#1

19.9K 1.1K 29
                                    

#1 Life is about having fun

Malam ini pub tampak ramai dengan sekelompok mahasiswi cantik yang sedang melepaskan penat dengan kehidupan perkuliahan. Aroma alkohol dan dentuman keras musik menyeruak dibalik gemerlap pintu kaca. Semakin larut, semakin meriah suasana di dalamnya. Di bangku pojok ruangan, Savanah dan 5 orang temannya sedang asik menikmati malam selepas ujian Ilmu Penyakit Dalam. Mereka tampak bercengkrama sambil tertawa keras dan menjadi pusat perhatian pengunjung pub tersebut. Beberapa pasang mata dari para pria jelas-jelas memperhatikan gerak-gerik wanita-wanita cantik itu, menunggu untuk menerkam tepat pada waktunya.

Bagi Savanah, hidup adalah bagaimana kita menjalaninya dengan bahagia. Jadi untuk apa memikirkan masalah yang tidak kunjung berhenti jika masih ada kebahagiaan yang bisa diraihnya. Life is choice, dan pilihan Savanah adalah menjadi dirinya yang seperti ini, she doesn't give a shit with other people talk about.

"Savanah, sampai kapan lo gak mau cobain nih minuman? enak tau..." ujar Vega, sahabat karibnya sejak tahun pertama di bangku perkuliahan, yang terlihat mabuk. Ditangannya ada sebotol minuman beralkohol dengan bau menyengat.

Gadis itu menggeleng, sambil menjauhkan botol yang disodorkan Vega. Ia tidak akan goyah dengan prinsipnya. Boleh saja jadi anak bandel, tapi no drugs and drunk.

Daripada alkohol, Savanah lebih tertarik dengan pria. Jelas lebih banyak kebahagian yang bisa ditemuinya pada seorang pria ketimbang alkohol. Meskipun jutaan kali juga gadis itu dipermainkan oleh kaum adam tersebut, namun Savanah tidak pernah jera.

Bosan mendengar celotehan kawannya yang dalam keadaan setengah sadar, Savanah memutuskan menjajalkan dirinya ke lantai dansa. Penatnya akan hilang jika ia bergerak. Irama musik dan gemerlap lampu dansa menuntun Savanah untuk bergoyang dan membuat kelenjar pituitary-nya melepaskan hormon endorphin* yang lumayan banyak.

Pakaiannya yang cukup terbuka dan parasnya yang cantik mengundang beberapa lelaki untuk mendekat. Mereka tidak cukup menarik bagi Savanah, jadi gadis itu menolaknya. Kemudian seorang pria menghampirinya, matanya membulat begitu melihat wajah tampan pria tersebut.

"Hey, mau minum dan mengobrol di sana?"

Savanah memperhatikan lelaki itu dari ujung kaki hingga rambut. Jaket kulit campuran biru dan hijau muda keluaran terbaru Vallentino, jam tangan merek Armani, dan woven sneaker ala Marc Jacob. Classy, pria itu benar-benar tipenya. Sensasi testosteron yang ada pada lelaki itu terasa begitu kuat, membuat Savanah sedikit kehilangan akal dan ingin menghabiskan waktu bersamanya. Jadi ia memberikan senyum termanisnya dan mengikuti pria itu ke tempat bartender menyiapkan minuman.

"Sendirian?"

"Nope, temen-temen gue nge-drunk disana."

"Kamu gak ikutan?"

"Haha, nggak deh, makasih. Lo sendiri? kayaknya kita gak pernah ketemu disini sebelumnya, atau gue aja yang gak peka?" lagi-lagi Savanah menunjukan senyuman manisnya yang selalu berhasil di hadapan pria manapun.

"Aku baru datang ke indo minggu lalu, baru ada waktu luang sekarang untuk hilangin stres. Belum banyak tau tempat nongkrong yang asik, tadi di ajak temen ke sini katanya pub ini punya banyak koleksi cewek manis, dan dia benar, aku menemukan satu disini."

"Haha, you're so lucky!" Savanah menyeruput minuman tanpa alkohol yang sudah dipesannya. "Ngomong-ngomong lo ini half blood prince ya? aksen lo masih kentel banget, logatnya orang luar."

Pria itu menautkan alisnya mendengar kata half blood prince yang diucapkan Savanah, kemudian tertawa. "Ya, aku keturunan indo jepang, harusnya kelihatan dari mataku ini."

"Hajimemashite, Watashi wa Savanah desu**" Savanah memperkenalkan diri seraya membungkukan badan layaknya orang Jepang.

"Haha, Savanah, nama kamu bagus. Pronounce-nya juga bagus. kamu bisa bahasa jepang?"

"Ngg... ngga sih sebenernya haha, cuma pernah denger aja. oh ya, lo ke sini dalam rangka apa?"

"Aku lagi kerja, kebetulan juga aku lagi melanjutkan risetku di salah satu prodi kedokteran di sini."

"Oh wow, lo ini dokter?"

"Yep, bisa dibilang begitu."

Ah memang sepertinya dirinya tidak bisa jauh-jauh dari para dokter kece. Bahkan di tempat seperti ini ada saja dokter muda tampan yang terpikat padanya. Yah meskipun ada sedikit bumbu 'geer' tapi Savanah tidak memungkirinya, terlihat dari tatapan matanya Savanah yakin pria ini tertarik dengannya.

drrrtt... drrtt...

Percakapan mereka terhenti oleh panggilan dari ponsel lelaki tersebut. Ia mengangkatnya kemudian berbicara dalam bahasa jepang yang Savanah tidak mengerti.

"Hey, sorry aku ada urusan mendadak, bisa minta nomer telfon kamu?"

"Ah, boleh."

"Thanks, kapan-kapan kita ketemu lagi ya, selamat malam Savanah." Lelaki itu meluncur pergi, meninggalkan Savanah dan angan-angannya.

Sedetik kemudian Savanah tersadar ia belum menanyakan nama pria tersebut. Ia pun lupa meminta pria itu me-miss call-nya. Bagaimana ia bisa bertemu pria itu lagi. Savanah mendesah kesal dan kembali menuju meja teman-temannya.

* : hormon yang dilepaskan ketika merasa bahagia
** : perkenalkan, nama saya Savanah

SAVANAH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang