it's hard to know, but i'm sorry

56 3 0
                                    

2 tahun setelah kepergian Asma



Ini adalah tahun terakhir ku menyelesaikan kuliah, ya aku sedang disibuk kan dengan urusan skripsi. Aku benar-benar dibuat sibuk. Tapi aku sendiri, aku masih menanti nya. Bahkan ketika aku tidak mengetahui bagaimana kabarnya sekarang.

Aku benar-benar tidak tau, apa kah masih ada aku di hatinya? Hati ini masih menanti kan mu wahai Asma ku. Nama mu masih terukir indah di hati ku. Aku hanya bisa berharap semoga Tuhan datang dan memberikan ku kesempatan kedua.

Sesekali sahabat ku Adam bertanya, mengapa aku tidak juga memilih untuk mencari yang lain. Tapi aku pun bingung mengapa hati ini selalu menulis kan nama Asma. Aku sudah terlanjur jatuh hati dengan nya, maka sampai kapan pun itu akan terus aku perjuang kan cintaku untuk nya. Meski itu harus mengorbankan kebahagiaan ku.


Hari ini adalah hari OKPK di kampus ku, jika kalian bingung OKPK itu apa, itu adalah semacam MOPD. Dan itu jauh lebih kejam lagi dari MOPD bagi calon mahasiswa. Adam mengajak ku refreshing sejenak melihat pemandangan OKPK. "sekalian cuci mata kali aja ada cewek cantik" ucap nya membuat ku geleng kepala.

Ia masih saja Adam si otak play boy. Tapi jangan salah, ia hanya covernya saja yang paly boy, isi hatinya tetap cowok sejati kok. Aku melihat-lihat keadaan sekitar membuat ku teringat dengan masa-masa ku mengalami OKPK, benar-benar menyusahkan. Tapi fokus ku di alihkan dengan suatu pemandangan. Baru saja seorang wanita lewat di depan ku dan mambuat ku tersentak.

Setelah sadar bahwa itu bukan diri nya aku langsung mengalihkan perhatian ku lagi.


"bahkan aku masih bisa membayangkan dirimu hadir disini Asma" ucap ku pelan. Aku terus berdiam diri. Memperhatikan semua nya, setelah merasa lelah aku pun kembali ke ruangan ku untuk kembali menyusun skripsi. Aku memang sangat jarang dirumah, terkadang aku lebih memilih menginap di aula kampus untuk belajar.

Hari ini pun sama, aku lebih memilih pulang larut di kampus untuk menyelesaikan tugas skripsi ku.



Esok pun tiba, aku sedikit terlambat jadi aku harus lebih bergegas dibanding hari sebelumnya. Aku telat 10 menit ketika sampai kampus, aku langsung berlari menuju kelas ku. Tapi sial nya aku harus menyela waktu ku beberapa menit untuk pertunjukan drama di kampus. Aku menabrak seseorang hingga berkas yang ia bawa menjadi berantakan. Aku langsung mengambilkan berkas-berkas itu dan menyusun nya seperti semula.


"ini dek... maa..f" ucap ku sedikit kaget melihat wajah nya. Dia sangat mirip dengan Asma, meski hanya dari segi wajah tetap saja itu membuat ku menjadi teringat akan masa lalu.


"iya kak... maaf juga ya kak..." balas nya sambil tertunduk dan tersipu malu. Aku pun hanya mengangguk dan pergi.

Hari itu hati ku tidak bisa berhenti memikirkan Asma. Terutama kenangan-kenangan bersamanya. Entah sampai kapan, mungkin sekarang ini dia disibukkan dengan kuliah nya di luar negeri sana. Tapi jika saja dia tau, aku merindukan nya.

Hari semakin siang, aku mencoba menghabiskan waktu ku dikantin sambil sesekali mencatat beberapa referensi untuk skripsi. Adam yang berbeda fakultas pun juga ikut menemaniku. Lagi-lagi aku melihat wanita itu lagi datang. Dia benar-benar mengingatkan ku pada Asma. Tanpa disadari aku terlalu lama memperhatikan nya.

"wooy... ngelirik cewek lu ya.." ucap Adam menyadarkan ku. "eh enggak.. yeeh..." ucap ku sambil mencoba kembali fokus pada apa yang ku tulis.

Tapi lagi-lagi mata ini sangat ingin menatap nya lagi.


"dam... lu sadar gak sih cewek yang lagi mesen es di depan mirip sama Asma" ucap ku. Adam terlihat memperhatikan dengan seksama. "iya sih mirip, gue kira cuma gua doang yang mikir mereka mirip" jawab Adam, aku hanya terdiam.

Ternyata bukan hanya aku saja yang melihat nya mirip. "udeh.... gebet aja Ren... anggap aja itu Asma" tambah Adam membuat ku terkejut dengan ucapan nya. "ngaco lu ah... ntar Asma gimana?" jawab ku.


"emang dia masih nungguin lu... paling dia udah sama bule disana" jawab Adam membuat kuping ku terasa sakit. Mengapa ia selalu mengatakan sesuatu yang menyakitkan tapi memang benar realitanya.

"enggak ah... se enggaknya gua mau liat Asma dulu... kalo emang suatu saat pas ketemu dia udah nemuin cowok idaman nya... baru gua bisa yakin buat nyari pengganti dia" tambah ku. Dan pergi meninggalkan Adam.

***

Malam ini, aku sedikit merindukan kebersamaan keluarga ku, jadi aku putuskan untuk pulang awal untuk beristirahat dan meliburkan diriku barang sehari dari bayangan-bayangan skripsi. Meski aku pulang awal, tetap saja aku merupakan mahasiswa terakhir yang pulang dari kampus itu ternyata.

Tapi saat sedang memarkirkan motor ku, tiba-tiba saja aku mendengar suara seorang wanita menangis dari arah lorong dekat tempat parkir. Aku diam memperhatikannya, apakah ada orang menangis disana? Atau hantu? Tapi yakali ada hantu jam segini, tapi yakali juga ada cewek ngangis disini.

Karna penasaran aku pun mengdekati tempat itu. Masih tidak terlalu jelas, tapi dapat ku pastikan ada seorang wanita yang menangis disana, aku mendekat. Tapi mata ku tiba-tiba saja tak berhenti menatap, apa kah dia Asma? Ucap ku dalam hati yang tak bisa berhenti menatap .

Kaki ini terus melangkah dan mendekat, sampai aku tiba satu langkah dibelakang nya.


Aku menepuk lembut pundak nya, ia pun berbalik. Tapi itu hanyalah wanita yang selama ini ku anggap mirip dengan Asma.

Ya Tuhan, bahkan ketika ia menangis begitu persis dengan Asma. Apa artinya ini? Tanya ku dalam hati. "lu kenapa?" tanya ku ketika ia mulai tenang. Tapi ia hanya terdiam, sambil mengusap air matanya. Aku hanya bisa menepuk pundak nya, siapakah wanita ini yang begitu mirip dengan nya.

"gua diputusin..." ucap nya sambil menyeruput kopi yang baru saja ku berikan. Aku mencoba menenangkan nya dengan membawanya ke tempat yang terbuka. Sama seperti yang ku lakukan pada Asma, hanya saja aku melakukan pada orang yang berbeda.

"trus lu nangisin cowok pengecut itu gitu? Emang nya dia pantes apa lu tangisin?" jawab ku dan mengambil tempat duduk di samping nya.


Ia hanya tersenyum, "emang nya di luar sana gak ada cowok yang menanti lu gitu? Yang lebih baik lagi dari dia" ucap ku, tapi dia malah tertawa kecil.

Aku bingung melihat reaksi nya. "percuma aja ada orang yang lebih baik dari dia tapi gak pernah berani ngasih kepastian" jawab nya membuat ku tersentak. "maksudnya?" tanya ku, kini aku measang wajah serius.

"terkadang orang yang lebih baik itu malah gak pernah berani nyatain perasaan nya... karna ia cuma ngerasa lebih tau bagaimana memperlakukan wanita itu dengan baik, tapi sebenernya dia gak tau... karna yang wanita butuhin itu sebenernya cuma kepastian" jawab nya sambil menatap ku.

Seketika aku baru saja tersadar tentang semua yang aku lakukan selama ini kepada Asma.


Ia menantikan kepastian dari ku, tapi selama ini aku yang tidak pernah peka dengan nya. Aku selalu merasa telah melakukan hal yang terbaik untuk nya, mendengarkan keluh kesah nya, berada disamping nya, tapi ternyata bukan itu yang ia butuh kan.

Ia pun pasti merasa sangat kebingungan dengan hubungan ini. Ya Tuhan, ini kah alasan kau mengirim ku seseorang wanita yang begitu mirip dengan nya. Untuk menyampaikan pesan-pesan nya yang selama ini belum pernah ia sampaikan.

Sekarang aku mengerti, aku bukan lah pria yang baik untuk Asma.


Can You Give Me One More Chanche Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang