Bab 4. Perawat? (2)

56 1 0
                                    

Solji POV

Ciuman tadi... apa ini mimpi?

Tapi tadi terasa sangat nyata untukku. Bibirnya yang lembut bertemu dengan bibirku.

Aku memegang bibirku sendiri, mengingat-ngingat kejadian kemarin. Seharian ini aku hanya terus mengingatnya.

"Aku pasti sudah gila!" ucapku

Kyuruk kruyuk

Ah omong-omong aku belum makan sejak tadi siang, perutku sampai bunyi keras begitu. Aku akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah.

Tapi biasanya tidak ada makanan tengah malam begini. Ya sudahlah biarkan saja.

Aku mendengar sebuah percakapan, antara ayah dan seseorang.

"Jongin-ssi, sebuah kehormatan anda bertandang ke rumahku"

"Ah Tuan Park, tidak apa. Aku hanya mampir sebentar karena ingin menyampaikan sesuatu"

Apa itu? Aku pun menuruni anak tangga 2 kali hampir menyentuh lantai dasar, agar tidak ketahuan oleh ayah kalau aku mengupin pembicaraan mereka.

"Solji diterima"

"Di-dia diterima? Jadi dia sudah menyerahkan berkasnya?"

"Ya, kemarin siang"

Sontak aku membulatkan mataku, aku diterima.

Aku diterima.

"Aku diterima" gumamku.

"Solji? Kau disana?" tegur ayah.

GAWAT!!

Aku pun langsung menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarku.

"Jika aku diterima...maka"

"AKU AKAN TERUS BERTEMU DENGAN JONGIN?" teriakku. Menyadari suaraku yang terlalu keras, aku langsung menutup mulutku.

Bodoh kau, Solji.

"Hei, kami mendengarmu" teriak ayah dari bawah.

Wajahku langsung memanas menyadarinya. "Aku tidak mengatakan apa-apa" balasku.

Setelah 2 jam,aku mendengar pintu rumahku tertutup. Pasti dia sudah pergi. Aku langsung mengintip di balkon rumahku. Dan mataku melihatnya sedang tersenyum ke arahku.

Oh tidak.

"Hei, aku sudah menitipkan jadwal pada ayahmu. Datanglah besok pukul 8, kami akan melakukan pelatihan" ujarnya sambil tersenyum manis.

Astaga, dia mempunyai lesung!

"...y-ya. Aku akan datang, terima kasih" balasku gugup. Aku memaksakan senyum.

Ia lalu melambaikan tangannya padaku dan pergi, berjalan kaki menuju camp.

Dia.Sangat.Tampan

End off POV

÷÷÷

Selama perjalanan, Jongin terus tersenyum membayangkan Solji. Setelah beberapa rumah yang telah didatanginya, tibalah saat ia harus mendatangi rumah gadis yang ia anggap sebagai dewinya.

Tok tok

Dengan percaya diri, ia mengetuk rumah Tuan Park. Ia berharap gadisnya lah yang akan membukakan pintu untuknya. Tapi...

"Tuan Park" sapanya sambil tersenyum.

"Jongin-ssi, sebuah kehormatan anda bertandang ke rumahku" jawab Tuan Park, ayah Solji.

"Ah Tuan Park, tidak apa. Aku hanya mampir sebentar karena ingin menyampaikan sesuatu"

Tuan Park mengernyitkan dahinya.

"Solji diterima"

Ia semakin bingung dengan maksud perkataan Jongin. Diterima? Diterima apa? Apakah....

"Di-dia diterima? Jadi dia sudah menyerahkan berkasnya?"

"Ya, kemarin siang" ujar Jongin.

"Aku diterima" Jongin lalu mendengar sebuah suara dari balik tangga.

"Solji? Kau disana?" tegur Tuan Park

"Pasti anak itu menguping" ujar Tuan Park sambil tersenyum.

"Tidak apa,Tuan. Oh, ini jadwal pelatihan yang harus Solji lalui" ucap Jongin sambil memberikan sebuah kertas berisikan jadwal pelatihan setiap hari.

Tuan Park mengambil jadwal itu, "Baik akan saya sampaikan"

"AKU AKAN TERUS BERTEMU DENGAN JONGIN?" sebuah suara mengagetkan Tuan Park serta Jongin.

"Putriku itu memang memalukan"

Mereka berdua pun tertawa. Setelah berbincang-bincang sebentar akhirnya Jongin memutuskan untuk pulang. Karena sudah lewat tengah malam dan ia pikir akan mengganggu keluarga Tuan Park.

"Kalu begitu, saya permisi dulu, Tuan" pamit Jongin.

"Mampirlah kapan-kapan" jawab Tuan Park, ia menyukai pemuda itu.

"Baik, saya akan mengunjungi anda kapan-kapan" balas Jongin sambil tersenyum. Tapi saat ia berdiri, Tuan Park menanyainya sesuatu.

"Kau mengenal putriku?"

Jongin kaget, tetapi dengan baik ia sembunyikan.

"Saya mengenalnya, Tuan. Kemarin kami sempat mengobrol" ucap Jongin.

Tuan Park hanya mengangguk.

Jongin akhirnya keluar dari rumah itu. Ia lalu memandang ke arah kamar Solji.

Ia terkejut saat Solji ternyata sedang mengintipnya.

"Hei, aku sudah menitipkan jadwal pada ayahmu. Datanglah besok pukul 8, kami akan melakukan pelatihan" ujar Jongin sambil tersenyum manis.

"...y-ya. Aku akan datang, terima kasih" balas Solji.

Jongin sangat gugup saat itu. Tetapi ia adalah seorang aktor yang bisa menyembunyikan perasaaannya.

Jongin lalu melambaikan tangannya pada Solji dan berjalan pulang.

Ia tak sabar, besok ia akan menemui dewinya. Sekaligus gadis yang telah memenuhi pikirannya saat ini.

*****

Haduh, gimana nih guys ceritaku yang baru?

Ngebosenin ya? Or should I stop this?😂

Ayo vote dan comment jadi aku tau pendapat kalian tentang cerita ini😚🙌💕💕💕


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back In Time [Cancelled]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang