Kita Tidak Akan Pernah Menyerah

44 5 0
                                    

Dr. Kadowaki berjalan menyusuri lorong sambil membaca data milik Rinoa. Ia berjalan menuju ruang kesehatan bermaksud untuk memeriksa keadaan pasiennya itu. Dia sangat tertarik dengan hasil tes dan status medis milik pasien barunya. Tidak ada yang salah dengan Rinoa. Semua organnya berfngsi dengan baik, jantungnya berdetak dengan normal, Rinoa tidak menunjukan adanya penyakit dalam tubuhnya. Dan walaupun dia dalam keadaan tidak sadar, otaknya tetap tidak menunjukan adanya masalah.

Dr. Kadowaki sampai di depan pintu ruang kesehatan. Ia berhenti membaca data pasiennya kemudian menyelipkan data yang ia baca ke lengannya. Ia membuka pintu dan langsung menuju ruangannya untuk menyimpan lembaran-lembaran data yang ia bawa kemudian membuat secangkir kopi bahkan tanpa menyalakan lampu terlebih dahulu.

Setelah itu, Dr. Kadowaki berbalik untuk segera memeriksa Rinoa, tapi ia terkejut saat sadar disana ada orang lain yang terduduk didekat kasur tempat Rinoa terbaring.

Sang Dokter secara perlahan dan hati-hati menyimpan secangkir kopi di atas mejanya tanpa melepaskan pandangan dari orang tersebut. Ia berjalan perlahan menuju saklar untuk menyalakan lampu. Ia langsung terkejut setelah melihat siapa yang ada di sebelah Rinoa, tapi kemudian ia tersenyum dibarengi gelengan kepala.

Siapa lagi kalau bukan Squall Leonhart, pemimpin Balamb Garden saat ini. Dia pernah merawat Squall saat Seifer melukai wajahnya saat sesi latihan. Dr. Kadowaki percaya bahwa Squall adalah orang yang cakap dan handal, tapi terkadang menjadi ceroboh saat ia bersama Seifer. Squall juga adalah orang yang paling dingin yang pernah ia temui. Ia tidak pernah membayangkan orang seperti Squall akan menggenggam tangan seseorang, apalagi tangan seorang wanita. Lagipula Rinoa merupakan gadis yang sangat menawan. Ia tahu bahwa jika ada seseorang yang bisa melelehkan tembok dingin yang mengelilingi Squall, maka orang itu adalah Rinoa.

Setelah memperhatikan pemuda itu tertidur di sebelah gadis yang ia cintai, Dr. Kadowaki memutuskan lebih baik membangunkannya. Lagi pula, keduanya memiliki banyak tugas yang harus dilakukan. Ia mendekati Squall dan secara perlahan menepuk bahu Squall.

"Squall. Hey, Squall!! Saatnya bangun!"

Dr. Kadowaki tersenyum saat Squall mulai terbangun. Ia melepaskan tangannya dan mundur untuk memberikan ruang agar Squall bisa meregangkan tubuhnya.

Perlahan Squall membuka matanya, tubuh dan pikirannya mulai kembali berfungsi. Ia menggerakan matanya menyusuri ruangan, membuatnya sadar ia masih berada di ruang kesehatan bersama Rinoa. Setelah matanya bertemu cahaya, ia berdiri dan memulai meregangkan tubunya sambil menguap. Disaat itu ia tersadar kalau disana ia tidak hanya berdua bersama Rinoa.

Squall tersentak, kakinya pun membentur kursi yang ia duduki, terkejut dan tentu saja merasa malu saat ia melihat Dr. Kadowaki memandang dirinya dengan senyum menggoda.

"Dokter!?" Dia hampir berteriak karena kaget. "Um..Aku..Uh.." Tidak tahu apa yang harus ia katakan, Squall hanya tergagu-gagu mencari alasan.

"Oh, bagus. Mungkin dia melihatku menggenggam Rinoa saat aku tertidur. Aku harus memikirkan sesuatu, cepat." Dalam pikirannya yang bingung. "Uh.. Yah, Dok.. Kau melihat..".

'Tidak apa-apa, Squall. Kau tidak perlu menjelaskan apapun. Lagipula, Kau tidak bisa menjelaskan secara pasti apa itu cinta, ya kan?" Kadowaki tertawa kecil saat melihat wajah Squall yang mulai memerah setelah mendengar komentar terakhirnya. "Jangan khawatir, rahasiamu aman ditanganku," Dia berjanji dengan sebuah kedipan.

Squall merasakan hawa panas dipipinya, mungkin wajahnya sudah memerah. Dia hanya tidak biasa tertangkap dalam situasi seperti ini. Ia membuka mulutnya berusaha menyangkal apa yang Dr. Kadowaki katakan, tapi kemudian berpikir kalau itu tidak ada gunanya.

FragmenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang