman itu.

Aku berdecih lagi melihat selera Irene saat membelikanku satu set pakaian dalam.

Dan yah,  siapa lagi kalau bukan si nona bawel yang menyetel musik sekeras ini.

Ia bahkan tengah menggoyangkan pinggulnya sambil memasak saat aku diam-diam melangkah mendekatinya —

I've been there all night
I've been there all day..
And boy.. got me walkin side to side

Bergoyang seperti di lagu itu. Aku bergerak untuk menunjukkan padanya akibat dari perbuatannya itu.

Seperti dugaanku,  Irene langsung berdiri dengan tegang.

Ia berbalik dan mencoba menjauhkan tubuhku darinya. Aku masih setia memeluk pinggangnya saat ia menatapku horor.

"Sarapan?" ia bertanya dan aku mengangguk.

Irene semakin gugup saat aku sedang menggesekkan tubuh depannya.

"Ehmm.. By the way,  sarapan roti maksudku —"

Bagaimana ia tidak menyelerakanku.

Irene dengan nakal hanya mengenakan kaos besar dengan celana dalam yang bahkan bisa ku lihat tanpa membungkuk.

Aku rasa beberapa ronde semalam masih belum menghilangkan euforiaku..

I need her , now —

Jadi ku selipkan langsung tanganku pada belahan pantatnya .  Ku sapu memutar ke depan dan ke belakang terus hingga celana dalamnya perlahan turun.

Irene hanya bisa terengah saat aku mulai menyentuhnya. Ucapannya mulai tak jelas saat bibirku sudah menyentuh dadanya dari balik kaosnya.

"Nanti kau akan ter... lambat Min — o.."

Ia tersentak begitu jariku mulai memutari daerah intimnya. Aku masih belum melakukannya terlalu kencang tapi ia sudah terdesak untuk semakin merapat padaku.

"Kantor polisi masih belum buka jam segini —" jawabku sambil menggesekkan jariku padanya lebih bersemangat lagi.

Irene sudah mencengkeram bahuku agar tak terjatuh akibat orgasmenya. Tanpa melepas kaosnya,  aku sudah menarik sebelah kakinya untuk memeluk pinggangku.

Ia menurut dan langsung menutup matanya saat aku mulai menghentakkan milikku pada tubuhnya dalam - dalam.

.

.

"Kau suka apartment baruku?"

Irene duduk menyamping di pangkuanku. Aku mengendus rambutnya lalu mencium pelipisnya.

Rasa rindu ini,  bagaimana bisa sebulan lebih aku tak bersama tunanganku?

Banyak kasus di kantor dan itu menguras semua tenaga dan pikiranku.

Irene yang supel dan tak membuat masalah,  itu sudah menjadi rasa terima kasihku padanya.

Gadis ini bisa ku andalkan dan membuatku nyaman setiap kali aku merasa kelelahan.

"Ehmm.. Aku suka. Dekat dengan kantorku."

Irene menciumku lagi sambil memasukkan potongan apel ke mulutku.

"Aku mendapat pekerjaan bagus. Aku rasa pilihanku tak salah untuk menjadi sponsor salah satu klienku. "

Senyumku menghilang dengan apa yang ia katakan itu, "Jangan mengambil resiko besar Irene —"

Irene menolak untuk di cerca, "Hei.. Kau lupa seberapa hebatnya aku memilih proyek? Biasanya tak pernah meleset."

"Kau terlalu ambisius —"

"Yah karena tunanganku sangat pemalas —"

Aku berdecak sebal dan ia hanya terkekeh melihat alisku sudah menyatu karena ucapanya.

"Kasus apa yang sedang kau tangani sekarang?"

Irene mengintip semua berkas yang berserakan di meja. Aku membungkuk untuk mengutip kertas-kertas itu saat ia masih setia duduk di pangkuanku.

"Kasus orang hilang. Dalam sebulan dua orang ibu rumah tangga menghilang."

Irene mengambil salah satu kertas dan ia mulai ikut campur, "Dia tinggal di sekitar sini?"

Aku mengusap wajahku kasar lalu mencium pundaknya lagi, "Jangan pulang terlalu malam. Kita harus sering berkomunikasi mulai sekarang."

"Hei.. Aku bahkan lebih jago karate daripada kau —"

Irene mengejekku dengan tangannya yang terayun dan wajahnya yang meremehkan.

"Yaakk... Kau pikir sekarang aku selemah itu? Huh?"

Irene mengangguk antusias dan itu malah membuat sesuatu terbangun di bawah sana.

Karena ia bergerak dengan mengguncangkan tubuhnya.

"Tapi setidaknya,  aku tak pernah lemah saat memuaskanmu —"

Aku memulainya lagi dengan menyingkap kaosnya.

Dan Irene hanya bisa bengong saat aku sudah menerkam kedua payudaranya —

.

.

Sesuai permintaan (?) tapi aku gak bisa bikin yang terlalu ekstrim :p

Sooo... Segini aja yak.. 😜

[MINRENEJI SERIES] PEEK➖A➖BOO (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang