3

347 80 20
                                    


Sesuatu yang datang
Ditakdirkan untuk pergi pada saatnya

--------------------

Senin. Siapa sih yang menyukai hari senin. Bagi sebagian besar orang, hari senin adalah cobaan terberat. Bagaimana tidak, setelah mengistirahatkan badan dari rutinitas, tiba-tiba hari Senin datang dengan daftar pekerjaan yang bejibun.

Hari senin kali inipun bukan menjadi hari baik untuk Milen. Dewi Fortuna tampak sedang tidak memihak padanya.

Pagi tadi, Milen terlambat bangun. Entah Mama dan Papanya yang tidak membangunkannya atau Milen yang tidak mendengar teriakan Mama yang menyuruh Milen bangun. Saat di jalan, mobil Aldre tiba-tiba mogok. Memang, pemilik dan mobilnya sama-sama tidak mengetahui situasi dan kondisi.

Senin yang sial.

"Mil, telat juga ya?" tepukan di pundak Milen pun menyadarkan Milen pada dunia nyata. Sedari tadi, Milen hanya menatapi gerbang yang sudah terkunci itu dengan meratapi kesialan yang terjadi hari ini.

"Eh iya."

"Mau ikut gue masuk lewat taman belakang nggak?" tawar cowok itu.

Melihat Milen yang menatapnya tidak berminat, cowok itu pun melanjutkan kalimatnya.
"Kalau kita diem disini, pasti bakal dihukum sama bu Weni loh."

"Yaudah, gue ikut lo ya." Milen menunjukkan cengirannya seraya mengikuti cowok itu menuju taman belakang sekolah mereka. Taman itu memang jarang terlewati orang-orang karena kabarnya tempatnya itu sedikit angker.

Dibantu oleh cowok itu, Milen pun menaiki tebing menuju taman belakang. Karena rok pendeknya, Milen sedikit kesulitan untuk memanjat.

Hening beberapa saat. Baik cowok itu ataupun Milen membersihkan debu yang ada pada seragamnya karena memanjat tadi.

"Sekarang mending lo langsung masuk barisan upacara deh, keburu ketahuan guru." Ucap cowok itu memecah keheningan.

Cowok yang diketahui bernama Adrian lalu meninggalkan Milen. Milen pun berlari ke lapangan, meletakkan tasnya di koridor kelas 10 dan memasuki barisan kelas XI MIA 1.

Huft, untung gue lolos. Helaan nafas lega Milen keluarkan.

Siapa sih yang suka hari senin? Disaat kita udah berdandan rapi-rapi ke sekolah namun malah dijemur di lapangan untuk upacara. Aroma parfum yang dari rumah dikenakan, kini hanya tinggal bau asam dari keringat. Belum lagi ceramahnya guru-guru yang nggak kenal kata sebentar.

Tak heran banyak yang membenci hari senin.

▷◁▷◁▷◁

Selepas dibubarkannya upacara oleh guru kesiswaan mereka, Milen dan Fara pun bersama-sama menuju kelas mereka. Tanpa obrolan, hanya hening yang menyelimuti. Mungkin efek dari upacara.

Karena tak melihat jalan, Milen pun tertabrak oleh cowok yang sedang berlari kencang.

"Eh sorry sorry," ucapnya sambil membantu Milen berdiri.

"Eh iya gapapa," kata Milen. "Adrian?" ucap Milen ketika melihat wajah si penabrak itu. Yang ditanya hanya memberikan cengirannya.

"Oh iya tadi makasih ya, gue lupa bilang," kata Milen

"Iya sama-sama, gue duluan ya."

Like A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang