04

108 13 3
                                    


Digo duduk di pinggir kolam renang rumahnya. Entah dia sedang memikirkan apa.

"Hoii.. ngelamun aja lu" sapa Radif abang digo,yang sudah duduk di sebelah sang adik

Radif Mahendra,kakak kandung Digo. Pengusaha muda,dan tampan. Umurnya baru menginjak 21 tahun. ia masih meneruskan kuliah nya,namun ia juga sudah mencoba mendirikan cafe di daerah Jakarta. Wanita mana yang tak tertarik padanya.

"Ehh elu bang,tumben udah pulang jam segini?" Tanya digo yang masih fokus menatap lurus ke depan

"Hmm iya,gue ngerasa capek aja hari ini" jelasnya

"Mikirin apa lo?" Sambungnya

"Hmm engga" balas digo singkat

"Elahh dig,gue abang lo. Gue tau lo. Lo ada masalah di sekolah?"

"Gaada kok bang"

"Hmmm.. lo kenapa sih,masih aja lo betah sama sikap dingin lo yang sekarang. Ga kangen apa lo begajulan sama gue kayak dulu?" Digo tak menghiraukan pertanyaan atau lebih tepatnya pernyataan Radif,ia masih saja menatap lurus ke depan

"yaudah lah kalo gitu. Oh iya gue cuma mau ngasih tau lo aja. Tadi via dateng ke cafe gue" mendengar nama via,digo segera menoleh ke arah Radif.

"Dia ngajak lo ketemuan lusa di Taman kota jam 2." Sambungnya

"Ngapain sih dia nyariin gue lagi bang?"

"Yeelah mana gue tau. Emm,gue Kasih tau dah sama lo" Radif memegang pundak sang adik sebelum melanjutkan kalimatnya "saran gue lo temuin aja dia,lo jelasin ke dia apa mau lo. Kasian dia kalo lo ga dateng. Jam 2 kebeneran lo udah pulang kan,temuin lah walau cuma bentar"

"Gue males ketemu dia bang" ujar digo acuh

"Terus lo mau ngehindar? Lo mau jadi pengecut? Bego lo! Se kecewa apapun lo ke cewe,hargain juga. Dia udah usaha buat nyari lo" jelas Radif. Akhirnya digo mengangguk samar

"Yaudah gue ke kamar dulu,capek gue.." Radif bangkit dari duduknya. Namun sebelum benar-benar bangkit, ia mencelupkan tangannya ke dalan kolam renang dan menyipratkan ke arah muka digo,dan dia segera berlari dengan tawa membahana

"Anjir lo bang!!" Suara digo masih terdengar jelas di telinga Radif

"Hahaha"

***

Sisi sedang berada di balkon kamarnya. Menikmati angin malam yang sumilir menerpa wajahnya, menerbangkan setiap helai rambutnya.

Sesekali ia menyentuh pipinya.

"Kok gue deg deg an yah" gumamnya kembali menyentuh pipinya. Kemudian menurunkan tangannya lagi

"Terus,kenapa gue bisa seneng gini sih?" Lagi lagi ia menyentuh pipinya

"Ihh.. engga engga,paan sih lo sii. Lebay banget lo kayak ga pernah aja pipi lo di pegang ama cowo. Rega aja sering megang pipi gue,tapi gue biasa aja ga lebay kayak gini deh ihh" dia terus saja ngedumel,namun tanpa sadar juga sesekali ia memegang pipinya kembali

"Mba sisi,ini susunya" suara mba mi mengagetkan sisi,ia segera menoleh ke belakang. Di belakangnya sudah ada mba mi yang membawa nampan berisi segelas susu putih hangat untuknya

"Maaf ya mba sisi,mba mi maen masuk aja. Abisnya tadi mba mi panggil panggil ketok ketok gaada sautan. Yaudah mba mi masuk aja. Maaf ya mba sisi"

"Hihi gapapa kok mba." Sisi mengambil alih gelas yang berada di nampan yang di bawa mba mi

"Mama papa belom pulang ya mba?" Sisi bertanya di sela aktivitasnya meminum susu

"Belom mba sisi. Ibu sama bapak tadi nelfon ke rumah,katanya mereka masih ada yang harus di selesaikan mba" jelas mba mi hati hati. Mba mi tau,jika penjelasannya akan membuat sisi sedih. Selalu begitu

"Yaudah mba mi ke dapur dulu ya mba,susunya di habisin" mba mi meninggalkan sisi yang termenung tanpa menunggu jawaban

'Kenapa mereka selalu sibuk sama urusan mereka tanpa perduli kalo gue disini butuh mereka.' Batin sisi berteriak

***
Wohoo.. cemana?
Berantakan? Ga nyambung? Ga jelas? Hihi emang -,-

Jangan lupa votmen

Plis jangan jadi silentreader oke. Vote atau comen kalian berharga banget buat semangat ane nulis cerita yang ga jelas ini 😉

Tengkyu

-Prim-

[bukan] FriendZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang