3. I Am Always Be Me
Gracia menatap malas kearah depannya yang terdapat seorang guru beserta papan tulis putih. Hidupnya diasrama sangat monoton. Tidak ada yang menarik.
Ada yang menarik, yaitu bisa hidup bebas tanpa peraturan dan debatan dari orang tuanya. Sama seperti disekolah biasa yang sebelumnya pernah ia coba, Gracia tidak memiliki teman satu orang pun.
Tapi Gracia sangat bersyukur karna asrama ini telah menjauhkan dirinya dari pandangan kedua orang tuanya.
"Laura! Sudah berminggu-minggu saya pesan ke kamu untuk mengubah tampilan kamu. Kenapa kamu tidak mendengarkan omongan saya?"
Gracia menoleh malas. "Siapa anda berani manggil saya Laura?" Tanya Gracia mengalihkan pembicaraan. "Saya tidak membicarakan nama panggilanmu, Laura. Cepat pergi ke kamar mandi dan copot itu tindikan yang ada dihidung kamu." Kata pak Juanda dengan tegas namun tidak membuat nyali Gracia menciut.
Gracia menurunkan kaki kanannya yang dari tadi ia tekuk keatas bangku lalu berjalan menghampiri pak Juanda. "Bapak surug saya lepas ini?" Tanya Gracia sembari menunjuk tindikan kecil yang berada dihidungnya.
Pak Juanda mengangguk lemah. Gracia terkekeh, nampaknya nyali pak Juanda mulai menciut. "Kalau saya gak mau lepas, gimana pak?" Tanya Gracia dengan nada yang sedikit menantang.
"Kamu harus terima hukumannya. Saya akan lapor ke kepala yayasan."
Gracia ber'o'ria sembari bertepuk tangan. "Gimana kalau kita adu tinju ditengah lapangan? Kalau bapak menang, saya akan copot tindikan yang ada dihidung saya. Tapi kalau saya yang menang, bapak harus siap angkat kaki dari asrama ini. Gimana? Setuju?" Tantang Gracia.
Semua pasang mata yang berada diruang kelas ini melebar hingga ingin keluar dari letaknya begitu mendengar tantangan dari Gracia. Gracia mengangkat alisnya menunggu jawaban dari pak Juanda.
Pak Juanda menelan ludahnya lalu menghembuskan nafasnya berat. "Oke, saya terima tantangan kamu."
Raut wajah Gracia menjadi cerah seketika. "Nah gitu dong pak, kan jadi gantle banget keliatannya." Ujar Gracia sembari menarik paksa tangan pak Juandi untuk menuju tengah lapangan diekori murid lain yang berada satu kelas dengan Gracia.
Gracia sudah memasang strateginya. Tubuhnya sudah siap untuk meninju wajah dan bagian-bagian tertentu lainnya dari pak Juanda. Gracia menyeringai begitu pak Juanda sudah mengepalkan kedua tangannya didepan wajahnya sama seperti apa yang dilakukan Gracia.
Suasana sangat menegangkan bagi pak Juanda. Namun tidak untuk Gracia. Ia justru sangat suka suasana seperti ini. Ditambah lagi saat ini hampir seluruh penghuni asrama sedang menggerubungi mereka untuk melihat siapa yang menang.
Gracia sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kepalan tangannya itu sudah bergerak ingin meninju bagian pipi kanan pak Juanda tanpa pak Juanda sadari. Semakin mendekat dan,
"Berhenti!"
Semua yang berada disini menoleh kearah suara yang memerintah itu. Gracia mendengus kesal karna aksinya lagi-lagi digagali.
"Apa-apaan ini pak Juandi? Gracia?" Tanyanya.
"Anu.. ini pak Hendra.." jawab pak Juanda tergugup. "Ada apa Gracia?" kali ini pertanyaan pak Hendra dilontarkan untukku.
"Saya mau adu tinju sama pak Juanda." Jawab Gracia lancar. Mata pak Hendra sukses melebar, "kamu bercanda 'kan?"
Gracia mendengus sembari memutarkan bola matanya. "Bapak fikir ini bercanda?"
"Ada apa ini?"
Gracia tambah geram disaat bu Rahmah--guru BK yang dikenal sebagai kekasih pak Hendra-- ikut campur dengan urusannya. Gracia menaikkan sebelah alisnya sembari memperhatikan penampilan bu Rahmah dari atas sampai bawah.
Cih! Penampilannya kampung sekali! Batin Gracia sembari terkekeh.
"Kamu kenapa tertawa?" suara pak Hendra membuyarkan lamunannya. "Gak boleh ya? Disini dilarang keras untuk tertawa ya? Pantes, suasana asrama ini sangat monoton. Membosankan." Ketus Gracia.
"Tutup mulutmu Gracia! Gak sepantasnya mulut kotormu ini berbicara seperti itu. Kamu gak pantas ada ditempat suci dan berpendidikan ini! Kamu pantasnya--"
Bug! Sebuah tinjuan mendarat kencang tepat dibagian hidung bu Rahmah yang sedang mengoceh. Siapa lagi kalau pelakunya bukan Gracia.
Gracia meniup kepalan tangannya begitu tubuh bu Rahmah sudah terkapar lemas diatas aspal lapangan dengan darah segar yang mengalir dari dua lubang hidung mancungnya.
"Kamu keterlaluan, Grac!" Bentak pak Hendra sembari membopong tubuh mungil bu Rahmah.
Gracia hanya menatap sinis punggung pak Hendra dan pak Juanda yang menjauh bersama tubuh bu Rahmah dalam bopongan mereka berdua. Satu persatu penghuni asrama ini mulai bubar.
Ketika semuanya sudah bubar, Gracia menangkap seorang perempuan lugu yang tidak ingin beranjak dari tempatnya berdiri. Gracia menatapnya sinis sembari menyeringai yang membuat gadis lugu yang bernama Desi itu salah tingkah. Tidak ada satupun rasa bersalah yang menghampiri Gracia. Justru ia merasa sangat senang.
*
Perasaan lega sekaligus benci menghampiri Gracia. Lega karna dapat keluar dari asrama itu dan benci karna harus bertemu lagi dengan orang tuanya.
Semenjak kejadian itu, pak Hendra secara terang-terangan resmi mengeluarkan Gracia dari asrama miliknya. Dengan senang hati Gracia menerimanya. Hanya orang tuanya saja yang sangat repot menanyakan mengapa ia bisa dikeluarkan.
Gracia bosan dengan keadaan kamarnya yang selalu mengingatkannya pada seseorang. Ingin sekali dirinya pergi ke klub malam, namun kejadian buruk malam itu selalu menghantui Gracia.
Gracia menggeram frustasi lalu bangkit dan berjalan menuju rumah pohon miliknya. Gracia mulai menghisap benda yang berisi tembakau itu. Sudah lama sekali ia tidak menghisap benda itu. Bagaikan sang mentari yang kembali hadir begitu Gracia menghisap batang rokok.
Tanpa disadari Gracia mulai menangis. Entah apa yang ia tangisi. Pastinya yang ia tangisi adalah salah satu orang yang paling penting didalam hidupnya. Tapi orang itu kini sudah pergi meninggalkannya.
Tangisannya semakin pecah hingga mau tak mau rokok yang sedang menyala harus dimatikan agar tidak terjadi kebakaran. Gracia menenggelamkan kepalanya diantara lututnya yang ia tekuk. Tangannya ikut melingkar.
Didalam sunyi, ia menangis. Didalam diam, ia memberontak.
Tangisannya semakin kencang yang membuat tenaganya hampir habis. Tubuhnya mulai lemas. Matanya sudah sayu. Rasa kantukpun menyerang dan ia memejamkan matanya.
----------
Haloooooo
Balik lagi nih heheMaaf ya digantungin berbulan-bulan. Kita bertiga lagi fokus banget. Dua minggu lagi UN menghantui kamiiii!!!
Aku update tanpa sepengetahuan @viraaaxx dan UlfaNah hihi
Sorry ya teman *peace*Vommentnya loh.
Maaf gak sempet aku revisi soalnya aku gak bisa revisi hehe
Salam,
Rasyiqah20 April 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Frangipani
FanficSelain membuat onar dan membuat seluruh makhluk hidup mabuk kepalang dibuatnya, kesukaan Gracia yaitu menyendiri di dalam rumah pohon miliknya. Dan, selain rokok dan minuman-minuman keras, kelemahan Gracia adalah... Lucky. x SLOW UPDATE x Copyright...