Alasan

198 6 1
                                    

Setelah Fina mendengar jawaban dari Devio, hubungan mereka berdua tidak ada yang berubah, masih sibuk dengan kehidupan masing-masing. Walaupun begitu Fina masih penasaran apakah benar kalau Devio mencintainya. Fina juga masih menjalankan kewajibannya melayani suaminya meskipun terkadang dia harus pulang malam tapi prinsip Fina sesibuk apapun dia tetap harus melaksanakan kewajibannya. Devio juga tidak pernah marah apalagi melarang jika Fina pulang larut malam karena itu syarat yang harus diterima agar bisa menikahi Fina. Bagi Devio selama istrinya bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan keluarga Devio tidak akan pernah melarang. Seperti hari ini Fina pulang malam dan Devio menunggu sambil nonton TV.
" Malam Dev" sapa Fina
" Malam " jawab Devio"
" Maaf ya aku pulang malam lagi"
" Iya gak papa"
" Kamu udah makan apa belum? "
"Belum"
" Aku masak dulu ya" kata Fina sambil tersenyum
" Gak usah, kamu mandi dan langsung istirahat. Lagian aku gak lapar "
" Gak apa-apa, aku masakin kamu dulu bentar "
Devio diam aja tidak akan membantah karena dia tahu Fina itu agak keras kepala, jadi lebih baik dia mengalah. Fina kelihatan capek sekali jadi kasihan jika harus berdebat hanya karena makan malam.
Setelah menemani makan malam, Fina lansung masuk kamar dan mandi kemudian langsung tidur. Bagi dia hari ini sangat melelahkan belum lagi besok hari sabtu dia harus kuliah pagi sampai sore.
Keesokan harinya, tepat pukul 6 pagi,Devio masuk ke rumah setelah tadi jogging di taman sekitar apartemen. Tapi ketika dia masuk, rumah terlihat sepi tidak ada aktivitas yang biasa di lakukan oleh Fina. Biasanya jam 6, Fina sudah sibuk di dapur untuk membuat sarapan. Mungkin Fina lagi di belakang rumah, pikir Devio. Namun ketika akan beranjak ke belakang rumah, Devio mendengar suara gelas terjatuh di kamar Fina. Langsung saja Devio berlari ke kamar Fina. Betapa terkejutnya ketika membuka pintu kamar dia melihat Fina yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
" Fin..Fin..bangun.." kata Devio sambil menepuk - nepuk pipi Fina berharap dia membuka mata.
Panas,itu yang di rasakan Devio saat memegang pipi Fina. Tanpa ragu-ragu dia membopong Fina untuk di bawa ke rumah sakit.
*
Bau obat-obatan begitu terasa di hidung Fina. Ketika membuka mata yang pertama ada dalam pikirannya adalah dia tidak sedang berada si rumahnya. Dia berada di rumah sakit. Pusing dan mual, itulah yang diraskan oleh Fina sekarang.
Ceklek...
Pintu terbuka, Fina reflek menengok ke arah pintu dan yang dilihatnya adalah Devio.
" Hai..kamu udah sadar"
" Bisa ambilkan minum"
" Ya sebentar aku ambilkan"
Fina tampak pucat,pikir Devio.
" Apa yang kamu rasakan sekarang?"
" Pusing dan mual"
" Tidurlah,aku akan menjagamu. Tadi aku sudah menghubungi ayah dan ibumu mungkin sekarang mereka dalam perjalanan kemari"
" Berapa lama aku pingsan?"
" Dua jam. Besok baru keluar hasil tes kesehatanmu".
Kemudian Fina memejamkan mata dan terlelap berharap besok akan sehat kembali karena pekerjaan yang menumpuk di kantor.
Keesokan harinya ketika Fina terbangun yang dilihatnya adalah Devio yang sedang tertidur di sofa.
" Dia pasti lelah menjagaku" lirih Fina. Dia melihat jam menunjukkan pukul 7 pagi. Seharusnya Devio sudah harus berangkat kerja karena dia pasti takut terkena macet.
" Pagi Fin " kata Devio sambil memegang dahi Fina
" Panasmu udah turun kelihatannya"
" Kamu gak berangkat kerja?" tanya Fina
" Gimana aku mau bekerja, sedangkan istriku lagi sakit "
" Kamu pergi kerja aja, biar ibu yang menungguku di sini "
Semalam orang tua Fina sudah datang dari Bandung dan Devio meminta untuk menginap di apartemen karena Devio yang akan menjaga Fina.
Ketika mereka berbicara tiba-tiba orang tua Fina datang.
" Iya nak Vio, biar ibu sama ayah yang menjaga Fina, sekarang berangkat kerja aja. Kebetulan ini ibu udah siapkan baju untuk nak Vio bekerja"
" Saya sudah ijin hari ini tidak masuk kerja. Lagipula tidak ada agenda yang penting hari ini.
" Kalau gitu pulanglah dan istirahat. Gantian sama kami yang menjaga Fina "
" Pulanglah, aku gak mau nanti gantian kamu yang sakit " kata Fina
" Baiklah aku pulang nanti aku kesini lagi. Titip Fina ya bu. Assalamualaikum "
" Walaikum salam" jawab ibu dan Fina bersamaan.
Ibu Fina mengangguk. Memang tidak salah pilihan ayahnya, Devio memang laki-laki yang baik, pikir ibu Fina. Berharap anaknya akan hidup bahagia dengan Devio.
#
Tiga hari Fina di rawat di rumah sakit. Hasil tes menunjukkan Fina terkena tifus dan kecapekan. Memang terkadang dia juga telat makan atau bahkan tidak makan sama sekali terutama kalau di kantor karena pekerjaan menumpuk dia lupa makan siang. Pulang larut malam dan pagi-pagi sekali dia sudah harus berangkat. Belum lagi kalau minggu harus kuliah sampe sore jadi hampir tidak ada istirahatnya. Bahkan terkadang hari Sabtu juga lembur. Walaupun dia tetap melakukan kewajiban sebagai istri, Devio tetap merasa kuatir dengan kesehatan Fina dan sekarang terbukti Fina sakit.
Melihat Fina yang bekerja keras kadang terlintas dalam pikirannya untuk menyuruh Fina berhenti bekerja saja tapi dia tahu Fina pasti akan menolaknya dan Devio tidak mau bertengkar sama Fina.
Hari ini Fina bisa pulang dan rencananya ibu akan merawat Fina sampai sembuh sedangkan ayah langsung pulang ke Bandung.
Ibu tidak tau kalau selama ini Fina dan Devio tidak tidur satu kamar jadi terpaksa selama ibu di rumah mereka tidur satu kamar.
" Kalau gak apa-apa kan kalau kita sekamar? Aku gak mau ibu curiga sama kita" kata Devio ketika ibu mertuanya sedang di dapur membuat bubur untuk Fina.
" Iya gak apa-apa. Pas kamu bawa ke kamar ini tadi aku sudah paham alasanmu.
" Tapi tenang saja aku tidur di sofa kok" kata Devio dengan tersenyum.
Kemudian terdengar bunyi handphone Devio. Katanya Andre, teman kerjanya yang menelfon lalu Devio keluar kamar. Karena badannya masih agak lemas Fina kemudian merebahkan diri dan merenung tentang pernikahannya.

Selama menikah memang Devio sangat baik. Dia tidak pernah marah pada Fina padahal dia tahu bahwa Devio tidak suka kalau dia pulang bekerja larut hanya saja dia memilih mengalah pada Fina karena dia tidak mau bertengkar. Apa kata orang kalau pengantin baru bertengkar.

Setelah Fina benar-benar sembuh, ibunya pamit untuk pulang ke Bandung. Malam harinya Fina langsung pindah ke kamarnya sendiri dan Devio tahu hal ini pasti akan terjadi.
" Dev, aku kembali ke kamarku ya.."
" Iya. Maaf kalau membuatmu terpaksa tidur satu kamar sama aku "
" Gak apa-apa. Aku tahu kok maksud kamu baik"
" Setelah ini usahakan jangan pulang larut malam,makan teratur dan jaga kesehatan"
" Siap bos" kata Fina sambil tertawa
Mendengar Fina tertawa membuat Devio senang karena jarang sekali melihatnya tertawa.
" Nah gitu dong. Sekali kali perlu tertawa kaya gitu, jangan terlalu serius" kata Devio
Mendengar itu Fina hanya tersenyum.
" Ya udah, aku masuk kamar dulu"
" Istirahatlah. Selamat malam " kata Devio. Berharap suatu hari Fina akan membalas cintanya.Cinta yang dia pendam sejak 15 tahun yang lalu. Devio tahu kalau Fina masih meragukan cintanya. Tapi dia akan membuktikan kalau dia benar-benar mencintai Fina dan menjadikan dia satu-satunya wanita dalam hidupnya karena selama ini belum ada yang bisa menggantikan Fina di hatinya.
DEVIO POV
Satu tahun yang lalu
" Vio, kapan kamu mengenalkan kekasihmu pada ayah dan ibu nak" kata ibu Devio
" Devio belum punya kekasih bu" jawab Devio
" Apa kamu tidak ingin menikah? Karena selama ini ibu tidak pernah melihat atau mendengar kamu berhubungan dengan seorang wanita. Atau jangan -jangan kamu tidak normal?"
" Kok ibu ngomong gitu sih. Tentu saja Devio normal alias menyukai wanita. Ibu ini aneh-aneh aja deh " kata Devio sambil tertawa.
Pertanyaan seperti itu sudah sering ditanyakan oleh ibu dan suatu hari aku membuat pengakuan kepada ibu kalau aku menyukai seorang wanita dan dia adalah Fina, tetanggaku dulu.
Dan reaksi beliau adalah sangat mendukungku. Kata ibuku aku harus segera melamar Fina sebelum di miliki orang lain. Sebenarnya selama 15 tahun ini aku selalu tahu kabar Fina mulai dari dia SMP,SMA dan kuliah dimana sampai dia tempat dia bekerja karena kebetulan tetanggaku dulu atau tetangga Fina juga di Bandung pernah satu Universitas sewaktu aku kuliah dulu dan sampai sekarang kami kadang-kadang masih bertemu karena kebetulan dia bekerja di Bandung dan kantornya bersebelahan dengan tempatku bekerja. Dia juga sering ketemu Fina karena setiap 2 minggu sekaai pulang ke Bandung. Awalnya aku tidak menunjukkan ketertarikanku pada Fina tapi semakin lama dia tahu kalau aku mencintai Fina karena katanya setiap kali ketemu kenapa yang di tanyakan selalu Fina. Akhirnya aku jujur saja dengan perasaanku tetapi aku minta jangan memberitahu tentang perasaanku kepada Fina. Sama dengan ibuku, dia menyarankan untuk melamar langsung Fina ke orang tuanya. Akhirnya setelah aku yakin Fina belum memiliki kekasih aku langsung menemui ayahnyandan menyatakan tujuanku yaitu melamar Fina. Melihat reaksi ayah Fina aku merasa bahwa ayahnya menyetujui permintaanku untuk menjadi menantunya. Tapi waktu itu ayahnya belum memberikan jawaban apapun katanya semua terserah Fina.
Ternyata Fina mau menerima lamaranku.
" Iya nak Vio, Fina mau menikah denganmu tapi katanya nanti kalau di Jakarta dia boleh tetap bekerja dan sekolah S-2. Memang sebelumnya Fina minta ijin mau kuliah S-2 tapi om tidak mengijinkan karena dia ingin kuliah dan di Jakarta sedangkan om kuatir dia sana gak ada yang jaga. Sewaktu kamu datang melamar ayah senang sekali kalau nak Vio yang jadi menanti om karena kami juga sudah mengenal keluarga nak Vio karena ayah dan ibumu juga sering komunikasi dengan kami. Bahkan ketika nak Vio melamar Fina, om langsung menghubungi orang tuamu. Mereka juga senang sekali dan setuju. Om minta maaf kalau Fina menerima lamaran nak Vio dengan terpaksa.
Sekarang terserah nak Vio masih mau menikah dengan Fina atau tidak setelah mendengar syarat dari Fina itu" kata ayah Fina.
Awalnya aku kaget kenapa Fina harus menerima lamaranku dengan terpaksa. Akan tetapi, aku sudah terlanjur mencintai Fina jadi aku bertekad akan membuat Fina mencintaiku karena tidak mungkin dia langsung mencintaiku karena kami saja tidak pernah bertemu selama 15 tahun. Aku tahu kalau aku ini bukan pilihan Fina tapi suatu hari aku akan menghapus kata BUKAN sehingga menjadi PILIHANKU.

BERSAMBUNG..

Maaf banyak typo karena ngetiknya disela-sela diklat.

Semoga suka dengan ceritaku...

BUKAN PILIHANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang