Part 1 : The Beginning

152 17 1
                                    

Flashback on

Cathlene POV

#10 tahun yang lalu#

Sore ini aku membantu ayah membersihkan halaman rumah yang rusak karena badai besar. Aku dan adikku sedang mengangkat puing atap rumah, sedangkan ayah dan paman melakukan tugas yang berat.

"Uh! Bagaimana bencana ini bisa terus terjadi tanpa henti!" Keluh paman yang sudah mulai kesal.

"Kalau menurutku pasti karena ketidakseimbangan alam," kataku menyimpulkan.

"Darimana kau tahu? Kamu kan hanya anak kecil!" Tanya paman merendahkanku.

"Aku mempelajarinya sendiri karena sekolah sudah tutup dari dua tahun yang lalu." Jawabku santai.

"Wah, kakak hebat! Aku ingin menjadi seperti kakak!" Kata Jonathan, adikku yang berumur 14 tahun.

"Kamu juga harus terus belajar walaupun sekolah sudah ditutup, agar kau bisa pintar seperti kakakmu, Jon!" Kata ayah.

"Baik, yah!" Jawab Jon.

Setelah selesai bersih-bersih, aku duduk memandang langit. Langit bumi menyuguhkan pemandangan bulan yang kabarnya terus mendekati bumi hingga tampak ukurannya sangat besar. Tetapi akhir-akhir ini langit selalu berwarna merah dan aku tidak tahu apa penyebabnya.

Tiba-tiba dari luar pagar baja yang melindungi penduduk "golongan bawah" terdengar suara mesin jet. Warga berkumpul di lapangan berharap mendapat bantuan, karena biasanya mesin jet itu membawa bantuan. Kamipun ikut pergi ke lapangan.

Setelah tiba di lapangan, seketika terdengar pengeras suara.

"Kami datang untuk memberi kabar. Ada kabar buruk dan kabar gembira. Kabar buruknya adalah bencana yang selama ini menghantui kita semakin lama semakin memburuk. Diperkirakan sekitar tiga tahun lagi bencana itu sudah benar-benar dahsyat, muncul bencana baru yang datang dari luar angkasa menyusul hancurnya planet merkurius, dan benteng penahan bencana ini akan hancur. Bahkan sumber pangan juga sudah mulai menipis."

Sontak suara riuh sedih dan ketakutan warga menggema. Hati mereka sedih dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Kabar baiknya adalah kami dari NASA membuat kota buatan yang cukup aman dari bencana ini, namun tetap saja tidak bisa dijamin keamanannya. Namun, hanya sebagian kecil dari kalian yang dapat ditampung di kota itu, itupun dijadikan sebagai pekerja. Kami juga mengambil anak-anak berusia 16-25 tahun untuk kami jadikan sebagai peneliti NASA. Syaratnya adalah IQ 200 keatas. Tes ini akan dilaksanakan sehari sebelum tepat tiga tahun lagi, juga berlaku untuk seleksi pekerja."

Suara keputusasaan semakin menjadi, walaupun ada harapan untuk selamat walaupun menjadi pekerja. Kami "golongan bawah" tidak bisa protes dan tidak bisa berbuat apapun. Kami harus mematuhi "golongan atas".

Ayah, ibu, aku, dan Jon langsung pergi ke rumah setelahnya. Kami langsung berpikir bagaimana caranya agar bisa selamat dan masuk ke kota itu.

"Cath, Jon! Kalian mulai sekarang harus belajar untuk tes itu. Kalian harus berusaha agar selamat. Kami juga akan berlatih agar lolos seleksi pekerja!" Kata ayah.

Mulai saat itu kami semua berusaha semaksimal mungkin dan berharap bisa lolos dan kembali menjadi keluarga yang utuh.

#Tepat 3 tahun kurang 1 hari kemudian#

Hari ini tes besar itu dimulai. Tes yang akan membawa kami, generasi muda dan juga orang tua kami menempuh hidup yang baru. Pilihan antara hidup dan mati. Tes ini yang menentukan hidup kami selanjutnya.

Aku tumbuh semakin dewasa, dan kini aku berusia 20 tahun, sedangkan Jon berusia 17 tahun. Perbedaan yang mencolok pada Jon adalah ia semakin bersikap dewasa, tidak seperti tiga tahun lalu.

Earth's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang