0

855 98 44
                                    

Cinta itu seperti kutukan

Kadang menyenangkan
Tapi lebih sering menyakitkan

----------

Pepohonan hijau berbaris di pinggir jalan, mentari sudah mulai menunjukkan sinarnya menggantikan bulan yang sudah mulai menghilang bersembunyi karena malam telah berganti pagi. Memberikan ruang bagi mentari untuk bersinar, menemani sekian juta penduduk kota Bandung yang mulai menjalankan rutinitasnya seperti biasa.

Di tengah hilir mudik kendaraan yang terlihat dari jendela mobilnya itu, Milen membuka aplikasi line nya karena dirasa telah bergetar sedari tadi. Terdapat lima pesan beruntun, dari orang yang sama.

Agra: Mil dah bangun?
Agra: Mil
Agra: Milen
Agra: Gue jemput lo ya sekarang
Agra: Missed call.

Cewek berambut tergerai sepunggung itu
pun membenarkan posisi duduknya dan mulai mengetikkan balasan kepada Agra.

Milenya: Ya ampun maaf banget Gra gue baru baca line lo, maaf banget banget
Milenya: Gra jangan diread doang kek, gue tadi telat bangun ih maafin:(

1 menit, 2 menit, 5 menit, tidak ada notif yang muncul ke hp Milen lagi. Sampai akhirnya ia tiba di sekolahnya, menghela nafasnya. Ia yakin sebentar lagi Agra pasti bakal ngejutekin dia atau tidak, mungkin akan terjadi pertengkaran lagi, untuk kesekian kalinya terjadi di sekolah. Mungkin mereka akan dipanggil ke ruang BK setelah itu.

Milen pun berjalan menuju kelasnya dengan wajah ditekuk.

"Woi, pagi-pagi udah kusut aja ntar cepet tua baru tau rasa lo," ucap Fara saat Milen telah mendaratkan tasnya dimeja.

"Gila, bete banget gue pagi-pagi." Milen mengahadap kearah cewek sebangkunya itu.

Fara yang sudah menyadari alasan apa yang membuat sahabatnya kusut seperti ini pun menghela nafasnya gusar.
"Kalau lo udah nggak kuat, putusin aja sih cowok kayak gitu, mah."

"Gue nggak mau putus sama Agra, Far," ucap Milen. Milen sudah tau betul jika dirinya ada masalah lagi dengan Agra, teman sekelasnya pasti akan mengatakan hal yang sama. Bicara memang gampang tapi, prakteknya jauh lebih sulit dari mengatakannya kan?

"MILEN, ADA YANG NYARI TUH." Teriak Kean, teman sekelasnya yang juga merupakan ketua kelas XI MIA 1.

Tanpa ba bi bu lagi, Milen segera menuju pintu kelasnya menghampiri siapa orang yang mencarinya itu. Ternyata, Agra sudah berdiri di depan kelasnya sambil menunjukkan wajah datarnya. Milen sudah siap menerima makiannya.

"Lo kemana aja sih sampe bales line gue lama gitu? Gue juga nungguin lo lama taunya lo udah pergi, mbok Muni yang kasih tau. Sebenernya lo nganggep gue apa sih?" cecar Agra dengan wajah dingin khasnya yang menurut Milen itu so' so' an.

"Ya maaf, kan gue udah bilang kalau gue kesiangan tadi jadi nggak sempet buka line dari lo."

Sembari menaikkan satu alisnya, dan memulai kembali perkataannya.
"Kalau udah bosen bilang aja, kita bisa putus."

"Yaudah maafin, gue gamau putus." Ucap Milen yang kemudian dibalas oleh Agra dengan tepukan di punggungnya. Berniat menenangkan, mungkin.

"Yaudah gapapa, gue balik ke kelas ya. Nanti istirahat ke kantin bareng, pulangnya juga gue anter, kalau mau kemana-mana bilang dulu gue ya." Agra, masih dengan gayanya yang so cool mengatakan itu. Seperti tidak ada capeknya mengekang Milen seperti itu terus. Milen benci diperlakukan seperti ini. Milen kesal dengan Agra, dengan sikap egois dan sikap tidak mau kalahnya itu. Tapi apa boleh buat, bagaimanapun sikap Agra, Milen tidak mau mengikuti saran dari teman-teman kelasnya. Milen menyayangi Agra, sangat.

Like A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang