Part 4 - Emosi

52 6 1
                                    

Mulmed: Revanno Delvan Xavier

*****

Author POV

Seperti biasa SMA Taruna Wijaya tak pernah sepi padahal bel masuk masih sekitar setengah jam lagi dan seperti biasa pula Raquella dan teman-temannya sedang bergosip ria di depan kelas 11 IPA 2 .

Kelas yang dicap sebagai kelas paling buruk dan sekaligus kelas paling berprestasi. Ya, buruk karena berisikan most wanted SMA Tawi siapalagi kalo bukan Raquella cs dan Revan cs.

Pasalnya disetiap pelajaran mereka selalu membuat onar dan berisik sehingga membuat guru yang mengajar kelimpungan namun walaupun dicap buruk, kelas ini juga berprestasi karena most wanted Tawi selain suka buat onar mereka juga berprestasi.

Berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Itu yang membuat kelas tersebut mempunyai kelebihan tersendiri di banding kelas lainnya.

Guru-guru pun membiarkan hal tersebut walau kadang dibikin jengkel dan kelimpungan namun itu tidak dipermasalahkan karena walaupun mereka buruk namun mereka bisa menutupi keburukan mereka dengan prestasi-prestasi yang mereka raih.

"Kantin kuy, bel masuk masih lama, gue belum sarapan." ajak Adelle dengan puppy eyesnya.

"kuy kuy ada bebeb andre gak?." sahut Mona.

"Mana kita tau , emang kita emaknya. " sahut mereka kompak seakan sudah terlatih.

" Ish " Runtuknya.

Mereka bergegas menuju kantin, seperti biasa bangku mereka selalu kosong karena bangku tersebut sudah disegel oleh Raquell atau lebih tepatnya Adelle yang notabene sepupu Raquell, karena di bangku tersebut mereka dapat langsung melihat ke lapangan tanpa harus berjalan dan berdiri.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka melanjutkan gosip yang sempat tertunda tadi.

"Dan lo pada harus tau, mukanya Adelle cengo banget waktu itu hahaha." ledak tawa Raquell yang kini sedang menertawakan Adelle

"Sial banget sih lo kil." sungut Adelle

"Seriusan Adelle ditembak sama cowok culun di parkiran mall?" sahut Mona menahan tawa, yang bersangkutan pun langsung merah padam menahan malu sekaligus kesal melihat teman-temannya menertawakan dirinya.

"Anjir gue gak bisa berhenti ketawa" tambah Raquell

"Aduh perut gue sakit." tawa Tasya

Saat sedang asyiknya bergosip, mata Raquell tak sengaja melihat seseorang di pintu kantin, seseorang yang dapat mengalihkan fokus dan pandangannya hanya untuk dia.

Raquella sontak langsung teringat kejadian kemaren sore yang membuatnya terus memandang seseorang tersebut. Tiba-tiba dadanya sesak entah kenapa ingatan itu berputar lagi di otaknya.

"Kill woy Killa, back to earth" teriak Adella.

"Ni anak kesambet apaan sih? Setan sekolah? Setan kantin? Apa setan bangku ini? " sahut Nessa

Pletak.

Langsung saja hal tersebut membuat Nessa mendapat jitakan dari Tasya "Jangan ngawur deh lo Nes." tambahnya.

"Ngeliatin apaan sih." sahut Mona yang langsung mencari objek yang sedang dipandang Raquell, hal tersebut mengundang rasa penasaran yang lainnya.

"elahh, lo ngeliatin dia?" senggol Mona yang hanya dibalas gumaman dari Raquell.

"Keren yah? Ganteng yah? Cool yha?" tambah Adelle dengan senyum jahilnya.

"hmmm" gumam Raquell yang masih dapat didengar oleh mereka.

" Lo suka sama dia?" tambah Adelle yang langsung tertawa disusul yang lainnya.

"Gak"

"Gak heran sih gue, sejak kecil barengan terus sama Revan, cuma pas smp tuh enggak." kata Adelle manggut-manggut, tanggapan yang beda jauh dari jawaban yang diberikan Raquell padanya. Objek yang sedari tadi dipandangi oleh Raquell adalah kapten basket Tawi siapa lagi kalau bukan Revan

"Nyaman ya Kill? berarti kemungkinan bisa jadi sayang dong." jahil Mona

"Mung- ech anjing." ucap Raquell " rese ya lo pada." sungutnya.

"Duhh princess kita jujur banget." seketika tawa mereka pun meledak seantero kantin.

Tanpa Raquell sadari Revan sudah berjalan mendekat kearahnya, dan duduk dengan tangan sudah bertengger mulus di pundaknya, Revan merangkulnya

"Anjir." kaget Raquell yang tiba-tiba pundaknya sudah dirangkul seseorang yang tak lain adalah Revan "Bisa gak sih lo sekali aja gak ngagetin gue." geram Raquell

"Apa ?"

"Sabar kil." gumam Raquell "Lo bisa gak jauh-jauh dari gue." tambahnya penuh penekanan sambil melepas tangan Revan.

"Lah lo kenapa deh?" bingung Revan karena tak biasa nya Raquell bersikap seperti itu kepadanya.

"Gue bosen duduk deket lo mulu, gak dikelas, gak dikantin bosen tau liatnya."

"Serius deh Kill, lo perasaan dari kemaren sensi mulu' sama gue , lo pms ya?"

Raquell pun hanya mendengus kasar dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya dan menyembunyikan wajah kesalnya, entah karena kejadian di cafe kemaren atau karena lelucon teman-temannya yang membuat mood nya hancur.

Teman-temannya pun menatapnya heran sekaligus bingung karena sikapnya memang tak biasanya Raquell bersikap seperti itu pada Revan. Biasanya gadis itu akan ceria, wajahnya penuh senyum dan tawa apalagi jika dia sedang bersama Revan.

Siapapun yang tidak mengenal mereka akan mengira jika Revan dan Raquella mempunyai hubungan khusus. Semacam Pacaran. Namun nyatanya mereka hanya sebatas sahabat tapi mesra.

"Woy lo gapapa kan Kil?" tanya Revan sambil menggoyang-goyangkan bahu Raquell.

"Bitte nicht beruhren" gumamnya malas.

"Man ich was? hatte in der klasse gewesen, sie schweigen" bingung Revan

"nur nicht in der stimmung."

"ouh truant nur wie?."

"Eh jangan coba-coba. schmack haft tragen nur show schulwanzer." sahut Adelle galak

"berasa kambing congek dah." gerutu lucas

"lah bukannya lo asli perancis ya masak gitu aja gak tau." sahut Mona

"Eh si bego, perancis sama jerman beda " Mona meringis karena ucapan lucas

"ich denke, die idee ish nicht schlecht, lo ambil tas gue, gue males balik kekelas, gue tunggu di parkiran." kata Raquell sambil berlalu diikuti Revan dibelakangnya

"Raquell Revan zuruck sie nicht uberspringen." teriak adelle sontak langsung menjadi sorotan dikantin "Apa kalian liat-liat." sahutnya galak menatap seluruh isi kantin.

"si bego gue ditinggalin gitu aja." tambahnya.

"mau kemana? lo tadi ngomong apa?" tanya Tasya polos.

"bolos, kamvret kan kita gak diajakin. " gerutu adelle. entah mengapa dia kesal terhadap sikap Raquell

"bangke banget sih tuh Revan."

"Cabut sendiri aja gimana?" usul Dava

hening

" DAVA I LOVE YOU " teriak Dhirga memeluk Dava.

"Anjir." kagetnya yang langsung bangkit dari duduk "bukan temen gue serius." katanya sambil mengangkat tangan karena sekarang mereka menjadi pusat seluruh kantin.

***

Akhirnya bisa update juga setelah sekian lama gak pernah buka watty
masih ada yang nungguin cerita absurd ini?  oke yang udah baca dari awal boleh dibaca lagi karna di part 3 ada yang saya rombak total karena gak sesuai sama rencana saya

vote nya jangan lupa yha dicommen juga boleh atau saran atau masukan gpp soalnya saya sadar ini gak terlalu bagus sbenernya

terimakasih

@Bella_Sheptii

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang