Part 1

18 2 0
                                    

Hy hy semua....
Ketemu lagi kita,oh iya readers ini cerita ke2 aku soalnya cerita pertama gagal karna aku gak tau publishin jadinya diangggurin dan mencoba buat bikin cerita ini lagi.Semoga gak kaya cerita pertama ya...

__________________________________

     Ratih menenggelamkan wajahnya dibantal.Tetapi selalu saja sulit untuk memejamkan matanya.Perasaannya benar benar gelisah.Sementara di luar terlihat semakin gelap.Pertanda bahwa sebentar lagi akan larut malam.Meskipun begitu rasa kantuk belum juga hadir bagi mata Ratih yang letih.
    Ada bayangan yang mengganggu Ratih.Bayangan yang mengecewakan,sekaligus membuat hatinya sedih.Dia tak menyangka kalau akan menyaksikan pemandangan yang membuat sekujur tubuhnya terasa lemas bagai dilolosi tulang belulangnya.
    Tadi pagi,sewaktu dia hendak membeli buku di toko buku,tanpa diduga dia melihat mobil Papanya sedang diparkir dihalaman toko itu.Semula dia menyangka kalau Papanya pergi bersama Mamanya,namun ternyata dugaannya keliru.Karena tidak beberapa lama kemudian,dia melihat papanya keluar dari toko sambil menggandeng seorang perempuan.Mereka seperti layaknya remaja yang sedang pacaran saja.
    Hati Ratih amat terluka,setelah mengetahui bahwa perempuan itu ternyata bukan mamanya.Dan yang lebih menyakitkan lagi cara menggandeng papanya terlihat begitu mesra.Terkadang Ratih melihat perempuan di sisi Papanya mencubit dengan genit lengan Papanya.Serentak perasaan Ratih mual.Sungguh tidak menyangka kalau sang Papa akan menghianati janjinya dulu.
    Saat iru juga,Ratih langsung membatalkan acara semula.Dia tidak jadi membeli buku.Dia langsung pulang dengan angkutan umum.Dan memang,tadi dia tak mau diantar oleh Pak Kusno,sesekali dia ingin merasakan hidup seperti orang kebanyakan.
    Sampai dirumah,ia langsung menemui Bi Sumi,pembantu rumahnya.Sebab,dia ingin meminta saran saran dari pembantunya itu.Saat itu memang Ratih dialnda kebingungan.Dia terjebak antara dua pilihan.Antara menceritakan yang batu saja dilihat pada Mama,atau membiarkannya saja.Kalau dia membiarkan,berarti dia memberi kesempatan pada Papanya untuk terus menyeleweng  perempuan itu.Tetapi bila menceritakan pada Mama,berarti akan menyebabkan perpercahan keluarga.Ah,bagaimana ini ?Aku harus bersikap bagaimana?Pertanyaan itulah yang berkecamuk dalam pikiran Ratih.

"Bagaimana menurut bibik?"tanya Ratih.

"Untuk sementara sebaiknya Non jangan cerita pada siapa siapa.Itu bisa berakibat tidak baik."begitu kata Bik Sumi pada saat itu.

"Tetapi,Bi.Apa itu tidak akan berakibat runyam?"

"Tidak,Non.Asal kita segera mencegahnya".

"Bagaimana caranya,Bi?"tanya Ratih.

    Bi Sumi tak langsung menjawab.Wanita separuh baya itu terdiam berfikir,sehingga untuk benerapa saat leduanya sama sama diam.Bi Sumi terlihat mengerutkan keningnya.Meskipun dia pembantu,tentunya memiliki pengalaman yang luas,bila ditilik usianya.Bulan depan nanti Bi Sumi sudah berusia empat puluh tahun.Dari situ terlihat bahwa Bi Sumi sudah banyak mengecap manis getirnya garam kehidupan.Sewaktu remaja,dia juga menghadapi persoalan yang sma seperti yang dialami Ratih.
Begitu juga,saat berkeluarga.Ya,suaminya meyeleweng dengan perempuan lain.
    Dia menyadari,suaminya melakukan itu karena dorongan perasaan kecewanya.Sudah lima tahun membangun rumah tangga belum juga dikaruniai anak.Suaminya mencurigainya bahwa dia adalah yang tidak subur.Dengan pikiran yang sederhana,lalu suaminya ingin membuktikan bahwa dirinya amat subur dan memungkinkan untuk punya anak.Begitulah laki laki,selalu tak mau diusik dengan harga dirinya.Akhirnya oleh Bik Sumi tidak tahan denan perlakuan suaminya seperti itu,lalu Bik Sumi pun menuntut cerai.
    Setelah cerai,Bik Sumi meninggalkan desanya.Dia tidak ingin tenggelam dalam kepedihan yang berkepanjangan.Jakarta,sebagai tujuannya.Dan dia merasa bersyukur sewaktu diterima sebagai pembantu di keluarga Ratih.Meskipun di keluarga Ratih tidak begitu meyenangkan,tetapi itu tidak dianggapnya sebagai beban.Yang ada di dalam hatinya
hanya Ratih.Ya,ia merasa kasihan bilasampai meninggalkan Ratih.Di matanya,Ratihperlu kehadiran orang sepertinya.

"Bagaimana,Bi? Apakah bibi sudah menemukan jalan keluarnya?"tanya Ratih kemudian sambil meyentuk pundak Bi Sumi.Serentak Bi Sumi tersadar dari angan angannya.Seaat terliat Bi Sumi menghembuskan nafas pelan pelan.

"Begini saja,non..."kata Bi Sumi serius.

"Suatu kali jika Non Ratih menjumpai Tuan dan perempuan itu lagi,langsung saja Non dekati."

"Mendekati Papa?"

"Ya."

"Lalu?"

"Sapalah Papa Non dengan wajar,tanpa terpengaruh dengan kehadiran perempuan disisi Tuan.Non harus bis amenjaga emosi.Bersikap biasa saja ."

Bi Sumi menelan ludah sesaat.Mata sayunya di arahkan pada Ratih yang ada di hadapannya.
    Ratih terdiam.Sepertinya ditengah berusaha mencerna dan mempertimbangkan usul pembantu rumahnya yang begitu baik dan sayang serta penuh perhatian kepada dirinya.Sehingga Ratih merasa kalau wanita separuh baya itu tak ubah seperti ibunya sendiri.

"Dengan bersikap begitu,paling tidak Tuan akan berfikir fikir dulu sebelum melangkah lebih jauh."

Ratih masih terdiam memikirkan dan mempertimbangkan saran Bi Sumi.Masuk akal juga saran yang diberikan oleh Bi Sumi,pikir Ratih dalam hati.Ya,aku harus bisa menjaga keutuhan keluarga,meskipun aku harus korban perasaan.

||||||||||||||||||||||||||

Hy readers,gimana ceritanya.
Kebanyakan naskah daripada percakapannya yah.
Maaf ya kalau feelnya gak dapat.

#vote_and_comentnya_jangan_lupa

    

Damai Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang