"Caa?"
"Ca bangun sayang." Terdengar suara lembut memanggil namaku dan tangannya yang terulur membelai wajahku.
"Kak Jimmy, kakak udah pulang?" Ternyata Kak Jimmylah yang dari tadi mengusik tidurku.
"Kamu ngapain tidur disini? Bunda mana?" Tanya Kak Jimmy yang mengetahui aku tertidur di sofa.
"Eh iya ka aku ketiduran tadi habis main hihi. Emang bunda belum pulang ka?" Tanyaku balik.
"Kaka juga gak tau ca. Yaudah sekarang kan udah sore, mandi gih. Mainannya beresin." Suruh ka Jimmy lembut.
"Oh oke ka" Ucapku patuh mulai membereskan mainanku yang berserakan. Tak juga album foto yang aku kembalikan ke tempatnya.
**
"Jim, Icca mana?" Tanya Bunda malam itu yang sedang bersantai di ruang keluarga bersama Kak Jimmy dan Oma.
"Di kamar sepertinya bu, mau saya panggilkan?" Jawab Kak Jimmy sopan
"Em tak usah biarlah, gimana perkebambangan Icca?" Tanya Bunda yang tentu tertuju pada Kak Jimmy
"Kalau soal sekolah ada ketingkatan bu"
"Bagus, tetap bimbing dia Jim. Saya sibuk dengan pekerjaan. Sedangkan papanya pun sama." Jelas Bunda
"Rin, bukan sebaiknya kamu mulai memberi kesempatan buat Icca bertemu dengannya? Mungkin itu jauh lebih baik untuk psikologisnya Icca. Jangan sampai ia seperti kakaknya." Sela Oma yang mulai membuka suara
"Sayapun berpikiran seperti itu ma, tapi gimana dengan papanya? Apa Roy menyetujuinya. Kita kan tau sendiri selama ini yang bersikeras menyuruh kita diam itu dia." Ucap Bunda dengan nada lemah tak mampu berbuat lebih dengan keadaan ini
"Bagaimana Jim menurut kamu?" Oma beralih tanya kepada ka Jimmy
"Yang di katakan oma bisa juga di pertimbangkan. Tapi entahlah apa mungkin bisa?" Jawab ka Jimmy mengendikkan bahunya tanda pasrah
"Yasudah biar nanti saya bicarakan sama Roy, apapun keputusan dia saya berharap dia masih memikirkan perasaan anak2nya" Sahut bunda berdiri meninggalkan oma dan ka Jimmy ke dalam kamar.
Tak selang beberapa waktu papa pulang, wajahnya tak pernah berubah jika ia pulang, selalu terlihat begitu lelah. Wajar, papa orangnya pekerja keras, apapun yang ia kerjakan tak akan tanggung2.
Saat itu aku tak sengaja berpasasan dengan papa saat aku ingin ke dapur sekedar mencari cemilan. Aku hanya menyapanya dengan senyum ceriaku, ingin sekali aku bermanja dengannya, tapi aku tak berani. Lebih baik aku biarkan papa beristirahat."Ca, kok belum tidur?" Tanya papa kepadaku. Seketika aku menoleh ke arahnya, papa tersenyum lembut padaku.
"Hehe haus pa, papa baru pulang?" Tanyaku basa basi yang tentu sudah tau jawabannya.
"Iya sayang. Sini sama papa." Suruhnya padaku untuk menghampirinya yang kini sudah duduk di ruang keluarga
"Papa capek banget ya pa? Mau Icca ambilin minum?" Aku kini sudah berada di pangkuan papaku, ku lihat wajahnya berkeringat tak tega aku melihatnya.
"Ndak usah sayang, minta minumnya Icca aja boleh?" Tanyanya menatap botol minuman di atas meja yang tadi ku bawa
"Boleh dong pa, papa habisin juga gak papa. Ini pa" Ucapku tersenyum kecil menyodorkan botol minumanku.
"Hehe thank you sayang" Jawabnya mengambil alih botol minuman dari tanganku.
Wehwehh masih gak pede sama cerita abal2ku ini wkwk
Pot dong pot kakakss (muka melas ala meme:v)
