Happy Reading & Enjoy All
Larissa menatap lurus ke depan tak mempedulikan pria yang duduk di sebelahnya. Pria itu duduk dengan santai tanpa mempedulikan perasaan berkecamuk yang melingkupi Larissa. Pria itu mengaku sebagai sahabat kakeknya, tapi tetap saja tak mengurangi rasa bingungnya. Siapa dia dan kenapa tiba-tiba muncul? Rasanya Larissa harus bertanya pada kakeknya.
"Wajar jika kau seperti tak mengenalku. Kita terakhir bertemu adalah saat kau lulus senior high school." Pria itu bersuara dengan tenangnya.
Larissa menatap pria itu. "Itu sudah lama sekali. Aku pasti sudah sedikit lupa," Larissa memilih jawaban yang aman. Ya, dia tidak boleh mengumpan jawaban yang pada akhirnya membuat dia bingung sendiri. Tidak boleh, sebelum dia berhasil menghubungi kakeknya dan bertanya tentang Joseph Lewis.
"Kurasa kau pasti juga sudah lupa dengan anak perempuanku dan juga istriku? Benar, kan?"
Larissa mengangguk sekilas. "Kurasa, iya. Dia pasti tumbuh dengan cepat dan semakin cantik sekarang."
"Kalian dulu sangat dekat. Kalian sahabat dekat saat senior high school."
Joseph Lewis semakin membuat Larissa gelisah. Pasalnya, tak ada satupun yang dia ingat. Jika begini terus, akhirnya dia akan terpojok.
"Tentu saja." Jawab Larissa dengan lemah. Larissa benar-benar mengutuk ingatannya yang hilang entah ke mana. Dipandanginya Joseph Lewis dengan intens, berharap ada satu ingatan yang masuk tentang pria itu. Nihil.
"Kenapa kau memandangku seperti itu, Larissa?"
Larissa menggeleng dengan salah tingkah. "Tidak apa-apa, aku hanya..." Pikir alasannya Larissa. "Aku hanya sedang berfikir tentang panggilan yang cocok untukmu."
"Kau membuat panggilan baru untukku?" Larissa mengangguk mantap. "Padahal aku suka kau memanggilku uncle seperti dulu. Tapi tak apa kalau kau mau mengubah panggilanmu untukku."
Larissa tersenyum puas karena Joseph menangkap umpannya dengan baik. Setidaknya sekarang dia tahu panggilan apa untuk pria yang umurnya sudah seusia kakek Larissa.
"Kalau begitu aku akan memanggilmu uncle saja, seperti dulu. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, jadi sekarang aku akan menyenangkanmu, uncle."
"Akhirnya kau bisa sedikit seperti dulu, Larissa. Aku senang mendengarnya."
Larissa mengangguk.
"Kenapa kau di sini, uncle? Siapa yang sakit?"
"Aku kemarin untuk mengunjungi kolegaku yang sedang sakit. Aku bosan di dalam, udaranya benar-benar memuakkan, jadi aku keluar," Pria itu meneliti Larissa dari atas sampai bawah. "Dilihat dari pakaianmu, sepertinya kau pasien di sini. Kau sakit apa, Larissa?"
"Hanya insiden kecil, kemarin aku keracunan."
"Keracunan? Lalu bagaimana keadaanmu sekarang?" Pria itua itu nampak khawatir.
Larissa mengibaskan tangannya sambil lalu ke seluruh tubuhnya, termasuk ke arah infus yang menggantung. "Sudah cukup membaik, uncle tenang saja."
"Syukurlah kalau begitu... lalu, apa kakekmu ada di sini?"
Pertanyaan itu membuat Larissa menggigit bibir bawahnya ragu-ragu. "Sebenarnya kakek tidak tahu kalau aku masuk rumah sakit. Uncle, kumohon jangan beritahu kakek. Aku takut dia shock dan akhirnya masuk rumah sakit." Larissa menangkupkan tangannya untuk memohon.
Bukannya menjawab, Joseph malah memasang senyum penuh ironi. Larissa mengerutkan keningnya penuh kebingungan.
"Kenapa, uncle?"
![](https://img.wattpad.com/cover/73369776-288-k257604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Supermodel | #1 Winstone's Series
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS. Alexander James Winstone Aku mengenalnya. Gadis yang hilang bagaikan ditelan bumi saat memutuskan belajar di Paris. Kini dia kembali dengan keadaan yang benar-benar berubah. Dia sudah menjadi seorang Supermodel...