Dugaan itu

160 5 1
                                    

Fina melamun mengingat kejadian beberapa hari ini. Dia merasa bahwa Revan mencoba untuk mendekatinya.

Flashback on

Dering handphone terdengar menandakan ada yang menelfon Fina.
Revan, itulah nama yang tertera di layar handphone.
" Hallo" jawab Fina ketika ia mengangkat handphone.
" Hai Fin, lagi apa? " tanya Revan.
" Lagi makan siang nih di kantin kantor. Tumben nelfon ada apa?"
" Gak ada apa apa. Cuma kangen aja pengin denger suara kamu. Sory ya kalau ganggu makan siang kamu"
" Nggak kok, ini udah mau selesai "
" Kamu sendirian atau sama temen?"
" Sendiri nih"
" Sebenarnya pengin ngajak kamu makan siang tapi takut ganggu mungkin lagi sibuk di kantor "
" Kebetulan hari ini gak ada yang penting hari ini. Eh, ngomong ngomong yang mau kamu ajak makan siang ini udah punya suami lho jadi harus ijin suaminya dulu " canda Fina tapi sebenarnya dia ingin tahu reaksi dan jawaban dari Revan.
" Demi bisa makan siang sama kamu, aku berani kok ijin suami kamu" kata Revan dengan serius.
" Iya deh kapan kapan aku ajak suamiku makan siang bareng kamu"
" Kok sama suami sih Fin, kan aku pengin ngajak makan siang berdua doang,ya itung itung reuni lah" Kata Revan dengan entengnya padahal dalam hati Fina tahu Devio tidak akan pernah mengijinkan dia makan siang berdua lagi sama Revan. Bahkan meminta ijinpun Fina tidak akan pernah berani. Yang ada justru mereka berdua malah bertengkar.Fina diam saja tidak menjawabnya.
" Ya udah kalau gitu selamat bekerja lagi deh, kelihatannya jam makan siang udah selesai" sahut Revan mengakhiri obrolannya.
" Selamat bekerja juga "
" Oke. Sampai ketemu lagi ". Kemudian terdengar bunyi tut yang menandakan Revan sudah menutup telfonnya.
Setelah mendapat telfon dari Revan, Fina tidak pernah merasa curiga dengan Revan seperti dugaan sahabat dan suaminya yang mengatakan kalau Revan memang punya perasaann dengannya. Tapi ternyata setiap hari Revan selalu menelfonnya, bahkan terkadang ketika di sedang di apartemen saat ada suaminya pun Revan.juga berani menelfon dan mengajak.mengobrol. Terkadang dia merasa tak enak hati dengan Devio takut kalau suaminya itu marah. Memang selama ini Devio tak pernah marah jika Revan menelfon. Justru karena dia tidak marah itulah yang membuat Fina tidak enak hati.
Bukan hanya menelfonnya, Revan bahkan pernah menunggunya pulang kantor tanpa memberitahunya dulu.
" Fin...Fina" Revan sedikit berteriak memanggil Fina.
Mendengar ada yang memanggil namanya, Fina reflek menengok. Dia terkejut mengetahui siapa yang memanggilnyan. Sedikit tidak suka kalau Revan sampai datang ke kantornya karena nanti bisa menimbulkan berita yang tidak mengenakkan di kantor kalau ada yang tahu.
" Revan! Sedang apa di sini?" tanya Fina
" Aku sedang menunggumu pulang kantor. Pengin ngajak ngobrol sambil ngobrol.Mau kan?". Revan memohon dengan ekspresi wajah seperti anak kecil.
" Sory Van. Ada janji nih sama suami habis ini ada acara nikahan temennya jadi harus buru buru. Kamunsih nggak nelfon dulu tadi ". Fina berbohong sebenarnya dia tidak ada acara apapun setelah ini bahkan suaminya juga sudah 3 hari ada pekerjaan ke luar Surabaya. Tapi demi menghindari ajakan Revan dia terpaksa berbohong. Walaupun dia tidak mencintai Devio, tapi dia tetaplah seorang wanita yang sudah bersuami dan makan berdua dengan seorang laki laki tanpa ijin bukanlah hal yang baik. Fina juga semakin sadar kalau Revan mungkin memiliki perasaan padanya. Dia juga tahu bagaimana sifat Revan yang Fina yakin pasti belum berubah. Revan tipe orang yang jika menginginkan sesuatu pasti akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Fina tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi apabila dugaan tentang perasaan Revan padanya itu benar.
" Wah..sayang sekali ya padahal aku udah jauh jauh kesini lho dan aku nunggu kamu satu jam lalu" Revan tampak menyesal dan kecewa.
" Maaf...maaf tapi aku bener bener gak bisa nih "
" Lain kali aja deh kalau gitu "
Setelah itu Revan pamit dan mereka berdua berpisah di depan kantor Fina.
Lega, itulah yang dirasakan Fina setelah Revan pergi. Tapi kalau Revan menunggunya seperti hari ini lagi, Fina harus menyiapkan alasan yang tepat.

Flashback off

***
Fina tersadar dari lamunannya ketika tiba tiba sahabatnya, Neva mengagetkannya.
" Hayo..lagi ngalamunin siapa?" gurau Neva
" Gak siapa siapa" jawab Fina sambil tersenyum. Mungkin dia perlu cerita sama Neva tentang Revan, siapa tahu dia punya cara bagaimana menghindari Revan.
" Mungkin benar feeling kamu kalau Revan punya perasaan padaku" kata Fina
" Emang dia udanh ngungkapin perasaannya?" tanya Neva penasaran.
" Gak sih, tapi dia sering nelfon aku yang ngajak makan siang lah, ngobrol lah, dan dia nelfonnya juga tidak di kantor aja tapi juga berani nelfon di apartemen pas ada Devio. Kan aku juga gak enak sama Devio, takut dia marah. Revan seakan gak peduli mau ada suamiku atau tidak. Bahkan kemarin dia berani jemput aku di kantor katanya mau ngajak makan dan ngobrol".
" Berani bener dia.Trus kamu mau gitu?"
" Ya nggak lah".
" Alasan kamu apa?"
" Aku ngomong kalau ada janji sama suamiku. Kali ini bisa lolos, tapi entah alasan apa yang akan aku bilang ke dia kalau besok dia berani menjemputku lagi".
" Ya bilang aja kalau kamu udah punya suami dan nggak enak aja kalau ngobrol sama laki laki lain. Kamu harus tegas ke dia"
" Aku tahu gimana sifatnya. Dia gak akan menyerah dengan satu atau dua alasan".
" Tapi kamu udah punya suami. Gimana coba kalau Devio tahu, dia pasti akan marah"
" Dan yang pasti kami akan bertengkar. Aku males berdebat dengan dia. Selama ini dia tahu kalau Revan sering nelfon pas ada di apartemen tapi dia diam aja. Aku tahu sebenarnya dia ingin menegur atau bahkan marah. Hanya dia memendam, mungkin sama kaya aku, malas kalau ujung ujungnya bertengkar"
" Tuh kan, suami kamu baik banget. Dia mungkin takut kalau menengur kamu pasti tersinggung. Kurang apa coba suami kamu itu. Udah baik, pengertian, sabar juga ngadepin kamu yang agak susah di atur" cerocos Neva.
" Kok kamu gitu sama aku sih Nev" protes Fina sedikit tidak suka kalau membela Devio.
" Tapi emang gitu kan. Kamu tuh ya daripada mikirin Revan lebih baik mikirin kebaikan Devio"
" Devio baik sih, tapi sayangnya hatiku belum bisa mencintainya"
" Belum kan, bukan tidak. Berarti ada kemungkinan dong suatu hari nanti kamu bisa mencintainya. Ayahmu menjodohkan kamu dengannya karena beliau udah tahu gimana Devio itu. Ayahmu gak akan menjodohkan dengan sembarang orang. Walaupun ayahmu juga mengenal Revan, belum tentu dia setuju kalau kamu misalnya menikah sama dia"
Tiba tiba Fina ingat, dulu ayahnya pernah bilang kalau seandainya pacaran sama Revan, ayahnya tidak setuju. Kalau berteman tidak apa apa, kata ayahnya dulu tanpa menjelaskan apa alasannya. Sedangkan dengan Devio, ayahnya langsung setuju.
Apalagi sekarang Revan mengejarnya seakan akan Fina ini anak remaja. Bagaimana jika ayahnya tahu kalau dia bertemu lagi dengan Revan dan tahu tentang perasaan Revan, ayahnya pasti akan marah besar karena ayah dulu juga mengenal sifat Revan yang kata ayahnya sama dengannya yaitu keras kepala.
Fina hanya bisa berdoa semoga ayahnya tidak tahu dan Revan berhenti mengejarnya.

********

BUKAN PILIHANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang