CB - 6

18.3K 2.2K 227
                                    

When you light a candle, you also cast a shadow - Ursula K. Le Guin

Caesar's Bride

BAB VI

Pagi itu semua barisan para tetua dan kepala pelayan istana berdiri di sepanjang karpet merah tebal yang membentang aula istana. Menunggu pengumuman pagi buta yang mengatakan bahwa raja akan bertitah.

Tak menunggu lama untuk mengetahui alasan keberadaan mereka di aula pagi ini. Seketika antek-antek itu membungkuk dengan hormat ketika Raja Caesar berjalan melewati karpet aula, dengan jubah raja yang menyentuh karpet, raja itu berjalan menuju singgasananya.

Berdiri di depan kursi singgasana, Raja Caesar menatap tajam para tetua dan pelayan yang kini memandangnya menunggu titah sang Raja. Dan mata itu memandang begitu dingin, sungguh emosi Raja Caesar sedang buruk hari ini.

Tak jauh darinya, Kazim sendiri terlihat berada disana berdiri di belakang kursi singgasana, mata menyipit tanpa tersenyum seperti biasa. Terlihat semua anggota inti kerajaan mendatangi aula pagi ini. Mendapatkan perintah bahwa sang raja akan bertitah, sungguh mengejutkan bahwa sesungguhnya Raja Caesar sendiri cukup jarang untuk mengumpulkan para antek-anteknya di pagi hari kecuali jika emosi beliau sedang buruk.

Karenanya tanpa menunggu basa-basi lagi, Raja itu bersuara memandang dingin para antek-anteknya.

"Seorang penyusup masuk ke dalam istana. Berniat untuk membunuhku dan juga mengancam sang ratu. Tidakkah mungkin seekor tikus dapat masuk ke dalam istana kecuali seseorang membukakan pintu untuknya?"

Suara Raja Caesar mungkin terdengar rendah namun suara itu cukup tegas untuk ukuran tubuh anak-anaknya dan entah mengapa cukup membuat para tetua, dan penjaga istana terlihat terdiam tak bergeming, memandangnya dengan pandangan terkejut dan bingung.

Tak mau menunggu reaksi lain dari para antek, Caesar melanjutkan, "Tidak akan ada pencuri yang akan mengaku, tentu saja, dan jika aku mengetahui siapa seekor pengerat di balik semua itu, aku tidak akan segan untuk memenggal kepalanya dan menggantungnya di menara utara, membiarkannya menjadi contoh apa yang akan terjadi jika kalian mencoba membelot padaku," dingin, lagi entah mengapa wajah tampan anak laki-laki itu terlihat tak masuk akal saat mengatakannya.

Beberapa tetua terlihat memandang Raja Caesar dengan wajah memucat, dengan pandangan bingung mereka kemudian berbisik pada rekan di sebelah, seakan bertanya-tanya siapakah musuh dalam selimut yang Raja Caesar maksudkan. Bisikan itu kemudian menimbulkan kekisruhan sejenak. Membuat aula itu mendadak terasa seakan gaduh.

Raja Caesar kemudian mendengus, ia masih berdiri di depan kursi singgasana memandang murka pada para antek-anteknya, "Diamlah!" seketika aula istana tak bergeming dengan hening. Tubuh kecil Raja Caesar seketika tampak tak masuk akal setiap kali ia bersuara.

"Tidak akan susah bagiku untuk mengetahui siapa dalangnya. Aku dapat memenggal kepala kalian semua. Dengan begitu takkan ada lagi pengerat dalam istanaku," tidak ada konfrontasi setelah Raja Caesar mengatakannya, dan dengan pelan tangan anak laki-laki itu kemudian terangkat memerintahkan mereka untuk kembali bergerak, "Pergilah, kerjakan tugas kalian."

Para tetua istana membungkuk, mereka kemudian berjalan berlalu pergi meninggalkan aula.

Caesar masih mendengus, ia tidak mengalihkan pandangannya pada sosok Kazim yang berdiri di belakang kursi takhtanya, dengan suara rendah kembali Raja itu bersuara. "Kazim." Suara Raja Caesar terdengar pelan.

Kazim yang berdiri di belakang kursi membungkukkan tubuhnya walau ia tahu Raja Caesar sama sekali tak memandang kearahnya, "Ya, Yang Mulia," jawab pria itu patuh.

Caesar's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang