Tak kenal, maka tak sayang bukan?
Seoul, waktu sekarang
"Nek, ceritakan cerita yang bagus untukku"
Seorang wanita berumur 79 tahun tersenyum mendengar permintaan seorang bocah laki-laki tampan berumur 7 tahun. Wanita itu masih terlihat anggun dan cantik meskipun sudah berumur.
"Baiklah, nenek akan menceritakan kakekmu. Jadi.."
***
Korea Selatan, April 1953
Seorang gadis manis tengah menyulam di teras rumahnya. Ia terus menyunggingkan senyumannya, terlihat sangat cantik dan anggun. Hal itu sungguh menyejukkan hati seorang pemuda yang tidak sengaja melihatnya saat ia ditugasi oleh pemiminnya untuk mengambil air yang ternyata ada di rumah gadis itu.
Ia pun bersembunyi di balik pohon seberang rumah gadis tersebut.
'Siapakah gadis itu?' pikir sang pemuda
"JONGIN! LATIHAN SEGERA DIMULAI! CEPAT AMBIL AIRNYA!" teriak seseorang. Mau tak mau, sang gadis manis tadi menoleh karena hal tadi mengusik ketenangannya.
Dengan salah tingkah, pemuda tadi pun keluar dari persembunyiannya. Wajahnya tidak sengaja berpapasan dengan wajah sang gadis, "Wow, sangat cantik" gumamnya. Sesuatu yang tak akan di dengar oleh gadis itu.
Sang gadis pun tersipu malu dan semburat merah muncul di pipi putihnya karena ia tidak pernah bertatap muka dengan pria. Tanpa ia sadari, ternyata pria tadi berjalan menuju arahnya.
"Eum.. permisi? Aku.. aku.. b-bolehkah meminta air?" ucap pria itu dengan terbata-bata.
'Apa pria ini gagu?' pikir gadis itu.
Gadis itu mau tak mau hanya mengangguk mempersilahkan pemuda tadi untuk mengambil air di keran air samping rumahnya. Karena rumahnya dekat dengan pusat pelatihan militer Korea Selatan, tak jarang para tentara itu sering datang kerumahnya untuk mengambil air, atau sebagainya. Ibunya juga membuka warung untuk menyediakan berbagai macam kebutuhan para tentara tersebut.
"Maaf nona, airnya tidak mau menyala" pria tadi, Jongin, terus berusaha untuk memutar keran tersebut.
"Ah, maaf. Itu sering terjadi, biar aku saja" ujar gadis itu. Ia pun tidak sengaja menyentuh tangan milik Jongin, jujur saja gadis itu lupa. Namun, ia segera sadar.
"M-maafkan saya, Tuan" gadis itu tersipu malu, menambahkan kesan lucu di wajahnya.
"Ti-tidak, seharusnya saya yang minta maaf" Jongin pun tersipu malu karena berhadapan dengan seorang gadis cantik dan tidak sengaja menyentuh tangannya.
Mereka lalu berusaha untuk memutar keran air yang macet itu.
BYURRRRR
"AAHHHHH" teriak keduanya.Karena terlalu kuat memutar, keran air itu akhirnya terlepas yang mereka m=berusaha untuk mengembalikannya. Tapi naas, pakaian mereka berdua menjadi basah karena terkena cipratan air itu.
"Maaf.. bajumu jadi basah" perempuan itu menunduk takut, ia memang takut kepada tentara yang terlihat galak.
Jongin tersenyum, "Tidak apa-apa, bukan salahmu nona. Aku yang memutarnya terlalu kencang" dengan berani, Jongin menyentuh pundak wanita itu. Seakan mengatakan, jangan merasa bersalah.
Akhirnya setelah beberapa menit, keran air tersebut kembali terpasang seperti semula. Jeriken yang dibawa Jongin pun sudah terisi penuh... yah meski butuh waktu yang lama.
"Terima kasih, nona..."
"Solji, namaku Park Solji"
"Baik, terima kasih, Nona Solji" Jongin pun segera pamit, menuju camp nya.
"HEI!" teriak Solji. Jongin pun menolehkan kepalanya.
"Siapa namamu, Tuan?" tanya gadis cantik itu.
"Kim Jongin, panggil aku Jongin"
***
Sesampainya di camp ia disambut oleh adik tingkatannya sekaligus temannya.
"Hyung, gwaenchanhayo? *" tanyanya khawatir melihat baju temannya sekaligus yang ia anggap sebagai kakaknya itu basah.
"Aku tidak apa-apa" Jongin melangkahkan kakinya menuju kamar yang ia tempati selama 1 tahun 3 bulan terakhir itu. Kamar kesayangannya. Ia lalu mengambil handuk dan melepas pakaiannya yang basah itu.
"Ya! Benarkah?" pemuda tadi menatap wajah Jongin cemas, ia takut ada hal yang Jongin sembunyikan. Ia menunggu jawaban dari Jongin, tapi nihil. Yang ia dapatkan hanya senyuman.
"Aku rasa... aku bertemu bidadari di rumah induk (para tentara menyebut rumah tadi dengan rumah induk, karena mereka menyediakan berbagai macam keperluan tentara)"
Pemuda tadi membulatkan matanya, "Kau serius?"
"Ya, namanya Solji"
"Ah... Park Solji?"
"K-kau tahu?"
"Tentu, ia datang kesini setelah kau ditugaskan di Afganistan"
Jongin mengingat kejadian itu, berarti... sudah 5 bulan?
"5 bulan yang lalu, Woohyun?" tanya Jongin. Sang Woohyun, pemuda tadi, pun membalasnya dengan anggukan.
"Dia menjadi primadona! Banyak tentara yang menyukainya, kau kalah, Sersan Mayor"
***
** Kak, gakpapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time [Cancelled]
FanfictionMengisahkan kisah dibalik Perang Vietnam, dan Korea Selatan yang meninggalkan luka bagi tiap keluarga yang ditinggalkan. Aku, salah satunya. Jadi, akan ku kisahkan kisah yang merenggut belahan jiwaku.