PROLOG

176K 10.6K 224
                                    

Suasana sekolah masih sepi. Hanya ada petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai. Gema suara langkah kaki seorang gadis di koridor sekolah bahkan bisa terdengar dengan jelas. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan santai menuju ruang kelasnya yang terletak di ujung koridor. Dia biasa menjadi siswa terpagi yang tiba di sekolah.

"Pagi, Pak Asep," sapa gadis itu pada seorang petugas kebersihan yang sedang menyapu dedaunan di halaman sekolah.

"Pagi, Anindita," sapa balik Asep kepada gadis yang menyapanya tadi seraya tersenyum ramah.

Gadis itu, Anindita, tersenyum memamerkan lesung pipitnya.

Anindita Anindya. Siswi kelas X.3 yang tidak cukup terkenal di sekolahnya kecuali dia adalah anggota OSIS Sekbid Kebersihan yang tidak terlalu penting. Di sisi lain, Anindita pernah menjadi calon Ratu MOS walau akhirnya posisi yang Anindita inginkan itu jatuh kepada Soraya Caesara.

Anindita berjalan menuju ruang kelasnya yang kosong tanpa penghuni itu. Dia menghirup udara dalam-dalam tepat di depan pintu. Merasakan aroma pagi hari yang masih segar. Anindita berjalan menuju mejanya yang terletak di ujung belakang ruangan. Anindita meletakkan tasnya. Mengambil beberapa buku dan memasukkannya ke dalam laci meja.

Anindita menyeritkan alisnya. Ada benda aneh yang berada dalam laci mejanya. Anindita mengeluarkan benda itu. Sebatang coklat lengkap dengan sebuah kartu ucapan. Selama ini belum pernah ada yang memecahkan rekornya menjadi siswa terpagi di sekolah ini. Tidak mungkin Pak Asep yang memberinya coklat. Anindita membuka kartu ucapan itu.

'Dear Anindita,

This is a bar of chocolate for you.

I know, you love chocolate so badly.

Hope you like it.

A'

"A?" Anindita menyeritkan alisnya. Tidak ada petunjuk lain di balik kartu jingga bergambar Baymax itu. Gambar Baymax yang dibuat dengan tangan. Anindita sangat menyukainya. Dia sangat menyukai coklat, Baymax, dan juga warna jingga. Entah bagaimana pengirim coklat itu bisa tahu semuanya.

Anindita tersenyum. "Siapapun lo, makasih. Gua suka ini."

Anindita memutar tubuhnya ke arah jendela. Dia merasa ada orang yang memperhatikannya. Benar saja, ada seorang siswa yang mengintip dari jendela tersenyum menatap Anindita. Mata elang kecoklatannya tampak berbinar senang. Siswa itu segera pergi dari sana saat Anindita menyadari kehadirannya.

Anindita segera berlari ke arah jendela dan naik ke atas kursi yang ada di dekat jendela tersebut. Dia hanya bisa menatap tubuh jangkung siswa itu. Anindita yakin, dari matanya yang menyipit dan berbinar senang itu, siswa itu adalah orang yang memberinya coklat. Anindita menjadi penasaran tentang siapa dia yang diam-diam menjadi penggemarnya. Siapa yang diam-diam memperhatikannya.

"Apa itu Jingga?" Anindita mulai berkhayal tapi dia segera menggelengkan kepalanya dan menghilangkan pikiran itu. "Gak! Gak mungkin itu dia! Jingga itu 'J' bukan 'A'!"

-o0o-

23 Juni 2016


PelukableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang