***
Aku masih sibuk dengan semua PR ku, aku tidak bisa tenang jika PR ku belum selesai semua. Dan aku tidak ingin akhirnya aku mencontek gara-gara aku lupa mengerjakan PR. Sementara Ana, dia udah menyelesaikannya saat di kelas. Dia memang jauh lebih rajin dibanding kan aku. Karena katanya "Aku malas kalo udah di rumah. Jadi semuanya aku kerjakan di sekolah hehe" ucapnya dulu masih terekam jelas di otakku.
"Ara, kakak mu dekat sama cewe lain. Liat deh DP, PM, dan status BBMnya" teriak Ana. Aku langsung mengambil hp ku dan melihat BBM. Dan aku baru sadar, kalau aku tidak berteman dengannya di sosmed apapun.
"Ana aku nggak berteman dengan kakak" rengekku ke Ana.
"Nih liat aja sendiri. Mesra banget. Udah gih, kamu jangan menitipkan harapan ke dia. Jika kamu berharap ke kakak mu itu, kamu tidak akan mendapatkan cinta. Tetapi malah menambah luka di hati kamu." kata-kata Ana meluncur dengan lancar. Aku hanya tidak menyangka kalau kakak bersikap seperti ini. Aku salah mengira kalu kakak itu pria sholehah dan tidak akan pernah pacaran dengan siapa pun. Tapi nyatanya, di depan mata, aku sudah mengetahuinya. Aku hanya terdiam. Sudah sejak lama aku menyukainya. Dia adalah tetanggaku. Tetapi kami sama sekali tidak pernah tegur sapa. Aku hanya menunduk ketika di depannya. Seolah tidak ada tanda bahwa aku menyimpan rasa untuknya.
"Kenapa baru sekarang dia memiliki pacar? Kenapa enggak dari dulu saja. Sudah terlalu lama aku mengharapkannya." isakku dipelukan Ana.
"Ara, itu kesalahan kamu. Kamu lebih berharap kepada ciptaan-Nya daripada kepada-Nya. Cuma Allah sumber harapanmu Ra. Come on beibb jangan lemah kaya gini dong" ucap Ana sambil membersihkan wajahku dari air mata.
"Aku harus berubah Na, aku nggak mau seperti ini terus. Aku harus jaga harga diriku sebagai muslimah. Aku harus lebih taat lagi kepada-Nya" ucapku dengan semangat.
"Ana termakasih ya kamu udah meluruskan jalan pikiranku. Lope you bebihhh . " aku memeluk Ana sekali lagi.
