Chapter 4 : Candella Hill

48 6 0
                                    

Setelah mendengarkan rencanaku, Robb dengan spontan mengatakan akan membantuku tapi dia harus berunding dengan dewan para outlaw dulu. Aku tidak keberatan dengan bantuannya malahan aku beruntung karena kalau dipikirkan lagi, aku akan kesulitan melintasi negara tanpa ketahuan Leviath. Robb menyarankan padaku untuk ikut rapat dewannya tapi sebelumnya dia mengajakku untuk makan siang dulu. Robb pun membawaku ke ruang makan di gua. Saat melihat makanan perutku langsung keroncongan dan aku rasa aku bisa memakan separuh dari makanan ini. Setelah mengambil makanan aku langsung duduk di samping Nym dan Robb duduk di sampingku.

"Jadi, kau seorang Putri?" Tanya Nym. "Kenapa aku tidak tahu itu?"

"Karena kau belum pernah melihat Putri sebelumnya." Sahut Robb.

Pipi Nym langsung berubah menjadi merah. "A-Aku-Memangnya kau pernah?"

"Pernah." Jawab Robb dengan santai.

"Jangan dengarkan dia, Nym. Tentu saja kau tak tahu, aku kan dari Aerie dan aku jarang memunculkan diriku di publik." Kataku.

"Tidaaak." Sahut Robb dengan dramatis. "Sang Putri memihak Nym."

Otomatis aku langsung tertawa melihatnya. Sejak aku melihatnya tadi, aku mengira dia orang yang serius tapi ternyata dia bisa menjadi kekanak-kanakan. Robb menaruh tangannya di depan dadanya.

"Misiku sudah tercapai." Katanya. "Sang Putri tertawa."

"Hey aku kan bukan tipe orang yang setiap saat cemberut." Kataku. "Walau kita baru kenal beberapa menit yang lalu tapi kau harus tahu itu."

"Sebenarnya Robb selalu cemberut." Kata Nym sambil menyeringai.

"Aw Nym, jangan membongkar rahasia kita dong." Tapi Robb ikut tertawa bersamaku. Hmm, aku tidak tahu aku bisa tertawa selepas ini bersama orang-orang yang baru aku kenal.

Setelah menghabiskan makanan, Robb langsung meninggalkan meja dan mataku mengikutinya sampai di meja paling pojok. Dia berbicara dengan orang-orang di sana dan mereka mengangguk mendengarkan Robb.

"Siapa mereka di sana itu?" Tanyaku pada Nym.

"Para anggota dewan."

"Mereka terlihat masih muda." Aku melirik ke beberapa pria tua di ruangan ini. "Kenapa Robb tidak memasukan orang-orang tua ke anggota dewannya? Bukannya orang tua lebih bijak?"

"Robb bilang orang tua bisa sangat membosankan." Kata Nym dengan santai.

Aku kembali menatap Robb dan beberapa saat kemudian dia menangkap mataku dan aku cepat-cepat mengalihkan tatapanku. Aku menghadap Nym dan mencari alasan topik pembicaraan.

"Nym, matamu indah sekali." Oh sialana aku sangat payah.

Nym langsung salah tingkah. "Oh benarkah?"

Dari belakangku aku bisa mendengar Robb berdeham dan dengan ragu-ragu aku pun menghadapnya dengan sengiran di wajahku. Robb mengerutkan keningnya sambil menatapku dengan Nym.

"Kenapa kau menggoda Nym?" Katanya. "Nym masih terlalu muda untukmu."

"Aku lima belas." Kata Nym.

Aku mendorong Robb. "Aku tidak menggodanya, idiot."

Robb menyipitkan matanya. "Baiklah, kita akan membicarakan ini lagi nanti tapi sekarang Sang Putri punya rapat yang harus dihadirinya."

Di kabin ada sebuah ruang dengan meja dan kursi yang disusun seperti ruangan rapat di kerajaan. Robb duduk di sebelahku sementara yang lainnya mulai mengisi kursi-kursi yang tersedia. Anggota dewan Robb berjumlah 7 orang dan mereka semua masih muda. Di sebelahku duduklah seorang lelaki dengan rambut ikal dan berkulit coklat. Dia sangat besar dan rasanya sangat mengintimidasi. Robb memulai rapat dengan memperkenalkan aku dan menceritakan tentang bagaimana dia menyelamatkanku lalu dia mulai menceritakan Ariston dan terakhir dia pun menceritakan rencananya dan rencanaku. Robb sudah meringkas kedua rencana itu dan kedengarannya lebih baik. Setelah selesai dia menyuruh seorang lelaki bernama Sevi untuk mengambil peta dan peta itu dibentangkan di meja dan Robb pun mempersilahkan anggota dewannya untuk bertanya. Seorang lelaki yang kalau tidak salah bernama Smith mengangkat tangannya.

DisseverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang