Part 6

20 0 1
                                    

***
Jakson pov.

Nama gue Jakson Jaypark. Terlahir dari keluarga yang terkesan kaya.
Bokap bernama Andres Jaypark. Sedangkan Nyokap bernama Isabel Jaypark. Bokap dan nyokap bekerja di perusahaan ternama di Singapura. Mereka sibuk dengan urusan kerjanya. Sehingga gue hanya tinggal bersama bibi Sarah yang gue anggap sebagai orang tua gue.

Mungkin karena kurang perhatian dari orang tua , gue menjadi anak yang bader. Keseharianya hanya bermain dan balapan liar.

Namun jika bibi menyuruh gue melakukan sesuatu gue menurut. Karena bibi Sarah adalah orang yang baik.

Di pagi hari ini, gue masih tertidur. Namun terdengar suara bi Sarah yang memanggil gue dengan suara yang lembut. Bi sarah memang sudah tua, dia adalah seorang janda yang memiliki anak satu di kampung nya. Dia harus bekerja mencari nafkah.

"Bangun den " ucap bi Sarah.

"Iya bi." Gue hanya terbalut selimut yang masih menempel di badan.

"Den ga sekolah, ko belum bangun?" tanya bi Sarah.

"Gue di skors bi, jadi ga masuk sekolah 1 minggu" ujar gue dengan santai.

"Loh kenapa den , apa den Jakson melakukan kesalahan " tanya bi Sarah.

"Iya bi." mata gue masih saja tertutup, dan enggan membuka mata

"Den menurut bibi,lebih baik den segera berubah jadi anak yang baik , kasihan orang tua den Jakson, pasti mereka ingin den Jakson berubah kaya dulu." ucap bi Sarah.

"Bi, mamah sama papah saja sibuk sama kerjanya, mereka ga peduli sama Jakson"

"Yasudah bibi keluar dulu, masih banyak pekerjaan di luar, misi den" ujar bi Sarah.
Bi Sarah hanya bisa mendoakan Jakson agar dia cepat berubah. Tidak mungkin kalau dia harus memaksa Jakson untuk itu. Karena dia sadar, bahwa dirinya hanya sebagai pembantu.

Bi sarah pun pergi meninggalkan kamar gue.

Bi Sarah memang sering menasihati gue agar gue berubah menjadi anak yang baik. Namun gue terlalu kecewa terhadap mamah dan papah,sehingga saat ini gue masih ingin merasakan nakal nya di masa remaja. Karena umur gue baru 18 tahun.

***
Aurel pov

Setelah lamanya di skors akhirnya gue pun masuk sekolah seperti biasa. Untung mamah dan papah tidak curiga kalau gue berbohong.

Setelah selesai sarapan gue pun bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Dengan menggunakan motor ninja, gue terkesan seperti cewe keren.

Sesampainya di sekolah gue disambut oleh ketiga teman gue yang rese ini.

" heiiii brooo, apa kabar" tanya Petrik cengengesan .

"Baik broo, gimana dengan kalian semua ?" tanya gue sambil tersenyum.

"Ga ada lu sepi rel, kami bertiga kesepian ga ada yang bawelin kita ,iya kan bro" tanya Reno kepada Angga dan Petrik.

"Yoi bro, gimana lu ga di omelin sama bokap" tanya Angga.
Dia khawatir, takutnya bokap Aurel akan memarahi dia.

"Haha kaga dongg" ujar gue tertawa.

"Bagus deh, gue kira lu bakal di usir dari rumah lu, gara-gara kemarin hahahah" ucap Petrik.

"Amit-amit dah, lu gimana sih bukanya seneng gue ga dapet hukuman." ujar gue kesal. Gue hanya menatap Petrik sinis. Namun gue tau,mereka hanya becanda.

Kami berempat pun duduk di meja masing-masing, karena bel masuk sudah berbunyi.

Ketika bel istirahat berbunyi gue dan teman-teman pun berhamburan keluar kelas.
Gue dan ketiga teman gue yang gokil ini berjalan menuju kantin. Namun gue melihat sosok Jakson yang berjalan kearah gue.
Ada apa dia? Apa dia mau cari ribut lagi sama gue?
Gue pun terus berjalan. Dan pandangan gue tidak tertuju pada Jakson. Gue hanya mengabaikan nya saja. Namun Petrik menyenggol tangan kanan gue. Mungkin dia memberi tahu bahwa Jakson menghampiri dia.

Gue hanya terdiam,lalu menatap sinis Jakson yang sebentar lagi sampai di tempat kami.
Tiba-tiba langkah kami terhenti.
Jakson memberikan senyuman sinis. gue yang dari terus menatap nya dengan bingung.

Kenapa dia malah tersenyum. Apa dia ga waras.
Batin gue.

"Ngapain lu kesini?" tanya Reno kesal. Dia menghalangi gue agar Jakson tidak menatap gue seperti itu. Namun gue pun mendorong pelan Reno, karena gue penasaran apa yang akan Jakson lakukan.

Jakson hanya terdiam. Namun dia pun mulai berbicara.
"Sorry sebelumnya, gue kesini hanya ingin meminta maaf" ucap Jakson sembari menyodorkan tangan kananya untuk bersalaman.
Gue belum menjawab apapun. Namun Reno malah menyingkirkan tangan Jakson itu. Petrik dan Angga hanya terdiam melihat Reno seperti itu.

"Ga usah pura-pura baik deh lo, gue tau lu itu licik" ucap Reno sembari mendorong badan Jakson. Untung saja Jakson tidak jatuh ke lantai.

"Apaan sih lu. Gue kesini tulus minta maaf,kalau kalian ga percaya yasudah"
Jakson pun berjalan dan hendak meninggalkan gue dan yang lainya. Namun Petrik sedikit berbisik.
"Mending lu maafin jakson deh,kayanya dia serius mau minta maaf sama lu"

Gue pun berfikir sejenak dan memanggil Jakson.

"Jakson" ujar gue singkat. Namun suara itu terdengar oleh Jakson ,yang akhirnya dia menoleh ke arah gue. Namun dia tidak mengatakan sesuatu.

Gue pun memberanikan diri untuk bilang kalau gue sudah memaafkanya.
"Gue maafin ko,lain kali lu jangan nyolotin " ucap gue sembari mengangkat tangan kanan ke atas.

Namun Jakson hanya tersenyum manis. Dan berjalan membelakangi gue dan berkata terima kasih.

Namun gue mendengar bahwa dia mengatakan terima kasih.
Setelah gue menengok ke arah Reno, dia malah terlihat tak percaya dan begitu kesal pada gue.

"Kenapa lu memaafkan Jakson. Apa lu ga sakit hati sama dia. Dia itu jahat sama lu. Bukan sama lu doang ,tapi sama kita" ujar Reno menjelaskan.

"Apa salah nya sih kalau kita memaafan seseorang. Kalau dia ternyata bohong , gue ga akan memaafkan dia. Namun kita lihat saja nanti apa dia benar-benar tidak mengulanginya"
Gue menjelaskan panjang lebar.

"Iya bener kata Aurel, sudahlah Ren, jangan terlalu baperan" ujar Angga tertawa kecil.

"Yasudah terserah lu aja dah" ucap Reno pasrah.
Dan akhirnya kami semua sampai di kantin dan memesan makan dan minum

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang