Everyone is a moon, and a dark side which he never shows to anybody - Mark Twain
Caesar Bride
BAB IV
Leah merasakan lidahnya yang tercekat, sesaat ia membeku menatap separuh wajah keras itu yang diterpa cahaya sinar bulan yang remang.
Pria itu berujar lagi, lebih dengan suara serak dan berat dengan jeda yang mencekam, "Lagipula jika kau tak akan melakukannya, dari awal maka aku yang akan melakukannya, membunuhnya---- Raja Caesar-mu."
Hingga ilalang-ilalang kembali tertunduk tertiup angin malam atau sinar rembulan yang kembali menggelap tertutupi awan, Leah dapat menatap raut wajah itu terlihat begitu menakutkan.
Namun gadis itu tak dapat lagi bergerak mundur, Leah menatapnya sebelum mengepalkan tangannya di samping tubuhnya dan kembali bersuara, "Itu tidak akan terjadi karena aku akan melindunginya... aku akan melindungi Yang Mulia Raja Caesar dari orang-orang sepertimu," walau suara Leah terdengar lembut dan serak, tidak untuk matanya, mata kecoklatan itu memandang dengan sarat nyala yang tegas.
Pria itu tak bergeming, ia memandangi mata kecoklatan itu. Sinar rembulan yang kembali terlihat memantul menyentuh mata kecoklatan Leah. "Kau akan melindunginya?" nada suaranya terdengar berjeda berat dan kali ini entah mengapa Leah bahkan tak tahu apakah pria itu tengah mencemoohnya atau tidak.
Ekspresi wajah itu yang tadinya keras namun kali ini sama sekali tak terbaca.
Leah memandangi mata pria itu cukup lama sebelum ia berusaha kembali mundur perlahan, "Jelas. Melindungi suaminya adalah tugas seorang istri. Apapun yang terjadi pada Raja Caesar maka sebagai seorang istri, melindungi dan tetap bersamanya adalah janji yang telah kuucapkan pada saat sumpah pernikahan, maka sebagaimanapun negara Alexandria membenci Senan, aku tidak akan meninggalkan beliau hanya karena itu."
Sinar rembulan hanya menerpa separuh wajah keras pria itu namun seakan angin malam membekukannya disana, ia hanya tak bergeming, terdiam cukup lama bersama Leah yang tak lagi berusaha bergerak menjauh.
"Kau akan melindunginya? Tetap bersamanya...?" angin malam yang menurunkan tangkai-tangkai ilalang membuat suara rendah bagai bisikan pria itu tak begitu terdengar di telinga Valleah.
Gadis itu hanya mengernyit dan baru akan berbalik ketika ia mendengar suara-suara prajurit dari arah lapangan Jousting.
Angin dingin menyapu rambut panjangnya hingga menyentuh wajahnya. Dan Leah baru akan merapikan utaian rambutnya sebelum tangan besar dan keras itu menyentuh wajahnya dan kemudian mendekat, mendongakkan kepalanya hingga kedua bibir itu bersentuhan.
Hanya sekilas masih dengan mata Leah yang terbuka lebar dan mata hitam kemerahan kelam pria itu yang memandangnya dingin. Sebelum Leah bahkan dapat merespon, pria itu menjauhkan bibirnya perlahan.
Suara-suara terdengar dari arah lapangan Jousting, Leah baru mengalihkan pandangannya sejenak ketika menyadari bahwa beberapa prajurit bersama Kazim tengah berjalan menuju arahnya, melewati ilalang-ilalang tinggi yang menunduk tertiup angin. Angin malam yang dingin menyapu rambut kecoklatan panjang Leah. Gadis itu mengalihkan pandangannya dan sesaat pria tadi tak lagi ada dimanapun matanya mencari.
Hingga bias sinar rembulan kembali menyinari ilalang kekuningan yang tertunduk tertiup angin malam yang dingin. Meninggalkan Leah yang terpaku menyentuh bibirnya yang terasa begitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caesar's Bride
Romance"Pada hari dimana kau mengucap janji menjadi pengantinku, mulai saat itu kau adalah milikku." Hari itu, Valleah, putri dari kerajaan kecil Senan mengetahui tujuan hidupnya adalah menikah dan menjaga perdamaian antara negaranya, Senan dan negara Ra...