Bab 2. Keringat dan Sepak Bola

73 2 0
                                    

Sore itu, Solji sedang memetik bunga di taman depan rumahnya. Tak sengaja, ada bola sepak menggelinding ke arahnya.

"Noona*, bisakah kau mengembalikan bola kami?" seorang bocah laki-laki mendatanginya, berpeluh-peluh keringat membasahi keningnya serta bajunya yang basah.

"Igeo**" Solji menyerahkan bola itu, "Bolehkah aku ikut bermain?" tanyanya.

Sang anak lalu menatap temannya yang lain, meminta persetujuan.

"Noona bisa bermain bola?" tanya salah satu temannya.

"Bisa! Tentu aku bisa" ucapnya semangat.

"Baiklah, noona boleh bermain bersama kami" Solji tersenyum mendengarnya, lalu mereka pun bermain di lapangan dekat dengan tempat pelatihan militer yang dipagar.

Lapangan itu tidak luas, tidak sempit juga. Pas.

Biasanya digunakan para tentara untuk melatih fisiknya, entah itu berlari, melewati rintangan, dan sebagainya. Namun, berhubung ini sudah sore, jadi lapangan itu tidak dipakai. Lapangan itu berada di samping kiri markas para tentara. Sehingga bisa dipantau oleh para atasan mereka, jika para tentara tersebut sedang berlatih. Dengan kata lain, Tempatnya strategis.

"Hyaa, ayo oper ke noona!"

Jongin yang mendengar ribut-ribut ketika sedang perjalanan kembali dari pusat camp pun menoleh ke arah lapangan, "Ada apa ya?" ujarnya.

Ia pun berlari menuju arah tersebut. Sesampainya di tempat yang ia kira dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi, ia dikejutkan oleh para tentara yang sedang melihat ke arah lapangan.

"Wah, aku tak mengira disini pun ada bidadari!" ujar salah satu tentara.

"Ya, walaupun ia berkeringat. Itu menambah kesan seksi" sambung yang lain.

"Ehem!" sebuah dehaman mengagetkan mereka, mereka pun segera menoleh ke belakang dan menjumpai wajah sangar milik Jongin.

"Kalian, apa yang sedang kalian lakukan hah!" ucapnya.

"Si-siap, kami.."

Jongin pun mendekati salah satu tentaranya, "Apakah kami mengajari kalian untuk melakukan itu? Mengintip wanita? Iya? JAWAB!" ia meneriaki tentara itu tepat di depan wajahnya.

Dapat ia lihat sorot penuh ketakutan di mata anak buahnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Ini termasuk pelatihan mental.

"Kembali ke tugas kalian masing-masing, sebentar lagi makan malam" perintah Jongin. Para tentara itu langsung membubarkan diri setelah hormat kepadanya.

Setelah para tentara tadi sudah pergi, ia menengok ke kanan kiri depan belakang. Berharap tidak ada yang melihatnya.

Ia pun lalu mulai melancarkan aksinya, matanya membulat seketika.

Itukan...

Gadis yang kemarin dijumpainya sedang bermain bola dengan gembiranya, tidak mengabaikan bahwa bajunya sedikit memperlihatkan dalamannya karena tercetak keringat.

Glek

Dengan kasar, ia menelan ludahnya sendiri melihat pemandangan yang ia lihat. Ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap itu salah dan hanya bayangannya saja. Tidak, tidak menghilang. Ini semua nyata, bidadari nya disini.


"Noona. Sepertinya paman itu memandangimu" ujar seorang anak kecil yang bermain bola dengannya.

Gawat

Dengan cepat, Jongin memutar badannya. Jantungnya berdegup dengan kencang, seperti sedang ketahuan berbohong atau mencuri.

"Mana? Tidak ada tuh" Jongin mendengar suara lembul milik Solji, untunglah gadis itu tidak melihatnya.

*** TBC ***

GAK DENG CANDA HWHW


"Noona. Sepertinya paman itu memandangimu" ujar seorang anak kecil yang bermain bola dengannya.

Gawat

Solji pun memutar badannya, melihat ke arah Jongin. Jongin kalah cepat dengan Solji, maka dari itu Solji menangkap Jongin sedang medlihat ke arahnya.

"Uhh... hai, Solji"sapa Jongin. Wajah Solji memerah, ia mengingat dengan jelas pemuda itu.

" Hai.. Jongin, kita bertemu lagi"


***


* Kakak perempuan

** Ini



Back In Time [Cancelled]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang