Chapter 6 : Princess

43 2 2
                                    

Saat matahari mulai terbenam, Robb memutuskan untuk berhenti dan mulai mendirikan kemah untuk nanti malam. Nym, Smith dan Kevin mencari kayu bakar sedangkan Robb dan Arlo memutuskan untuk mencari makan malam. Karena aku tidak tahu harus berbuat apa jadi aku memutuskan untuk menjaga Ariston. Rupanya seseorang meninggalkan pedangnya di dekat gerobak. Mungkin Kevin atau Smith. Aku menarik pedang itu dari sarungnya dan mulutku terbuka. Bilahnya lumayan panjang dan lebar dan yang membuatku terkesan adalah warnanya hitam. Lebih terlihat terbuat dari batu dari pada dari besi. Bilahnya dihiasa ukiran dan dekat dengan gagangnya ada simbol api Candela.

Aku mengangkat pedangnya dan lumayan ringan untuk pedang sebesar ini. Aku bisa melihat pantulan diriku dengan jelas pada bilahnya. Aku menyentuh kepangan di rambutku. Tidak buruk, Robb. Aku melirik kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada yang melihat lalu aku mengayunkan pedangnya. Aku pernah mengayunkan pedang sekali dan itu saat Ayahku masih hidup. Pedang miliknya lebih kecil dari ini tapi saat itu rasanya seperti mengayunkan sebatang pohon. Sayangnya Ibuku menangkap basahku saat itu dan dia menjauhkanku dari pedang sejak saat itu. Seorang Ratu tidak menggunakan pedang, mereka tidak berkelahi. Oh mengayunkan pedang hitam ini membuatku merasa sedikit bersalah.

"Maaf Mum tapi kalau aku tidak menggunakan senjata, aku akan mati di luar sini." Aku berputar sambil mengayunkan pedang dan saat aku berhenti aku kaget melihat Robb hanya beberapa inci dari ujung pedang. "Oh ya ampun Robb maaf-"

Robb menjangkau tanganku yang sedang menggenggam gagang pedang. Kulitnya menyentuhku lagi untuk yang kedua kalinya hari ini tapi rasanya masih aneh. "Ya tuhan kau petarung yang payah."

Aku mengeluarkan tawa lega. "Aku buka petarung, idiot."

Dia mengambil pedangnya dari tanganku. "Yeah aku bisa melihatnya. Dan itulah mengapa aku sepakat untuk melatihmu."

Dari arah Robb datang, seekor rusa mati sedang digeret oleh Arlo. "Aku sumpah tidak akan membagi daging ini kalau kau tak membantu, Robb."

Robb mendengus tapi dia membantu Arlo juga. "Ayolah aku kan yang menembak matanya."

"Ya dan aku yang menggeretnya dari tempatmu meninggalkanya."

Setelah Arlo dan Robb menempatkan rusanya, Arlo mulai menguliti rusa itu dan Robb mengambil sarung pedang yang aku ambil. Dia memasukannya dan memasang pedang itu di sabuknya.

"Itu pedangmu?" Tanyaku.

"Ya." Jawabnya dengan santai. "Aku lebih suka berburu menggunakan panah."

"Pedangmu sangat cantik." Kataku. "Dan hitam."

"Aku dapat dari Ayahku, katanya bilahnya terbuat dari obsidian dan besi. Sampai sekarang aku masih tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi."

"Aku kan sudah bilang, penyihir yang membuat pedang itu." Kata Arlo.

"Hmm kenapa Ayahmu bisa mendapatkan pedang buatan penyihir?"

Robb menimbang-nimbang. "Pertanyaan bagus. Kemana para pencari kayu bakar kita?" Robb dengan jelas berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Mencari kayu bakar tentu saja." Kata Arlo dengan tenang dan itu membuatku tertawa.

"Aku akan mencari mereka." Robb pun pergi ke arah Nym, Smith dan Kevin pergi tadi.

"Dia mengalihkan pembicaraan ya?" Tanyaku pada Arlo.

Arlo mendongak dari rusanya. "Robb memang tidak suka membicarakan Ayahnya, dia bisa menjadi sangat tertutup soal itu."

Aku tersenyum. "Hey bolehku bantu?"

"Memangnya kau bisa menguliti rusa?"

Aku mendesah. "Aku tak tahu tapi dari tadi rasanya aku sangat tak berguna."

DisseverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang