the memories

246 6 1
                                    

Semuanya berubah... ya semua nya berubah, ucap ku dalam hati sambil membenarkan posisi dasi ku. Aku memang tidak pernah tampil sempurna selama ini, tapi hari ini, keadaan membuat ku harus tampil sangat kaku.

Aku berjalan melewati lorong-lorong, aku dapat melihat beberapa bodyguard berdiri dan memberi salam ketika aku lewat, sampai tiba lah aku di depan sebuah pintu besar yang tertutup rapat. Aku menghembuskan nafas panjang-panjang dan perlahan pintu itu terbuka.

Silau nya cahaya dari dalam ruangan itu membuat ku sedikit menyipitkan mata. Tak lama aku dapat mendengar suara tepuk tangan yang begitu ramai, aku dapat melihat semua mata tertuju pada ku. Aku memasuki ruangan itu, sesekali aku membenarkan jas ku, sesekali aku memberikan senyuman pada orang-orang yang juga sedang tersenyum pada ku.

Sampai tiba lah aku di sebuah mimbar besar, tempat dimana aku akan berbicara di depan banyak orang. Aku berjalan mendekati tempat itu, dan aku dapat melihat pula semua mata yang berbinar-binar menatap ku.

Rasa gugup ku tak bisa ku sembunyikan, tapi hal terbaik yang dapat ku berikan pada mereka saat ini hanyalah senyuman. Senyuman terbaik ku.

Aku pun memberi salam kepada semua orang di depan ku, aku terdiam sejenak menatap semua nya, sampai seorang wartawan mengangkat tangan nya dan memberikan pertanyaan nya pada ku.

"saya mau bertanya, biasanya penulis sukses itu dia tidak pernah tau kalau dia akan menjadi sukses, mereka hanya berbekalkan motivasi untuk menulis. Apa yang memotivasi anda hingga berhasil menciptakan buku yang sangat indah ini." Tanya nya, aku terdiam dan berfikir sejenak.

Kau benar, apa motivasi ku? Aku menulis apa yang hati ku rasakan. Dan terlintaslah jawaban diotak ku.

"hmmm.... motivasi saya hanya sebuah hati" jawab ku singkat.

"hanya hati mas?" tanya wartawan lain nya. aku tersenyum tipis, memang nya apa lagi? Tanya ku dalam hati.

"sebenarnya hati itu udah lebih dari cukup. Karna kita semua terlahir dengan hati, di sini ada emang yang gak punya hati?" balas ku dengan nada bergurau, semua orang diruangan itu pun tertawa.

"inti nya cuma bagaimana kita menyelaraskan hati dengan fikiran. Saat itulah kita bisa menciptakan apa saja yang menakjubkan." Tambah ku, kini semua orang mulai menatap serius pada ku.

"mas rendy, apa benar ini di ambil dari kisah nyata?" tanya seorang wartawan yang kembali memberiku pertanyaan. Aku terdiam, pertanyaan itu tiba-tiba saja menyayat hati ku. Tapi aku masih tetap memberikan senyuman pada semua orang diruangan itu.

"iya... cerita ini cuma kumpulan memori yang gak pernah disimpan dalam otak. Karna kalo disimpan di otak kita akan lupa suatu saat nanti. Cerita ini berupa kumpulan memori yang disimpan dihati biasanya disebut nya kenangan. Iya gak?" aku mencoba menghibur diriku dengan kembali bergurau, semua orang pun kembali tertawa.

Tak lama aku melihat seorang wanita memasuki ruangan ini, dengan kardigan biru warna favoritenya dan rambut yang selalu terurai kemudian berjalan mendekat mencari tempat kosong untuk nya duduk.

Aku hanya dapat terdiam, entah mengapa hati ini menjadi begitu sakit melihat nya juga terasa senang. Aku kembali menfokuskan diriku pada pertanyaan sang wartawan,

"kita semua pasti menyangka kalo kenangan indah itu sama kayak peristiwa biasa yang di ingat di otak kita. Tapi sebenernya kenangan itu disimpan nya dihati. Ketika kita ingat kenangan buruk... hati kita akan ikut sakit. Dan ketika kita ingat kenangan terindah, hati kita akan terasa begitu enteng dan membahagiakan. Itu alasan saya membuat buku ini bermodalkan hati." Tambah ku, sesekali aku menatap gadis itu.

Tapi siapa sangka gadis itu tersenyum pada ku. Dan saat itu lah hati ini semakin terasa sakit melihat senyum nya. aku membalasnya dengan tersenyum tipis.


"buku ini, menceritakan kisah sebuah hati yang mengalami rasa sakit berkali-kali, hancur berkeping berulang kali, tapi tidak pernah menyerah untuk mencintai. Intinya hati kita itu kuat buat melakukan itu semua, cuma mungkin karna kita merasa tidak kuat menahan rasa sakit nya... kita menyerah gitu saja. Padahal masih ada kesempatan, inti dari cerita ini adalah kisah sebuah hati yang membutuhkan kesempatan."

Jawab ku mengakhiri pertanyaan sang wartawan itu. kini semua nya berdiri dan memberikan tepuk tangan pada ku. Tapi satu-satu nya objek yang berulang kali aku tatap adalah gadis itu.

sejak dulu aku tidak pernah bisa mengalihkan tatapan ku dari nya, kini itu pun terulang lagi.


Dia menatap ku lembut sambil sesekali membenarkan rambutnya yang terurai, aku pun tersenyum menatap nya. Ya Tuhan... berikan lah dia kebahagiaan.


Can You Give Me One More Chanche Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang