Kecewa

2 1 0
                                    

Keadaan di Hell Gate semakin memburuk. Kerusakan yang di akibatkan pertarungan mereka semakin membesar akibat serangan terakhir Reed terhadap Dylan.

Reed melayang rendah di atas tanah, memandang sahabatnya yang terbaring. "Sepertinya aku telah membuatmu kecewa," ujar Reed dengan senyum menghina.

Dylan membangunkan dirinya. Tubuhnya masih terasa nyeri akibat hantaman yang Reed berikan. Ia pikir mungkin beberapa dari tulangnya ada yang patah.

"Konyol sekali. Aku? Kecewa?" Dylan tersenyum kecut. "Satu-satunya yang kau kecewakan adalah dirimu sendiri, Reed."

Reed tertawa setelah mendengar pernyataan Dylan. "Dengan kekuatan ini, tidak ada yang dapat mengecewakan ku." Tangannya mengeluarkan bola energi kegelapan kemudian ia pandang dengan kebanggaan pada dirinya.

"Lihatlah sekitar mu!" Dylan berteriak. "Setelah ikrar yang kita buat. Setelah perjuangan kita selama ini. Kau memberikan jiwamu untuk--" Dylan berhenti karena memuntahkan darah.

"Dylan, Dylan, Dylan. Kau tidak pernah berubah. Selalu saja naif. Aku baru sadar, semua cahaya yang kita pegang sebelumnya, dibandingkan dengan kekuatan ini--"

"Aurora!" Dylan memotong perkataan Reed.

Reed terdiam sejenak, rasanya seperti tertusuk sesuatu setelah nama itu ia dengar. Kakinya kini menyentuh tanah.

"Lihat sekeliling mu!" teriak Dylan sekali lagi. Kali ini berhasil membuat Reed melihat kesana dan kemari seperti orang yang kebingungan.

Reed terdiam lagi. "Usaha yang bagus." sorot mata dan sifatnya tiba-tiba berubah, senyum liciknya kembali. "Reed tidak akan kembali." Ia melesat maju dan memukul Dylan hingga terhempas cukup jauh.

Dylan terbaring mencoba menggerakan tubuhnya, tetapi tak bisa. "Aurora! Kau telah membunuh Aurora, Reed!" Kata Dylan.

Reed kembali merasakan tubuhnya tertusuk. Namun, kali ini terasa lebih menyakitkan. Ia terhuyung kemudian jatuh berlutut. Matanya menemukan tubuh seseorang yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berlutut.

"Kekuatan itu tak hanya menghilangkan cahaya di hatimu. Kau telah merenggut orang yang kau cintai," Dylan mengeluarkan air mata, "yang aku cintai."

"Tidak!" Reed memegang kepalanya.

"Kau milikku, Reed." ucap Reed lagi tapi suaranya sangat berbeda, bukan suaranya.

"Aurora?" Reed berdiri dan menghampiri tubuh yang sebelumnya ia temukan. "Tidak, tidak tidak," ia mulai panik.

Reed berhenti lagi, senyuman jahatnya kembali tapi kemudian ia berteriak lagi. Kini ia sadar, sesuatu telah merasuki dirinya dan membuatnya harus bertarung melawan dirinya sendiri.

"Keluar!" teriaknya.

Pandangannya kesana kemari mencari sesuatu. Kemudian terhenti setelah menemukan benda itu pada genggaman Aurora yang sudah tak bernyawa.

Reed mendekati Aurora kemudian berlutut. Sesekali menggeram karena kekuatan itu mencoba mengambil alih kembali tubuh Reed, tapi berhasil ia atasi. Ia telah melakukan sesuatu yang buruk dan akibatnya adalah membuat orang yang ia cintai terbaring untuk selamanya.

"Dylan!" teriaknya mengembalikan Dylan yang hampir tak sadarkan diri. "Kau benar. Aku telah melanggar ikrar ku. Seperti ini kah rasanya kecewa." Ia menangis. Menyesal dan marah pada dirinya sendiri.

Reed mengambil sebilah pisau berwarna putih yang Aurora genggam. "Aku akan menyelesaikan misi kita. Ingat, kan? Hanya pisau Aurora yang bisa memusnahkan kekuatan ini."

Dylan mengerti apa yang akan Reed lakukan. Tapi ia tidak bisa kehilangan kedua sahabatnya. Ia panik dan ingin segera menghentikan Reed, tapi tubuhnya tidak bisa ia gerakan. Bahkan untuk bicara pun ia tak sanggup. Nafasnya memburu ketika ia menatap punggung Reed. Kemudian semua menjadi gelap.

The End

FragmenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang