6.
==========
Untuk laut yang telah meninggalkan bibir pantai sangat jauh,
Yang hanya datang saat pasang tiba,
Bisakah kamu tidak menghempas segala sesuatu dengan ombakmu?
Ada kenangan di bibir pantai yang sepantasnya tidak bisa dihapus.
Itu kamu.
==========Andra berbalik membuka gerbang rumahnya dengan hati-hati. Ia takut membuat tetangganya terganggu dengan suara yang ditimbulkan oleh gesekan besi. Setelah berhasil masuk, Andra kembali menguncinya dan melambaikan tangannya kepada Rendra yang berada di luar gerbang. Sedang mengamatinya dalam mobil.
“Cepat masuk!” teriak Rendra.
“Nanti, nunggu bapak jalan baru saya masuk!”
“Ya sudah, saya pergi dulu. Selamat malam, Reandra.”
Andra mengangguk, dalam sekejap mobil yang dipakai pria itu untuk mengantarnya pulang telah musnah dari pandangan. Ia perlahan berbalik menuju pintu utama rumahnya. Senyum tak henti-henti menghiasi wajah ovalnya yang ayu. Lama-lama bahaya juga berdekatan dengan Rendra. Bahaya untuk kesehatan jantungnya.
“Baru pulang?”
“ASTAGFIRULLAH!”
Gadis itu memekik ketika tiba-tiba di sofa ruang tamunya terdapat sosok pria bersetelan jas necis duduk dengan mata yag menyorot tajam. Ia hampir kena serangan jantung ringan. Rangga masih diam di tempat sembari menatap matanya yang berbingkai kacamata bundar. Darimana pria itu masuk? Pintu utamanya jelas-jelas terkunci rapat. Lewat atap rumahnya kah? Ia langsung mendongakkan kepalanya memastikan atap rumahnya tidak ada lubang bekas Rangga masuk. Dan memang benar tidak ada. Ia sontak menggeleng cepat. Firasat Andra mengatakan bahwa malam ini ia tidak bisa tidur nyenyak.
“Kenapa?” tanya Rangga dengan raut biasa dan nada yang terlewat biasa. Membuat Andra mendecih muak.
“Kau bilang kenapa?! Jelas-jelas aku terkejut sewaktu aku tahu bahwa kau di sini, di rumahku, dan kau tanya aku kenapa?!”
Andra ingin berlari masuk ke kamarnya lalu mengunci pintu. Sungguh memalukan sekali kala ingat kamar tidurnya tidak pernah ia kunci. Bagaimana jika sebelum ia pulang tadi Rangga melihat-lihat kamar tidurnya? Berdoa saja semoga tidak. Rangga tidak masuk ke zona teritorialnya yang sebelas duabelas mirip kapal pecah.
“Maaf.”
“Ya-ya-ya sudah, kau boleh pulang. Aku lelah hari ini,” ucap Andra sedikit gugup. Ya bagaimana tidak gugup, kita sudah menyiapkan segala kata makian dalam hati dan orang yang ingin dimaki malah meminta maaf. Kalau masih terus dimaki malah jatuhnya kita tidak punya rasa toleransi.
“Aku datang untuk bertemu denganmu dan berbicara denganmu. Bukan untuk melihat kau pulang lalu tidur.”
“Ya terus maumu apa?” tanya Andra setengah berteriak. Rangga semakin menghela napas secara terang-terangan. Bahkan hembusan napas pria itu membuat Andra sedikit kesal.
“Berbicara denganmu.”
“Ya terus? Bicaralah!”
“Duduk di sini.” Rangga menepuk sofa di sebelahnya.
“Apa kau bilang? Aku tidak mau!”
“Kenapa?”
“Kenapa?” Andra menirukan perkataan Rangga yang terakhir. Kedua matanya melotot memandang Rangga sambil bersedekap. Pria itu sudah gila. “Setelah apa yang terjadi kau pikir aku mau berbicara denganmu? Sekarang keluar dan biarkan aku tidur.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact. - On Going
Chick-LitThe Fact (Aku Lebih Kuat dari yang Kau Pikir) Reandra Emeralda (25) telah begitu sabar menghadapi cobaan hidup yang menimpanya. Ia kehilangan kedua orangtuanya saat berusia lima tahun. Lalu tetap menjadi gadis seperti biasanya saat mengetahui pacarn...