Caesar's Bride
BAB X"Saya banyak mendengar tentang anda, Yang Mulia Pangeran. Di usia anda yang masih sangat muda, anda telah memimpin seluruh prajurit kerajaan Treno."
Pangeran Rudra menatap Kazim kembali sebelum ia melangkah memasuki aula istana. Pria itu masih berbicara seraya tersenyum dengan matanya yang menyipit sembari mendampinginya memasuki aula istana. Tak langsung menanggapi Kazim, Rudra lalu sekilas menatap Mulo, tangan kanannya itu kini berjalan di belakangnya menatapi Kazim dengan pandangan bosan.
"Tidak kuduga bahwa Alexandria banyak mengetahui informasi di luar sana mengingat Alexandria sendiri sangat tertutup untuk menyebarkan informasi." suara berat Rudra membuat Kazim mengalihkan pandangannya ke pangeran itu sejenak. Nadanya terdengar sedikit sarkas namun ekspresi Rudra menunjukkan hal berbeda, ia hanya memandang lurus, tampak tak peduli.
Masih dengan tersenyum Kazim lalu mengiringi pangeran Rudra untuk melewati koridor istana menuju aula, karpet merah nan tebal terbentang lurus disana, di sepanjang dinding koridor terpajang lukisan para raja dan ratu Alexandria dari waktu ke waktu yang berbaris rapi dengan wajah tampak penuh keagungan.
Mereka melewati lukisan-lukisan tersebut sebelum sampai di ujung, beberapa langkah sebelum Rudra kemudian menghentikan langkah kakinya untuk menatap sebuah lukisan yang terpajang di ujung setelah lukisan-lukisan pendahulu Alexandria. Pria itu tampak bergeming, menatap sebuah lukisan seorang gadis dengan mahkota tersemat di kepalanya membuat Rudra tertegun cukup lama.
"Apakah Anda mengenal Yang Mulia Valleah, Pangeran?" Kazim bertanya, menatap Pangeran Rudra yang menghentikan langkah kakinya, pangeran itu menatap tajam lukisan Ratu Valleah yang terpajang disebelah lukisan Raja Caesar di ujung koridor. Tatapan matanya tampak terpaku sejenak, hanya sejenak sebelum ia mengalihkan tatapannya.
"Tidak. Aku tidak mengenalnya." ujarnya dingin, lalu berjalan kembali menuju aula. Sekilas ia mengalihkan pandangannya dengan tajam kearah Mulo yang memandang kearahnya ikut berjalan tak jauh dibelakang.
***
Rudra berbohong jika ia mengatakan tak mengenal sosok gadis dalam lukisan tersebut. Tentu saja ia mengenalnya dengan baik, setiap lekuk wajah dan senyuman gadis tersebut. Ia mengenalnya. Valleah Adora Wilson. Putri bungsu kerajaan Senan. Tentu saja ia mengenalnya. Tentu saja. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan gadis itu.
Sejenak pria itu terdiam, ketika ia memasuki aula istana, aula tampak ramai dengan para bangsawan dari berbagai kerajaan di benua Wiland. Ia lalu memilih untuk mengasingkan dirinya di pojok aula setelah Kazim akhirnya mengundurkan diri meninggalkannya dan Mulo disana. Lalu kini Rudra mengalihkan pandangannya ke kaki tangannya itu dengan tatapan tajam.
"Apakah Raja tua itu mengetahuinya?" Suara Rudra terdengar pelan namun penuh penekanan dalam nadanya, ia menatapi kaki tangannya itu dengan mata kecoklatan penuh intimidasi. Sebelum kemudian ia mendengus, mencemooh situasinya saat ini. "Lucu. Tentu saja Raja itu mengetahuinya, karena itu ia menyuruhku untuk datang kesini, bukan."
Mulo yang berdiri disampingnya hanya dapat bergeming sebelum segera membungkukkan badannya, "Saya sungguh sama sekali tidak mengetahui apapun tentang itu Yang Mulia," ujarnya. Pria itu lalu menunduk lebih dalam. Walau ruangan aula cukup ramai namun ia dapat merasakan aura mengintimidasi dari pangeran yang sangat menakutkan. "Namun sepertinya Raja sama sekali tak mengetahui hal ini, karena negeri kita, Treno tak memiliki koneksi atau bersekutu lagi dengan Senan sejak perang terakhir."
Rudra bergeming. Benar. Sejak perang terakhir dan Senan mengalami krisis, Treno tak bekerja sama lagi dengan negera tersebut. Negara kecil yang tengah mengalami krisis takkan membawa keuntungan apapun untuk Treno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caesar's Bride
Romance"Pada hari dimana kau mengucap janji menjadi pengantinku, mulai saat itu kau adalah milikku." Hari itu, Valleah, putri dari kerajaan kecil Senan mengetahui tujuan hidupnya adalah menikah dan menjaga perdamaian antara negaranya, Senan dan negara Ra...