2. Don't Call Her Name Again
Emily menghentikan aktifitasnnya sesaat, saat melihat anak perempuannya mengacuhkannya begitu saja, seakan tak merasa ada makhluk hidup disini. Emily membalikkan badannya menghadap Gracia yang tengah bertengger manis dimeja makan. Emily langsung menghampiri putrinya dan duduk dihadapannya.
"Hari ini kamu harusnya packing- packing semua barang barang kamu," Alisnya terangkat satu saat Emily mengucapkan hal yang tak ingin dibahasnya.
Emily menarik nafas sesaat, "Kamu bakalan mamah masukin asrama Grac, Mamah sama Papah udah capek mengatur kamu!"
Gracia bangkit Dari tempatnya mendorong kursi yang didudukinya kebelakan hingga menimbulkan cicitan yang memekakkan telinga. Dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Emily yang tengah menatapnya penuh kemarahan.
"Dasar anak sinting!"
Emily memijit pelipisnya berusaha menghilangkan rasa pusing yang sering Ia rasakan beberapa tahun kebelakangan ini. Ia kembali meneruskan aktifitasnya yang sempat tertunda berusaha melupakan masalah yang semakin lama semakin rumit. Dan juga dia harus sesegera mungkin mengubah sifat anak kandungnya itu seperti sediakala.
-
Gracia memanjati satu persatu anak tangga menuju rumah pohon. Ya, dulu Alex pernah membuatkan sebuah rumah pohon dihalaman belakang rumahnya untuk Gracia dan Maura.
Gracia mendengus pelan lalu mengedarkan indra penglihatannya ke seluruh sudut rumah pohon ini. Rumah pohon ini nampak sangat tak terurus. Sarang laba-laba dimana-mana. Buku-buku yang tersusun rapih pun sudah terlihat sangat kotor. Kasur yang tersedia juga terlihat berantakan dan dipenuhi debu.
Gracia mencoba membersihkan tempat ini dari sang debu dan sarang laba-laba. Setelah semuanya selesai, Gracia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Gracia memejamkan matanya sembari mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya.
Jangan pernah lupain tempat ini sebagaimana kamu gak pernah lupain aku. Itulah kata-kata yang selalu terlintas dipendengaran Gracia disaat dirinya sedang di rumah pohon ini. Gracia merasa gelisah. Gracia membangkitkan tubuhnya lalu meraih sebatang rokok dari saku celananya. Gracia mulai menghisap benda itu.
Hanya dengan menghisap benda inilah perasaan Gracia menjadi tenang. Sebelumnya Gracia tidak tahu harus berbuat apa agar perasaannya tidak gelisah terus-menerus. Gracia terus menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit rumah pohon ini sembari melihat-lihat sebuah album foto masa lalunya bersama Maura.
Gracia mengernyit disaat melihat sebuah foto dua orang perempuan yang sedang bemesraan. Fikiran Gracia melayang kemana-mana. Mata Gracia membulat ketika mendapati sebuah tulisan yang terlihat semakin memudar disudut foto itu.
Jangan lupa cari pasangan La! Aku gak mau kalo kamu jadi cewe kaya difoto ini! Ew, menjijikan!- Maura Gracilia Hidden
Gracia terkekeh pelan. Tiba-tiba sebuah air mata meluncur dari indra penglihatannya. Dengan cepat Gracia menghapus air matanya itu. Gracia mematikan putung rokoknya lalu disimpan kembali disakunya.
Gracia menarik bantal boneka yang berada tak jauh darinya dia menjatuhkan kepalanya dibantal tersebut sembari menatap langit langit rumah pohon ini. Gracia memejamkan matanya akibat terlalu lelah berdebat dengan orang tuanya yang tak pernah mengerti akan dirinya. Tanpa sadar dirinya telah terbawa ke alam bawah sadarnya.
"Kakk tungguin Laura Kak! Kakak" Seorang gadis kecil tengah berlari kencang berusaha mengejar seseorang yang sudah jauh dari pandangannya. Gadis kecil itu terus mengejar Kakaknya, agar Kakaknya tak jauh-jauh dari sisisnya. Saat berlari tak sengaja kakinya tersandung batang kayu besar menyebabkan dirinya terjerembab jatuh. Kepalanya terantuk keras, hingga membuatnya meringis kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Frangipani
FanfictionSelain membuat onar dan membuat seluruh makhluk hidup mabuk kepalang dibuatnya, kesukaan Gracia yaitu menyendiri di dalam rumah pohon miliknya. Dan, selain rokok dan minuman-minuman keras, kelemahan Gracia adalah... Lucky. x SLOW UPDATE x Copyright...