Telah semigu ini aku berniat untuk tidak menginjakan kaki lagi di ruang BK dan masuk ke buku hitam milik ma'am Siska, aku ingin mengikuti kata - kata ma'am Siska dan kance - kanceku, aku sudah berniat ingin berubah, aku ingin di bangga - banggakan semua orang.
"BULAN KALEYDA ALFARICA dipanggil ma'am islan ke ruangannya" aku kaget kenapa ma'am islan memanggilku apa aku berbuat sesuatu lagi. Ma'am islan adalah waka kesiswaan.
Aku berjalan nenunduk kearah ruangan waka kesiswaan yang melewati banyak meja - meja guru yang 95% telah mengecapku dengan sebutan 'murid wanita yang berandal', 5%nya hanya ma'am siska yang mendukungku untuk berubah dan tidak menyebutku dengan sebutan yang menyebalkna itu, aku melewati banyak guru - guru dan memendam omongan - omongan dari guru - guru itu membuat hatiku hampir robek dan hampir membuat otakku menjadi pisikopat.
Sampai di depan pintunya "hm, iya ma'am ada apa memanggil saya"
"Kamu... Bulan? bisa moto kan? Kalo gak bis-" dia menanyakan aku bisa moto ya bisa lah, fotografer adalah kesukaanku, selama di jepang aku selalu menjadi fotografer terfavorit di sekolahku, beda dengan sekarang aku selalu di rendahkan, menyebalkan.
"Bisa ma'am" aku senyum simpul padanya.
"Serius, bukan asal moto lo" hah nyebelin ni orang kalo gak percaya sama aku kenapa manggil sih.
"Iya ma'am aku bisa, klo gk perca-"
"Oke deh, kamu besok bawa kamera dan kumpul dengan anak - anak OSIS di aula" dih guru ini udah gak percaya terus motong omongan aku lagi.
"Ya maam" aku menyalimi tangannya dan berjalan keluar dari ruang guru.
"Nyebelin amat guru ini udah nyuruh gak percaya lagi, kalo gak percaya gak usah manggil" aku mendumel sambil berjalan ke kelas.
"BRUK"
"AUUUW sapa sih jalan gak liat - liat, punya mata apa gak sih, aduh tanganku ketusuk MA..M..A.. MAWAR" seketika mataku meneteskan air mata, aku fobia, aku takut dengan mawar.
"Sorry, sorry, gw gak sengaja, kok nangis sih kan hanya ketusuk sedikit" lelaki di depanku menarik tanganku dan mengambil duri mawar yang tertancap di tanganku"
"Sud-" aku tidak mendengarkanya aku berlari sekencang mungkin untuk meninggalkan laki - laki itu dan bunga itu.
Banyak teriakan - teriakan memanggilku saat aku melewati lorong kelas, namun aku hiraukan aku ingin jauh dari Bunga itu, dan kakiku sekarang terhenti di taman belakang sekolah, aku menangis dengan merangkul kedua lututku.
***
Tok tok tok"Non Bulan bangun" suara yang familiar di pagi hari yang gak lelah untuk membangunkanku.
"Bik, ini hari libur" aku mengambil bantal dan menaroknya di telinga.
"Non, ini hari senin bukan hari libur non" aku mengambil jam tanganku di meja belajarku dan benar ternyata hari ini hari senin dan sekarang telah pukul jam 06.30, aku lari ke kamar mandi dan berangkat ke sekolah.
Tiiiin Tiiiiin
Suara kelakson dari pengendara - pengendara yang sebel karna ulah manusia yang melanggar tata tertib yang mengakibatkan kemacetan.
"Aih, pake macet segala tau udah telat juga" aku mengomel - ngomel seperti orang gila di atas motor yang aku kendarai.
"Udah lah terobos aja, dari pada telat" suara dari arah belakang membuatku semangat untuk melanggar tata tertib lalu lintas, biarlah dari pada telat aku kan hari ini disuruh jadi fotografer oleh ma'am islan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Dan Bintang
Teen FictionBULAN wanita yang suka dengan rumus, Fobia dengan mawar, benci dengan warna oren (katanya sih oren itu buat dia mual, karna warna itu biasanya untuk obat), dan wanita yang lelah untuk melupakan masa lalunya. BINTANG laki - laki yang pintar, disiplin...