5. Perempuan Aneh
Matanya mengerjap dan dengan refleks tubuhnya bangkit untuk segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah dia selesai beraktifitas di dalam kamar mandi, dia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
"Saya berangkat dulu." Pamitnya pada seorang pria paruh baya yang sepertinya sedang dibawah pengaruh minuman beralkohol.
Dia sempat melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya sebelum dia menyalakan mesin motor tua kesayangannya.
Jam 6 lewat 28, masih terlalu pagi buat ke sekolah. Batinnya.
Kemudian mesin motorpun menyala dan dia bersama motor bututnya mulai membelah jalan raya kota Jakarta yang sudah mulai padat. Hanya butuh lima belas menit saja untuk sampai di SMA Diponegoro--tempat dia bersekolah.
Keadaan sekolah sudah sepi. Karena proses KMB sudah dimulai dua puluh menit yang lalu. Dengan santai, dia berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua gedung sekolahnya.
"Wei, bapak buah udah dateng." Zear menyambut kedatangannya. "Tumben amat lo dateng jam segini? Biasanya jam delapan," timpal Awar sembari melirik kearah jam tangannya.
Dia menghela napasnya sembari menghempaskan bokongnya diatas kursi yang berada di sebelah Zear. "Lagi rajin 'kan gue?" Tanyanya dengan nada yang bangga.
"Pala lo rajin," celetuk Firgo sembari menempeleng kepala dia. "Kalau lo rajin tuh dateng kaya si Fia, dateng ke sekolah jam setengah enam. Mau bantu pak Hartono bersih-bersih sekolah dulu." Sambungnya.
Perempuan berbadan besar dan berkulit cokelat yang disebut-sebut oleh Firgo menoleh begitu ia mendengar bahwa namanya dibawa-bawa. "Apa?!" Katanya sinis dengan jemari yang terkepal.
"Ow, ow, ow, santai!" Ujar Firgo yang membuat keempat temannya tertawa.
"Lucky, dipanggil sama bu Rosi. Sekarang katanya."
Dia yang bernama Lucky menoleh dan mengacungkan jempolnya. Lalu ia bangkit dan segera berjalan menuju tempat yang tadi diberitahu oleh teman sekelasnya.
Luckyto Camello. Siapa yang tidak kenal sama dia? Seluruh warga SMA Diponegoro tahu siapa itu Lucky. Dia adalah seorang ketua karate, kapten tim voly, dan bahkan dia bersama keempat temannya--Zear, Firgo, Awar dan Babet--membentuk sebuah grup band yang terkenal dikalangan anak SMA.
Wajahnya tampan dan itu memang diakui oleh seluruh siswi maupun siswa di SMA-nya. Bahkan semua gurupun sudah mengakui ketampanannya. Lucky memang tidak pernah membuat onar, namun, dia selalu datang ke sekolah semaunya membuat guru-guru geram kepadanya.
"Assalamualaikum, bu Rosi," ucapnya sembari membuka kenop pintu ruangan yang bertuliskan ruang Tata Usaha.
"Wa'alaikumsalam. Sini, nak, masuk."
Lucky masuk ke dalam dan terduduk di hadapan bu Rosi. "Ibu manggil saya?" Bu Rosi mengangguk cepat. "Gini lho, nak. Bukannya ibu gak mau bantu kamu, tapi, kali ini ibu emang udah gak bisa bantu kamu. Kamu paham 'kan maksud ibu?"
Lucky mengangguk lemah. Ia benar-benar malas kalau sudah membahas perihal ini. Pasalnya belum ada sepeserpun uang yang ia terima dari pria paruh baya di rumahnya tadi (read : papah) untuk membayar SPP sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frangipani
FanfictionSelain membuat onar dan membuat seluruh makhluk hidup mabuk kepalang dibuatnya, kesukaan Gracia yaitu menyendiri di dalam rumah pohon miliknya. Dan, selain rokok dan minuman-minuman keras, kelemahan Gracia adalah... Lucky. x SLOW UPDATE x Copyright...