Devio hanya bisa bersabar dengan pernikahannya dengan Fina. Terkadang dia merasa kalau membuat Fina mencintainya semakin hari semakin sulit. Fina kelihatan semakin dekat dengan Revan daripada dengan Devio. Hanya teman, itulah pendapat Fina tentang perasaannya Revan terhadap Fina. Dia masih percaya bahwa selama ini Revan hanya menganggapnya sebatas teman, tidak lebih.
" Nggak lah Dev, si Revan itu hanya mengganggapku teman aja". Itulah jawaban dari Fina ketika Devio menjelaskan kalau Revan punya perasaan yang lain terhadap Fina. Devio hanya diam saja, dia malas membantah karena hal itu akan menjadikan pertengkaran di antara mereka. Dia tahu sifat Fina yang keras kepala.
Setelah kejadian itu, Devio tidak pernah membahas lagi tentang Revan dengan Fina. Tapi Devio tetap yakin kalau Revan memang menyukai Fina sejak dulu dan biarlah waktu yang akan membuktikannya.#
Ceklek
Terdengar bunyi pintu terbuka. Devio langsung menoleh dan melihat yang datang Fina dengan wajah yang kusut, pucat dan terlihat kelelahan.
" Kamu kenapa Fin ? Wajahmu pucat. Kamu sakit ya?" Tanya Devio dengan rasa kekhawatirannya.
" Kepalaku pusing dan badanku agak meriang. Aku istirahat dulu ya." Jawab Fina sambil terus berjalan kamar.
Devio yang merasa khawatir kemudian mengikuti langkah Fina yang akan masuk ke kamar. Dilihatnya Fina yang mengambil baju tidur di lemari dan masuk kamar mandi untuk berganti baju. Setelah itu tanpa mengucapkan sepatah katapun Fina langsung naik ke kasur dan tidur. Melihat Fina yang seperti itu, Devio menghampiri Fina, memegang dahinya dan menyelimuti tubuh Fina. Kemudian dia mengambil ponsel di atas nakas menghubungi temannya yang seorang dokter karena dia tahu suhu tubuh Fina yang panas ketika tadi Devio memegang dahinya.
Devio merasa kalau Fina sakit karena kelelahan. Beberapa hari ini Fina sering pulang larut malam. Entah karena pekerjaan atau memang sengaja menghindari Devio.Benar dugaan Devio kalau Fina sakit karena kelelahan. Itu yang di katakan dokter.
" Fina kecapekan Vi. Sementara suruh dia istirahat saja sampai dia sembuh. Paling tidak tiga hari lah" kata Riko, teman Devio yang sekaligus dokter.
" Oke...oke..makasih ya. Sorry ngrepotin " balas Devio
" Ini obat untuk Fina dan semoga cepet sembuh"##
Pusing. Itu yang di rasakan Fina saat ini. Dia ingat semalam badannya terasa panas ketika sampai rumah. Kemudian dia langsung tidur dan tidak memperdulikan Devio. Tiba-tiba terdengar pintu kamar dibuka.
" Gimana keadaanmu? " kata Devio sambil membawa semangkuk bubur. Melihatnya saja Fina tak berselera karena mulutnya terasa pahit.
" Masih pusing " jawab Fina sambil memijit kepalanya.
" Tadi aku sudah manggil dokter. Kamu kecapekan dan harus istirahat beberapa hari. Ini aku bikinkan bubur. Makanlah setelah itu minum obatnya" kata Devio yang terdengar seperti sebuah perintah.
Walaupun mulutnya Fina pahit dia harus mau makan buburnya karena tidak mau Devio marah.Dia malas berdebat dengan kepala pusing. Setelah memastikan Fina menghabiskan buburnya dan meminum obat, Devio baru keluar kamar. Hari ini dia memutuskan untuk tidak bekerja dan menjaga Fina. Entah sampai kapan dia mampu bersabar dengan pernikahan ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN PILIHANKU
RomanceDia adalah laki-laki teraneh si bumi..dan dia adalah pilihan ayahku.... Alfina Syafira Dewanti