▪7▪

7.5K 625 45
                                    

7.

==========
Ada kebahagiaan yang sebaiknya di simpan,
Ada kekecewaan yang sebaiknya di sembunyikan,
Dan, ada rindu yang seharusnya tidak diungkapkan.
==========

"Awas jatuh!"

          Andra hampir saja kehilangan urat malu jika Rendra tak segera memegang lengannya dan merangkum bahunya. Ia memaki anak tangga dan tentu saja heels sepuluh sentimeter yang dikenakannya hampir membuatnya terjungkal mencium ubin. Ck! Sial sekali.

"Terima kasih, pak."

"Kalau jalan matanya jangan kemana-mana."

"Mata saya masih ada ditempatnya pak. Gak bisa kemana-mana," candanya.

"Maksud saya fokus ke depan. Jangan tengok kanan-kiri."

"Kalau fokus ke depan terus yang bapak maksud, kita gak bakal tahu di belakang kita ada mobil yang siap menabrak kita, ada pencuri yang mencuri barang berharga kita, ada pejalan kaki yang butuh bantuan kita, makanya kepala diciptakan buat bisa noleh ke depan ke belakang ke kanan dan ke samping pak. Ada tujuannya."

"Filosopi yang lumayan. Kapan-kapan kita bicarakan hal itu. Sekarang kita sudah sampai."

Mereka berhasil memasuki ballroom hotel tempat acara launching new product dari brand yang menjadi salah satu sponsor majalahnya digelar. Matanya tak berhenti menyapu seluruh ruangan. Semua berwarna emas mengkilat. Andra terkagum melihat dekorasinya yang mewah. Ia akui, menurutnya ini berlebihan. Bahkan brand-brand lain hanya melakukan dengan cara yang sederhana. Panggung yang melintang dan kursi-kursi tamu yang tertutupi dengan kain putih. Selesai. Suasana yang gelap. Hanya panggung saja yang tersorot oleh lampu. Namun ini tidak. Agaknya hampir seperti acara pernikahan jika tidak ada banner besar yang menyambut di depan pintu.

"Good night, Mr. Mahendra. Long time no see! Terakhir kita bertemu sepertinya di NY bukan?"

"Yeah, good night too, Mr. William. Aku pikir begitu," jawab Rendra tidak kalah ramah.

Andra mengamati dua makhluk adam yang asyik bertegur sapa dalam diam. Lalu membuang pandangannya ke sekeliling lagi. Siapa tahu ada cowok tampan yang kegantengannya bisa menambah vitamin untuk mata. Tidak, tidak. Andra tidak suka laki-laki tampan untuk diajak berpacaran. Ia yakin jika cowok tampan itu berengsek. Berengsek dengan cara mereka sendiri. Ia hanya.. entahlah. Kapok mungkin -setelah hubungannya dengan Rangga yang terjalin selama dua tahun sia-sia belaka- Ia masih percaya bahwa cowok tampan hanya sebatas untuk dilihat. Bukan dimiliki.

"Hey, kau baik-baik saja?"

Ia menoleh begitu dirasakan jemari Rendra mencolek tangannya. Andra melihat ke belakang pria itu sebentar, teman bicaranya tadi sudah menghilang.

"Kau baik-baik saja?" tanya Rendra sekali lagi.

Andra hanya tersenyum, lalu mengangguk, "Saya baik-baik saja, pak."

"Ikuti saya. Kita duduk di meja nomor empat."

Andra mengekor di belakang Rendra. Berjalan menuju sebuah meja yang dikelilingi oleh delapan kursi. Sesuai dengan urutan tamu penting, meja mereka persis di depan panggung. Yang mana artinya mereka benar-benar di spesialkan malam ini. Tapi tunggu dulu, Andra sepertinya menangkap papan nama yang berdiri kokoh di atas meja. Ada dua. Satu bertuliskan InYourStyle dan yang satu lagi -Andra menahan napasnya-  Yuhana Corp.

"Duduk, Andra." Andra tak bergegas meski atasannya sudah menyuruhnya duduk. Ia masih berdebat dengan dewi batinnya yang menyuruhnya untuk menyingkir dari sini. Tapi itu benar-benar tidak etis sama sekali. Hanya karena persoalan pribadi, pekerjaannya di bawa-bawa? Bagaimana nanti Rendra memandangnya? Bisa-bisa ia di cap tidak profesional.

The Fact. - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang