Candlelight Dinner? (1)

16 2 0
                                    

5. Candlelight Dinner? (1)

Gemini POV

Keesokkan paginya aku terbangun di kamar kak Flo. Aku masih ingat bahwa kemarin malam kami -aku, Jason, kak William, dan kak Flo- melakukan movie marathon di kamar kak Flo. Kulihat sekelilingku, kak William dan Jason masih tertidur pulas di karpet dan kak Flo dia juga sama. Kami menonton film sampai pukul setengah dua pagi, jadi maklum saja. Ketika ku mengalihkan pandanganku ke arah nakas disamping ranjang kak Flo, jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Tunggu, WHAT THE FUCK?! JAM ENAM?!

"WAKE UP!! IT'S SIX A.M!! OH COME ON!" teriakku.
Mereka hanya menggeliat sebentar lalu melanjutkan tidur mereka. Ah, persetan dengan semuanya. Lebih baik aku segera bersiap untuk pergi sekolah.

Aku langsung berlari ke kamarku dan mandi -ralat, cuci muka dan sikat gigi- setelah itu aku memakai seragamku dan merapikan rambutku. Ku jinjing tas sekolah dengan tangan kananku sementara tangan kiriku menggenggam iPhone ku.

"Pagi, sayang," sapa mom saat aku pergi ke ruang makan.
"Mom, aku berangkat ya," pamitku kepada mom.
"Eh, kamu enggak sarapan? Terus yang lainnya mana?" Tanya mom
"Masih tidur. Kak Jo udah berangkat?"
"Baru aja berangkat,"
"Ya udah kalo gitu aku berangkat ya, mom,"
"Kamu mau naik apa?"
"Taksi, mungkin,"
"Hati-hati, ya,"
"Bye, mom,"

Aku melangkahkan kakiku keluar pagar rumah. Sekali-kali mungkin aku harus berjalan kaki ke depan gerbang perumahan ini. Tapi, tiba-tiba saja, sebuah mobil sport putih berhenti disamping Gemini. Sang pemilik mobil pun keluar dari pintu pengemudi.

"Adli?!" Ya, dia Adli Devara Pratama, teman sebangkuku.
"Kok lo jalan sih, Min? Mobil lo pada kemana?"
"First, kak William sama Jason masih tidur gara gara kita movie marathon sampe pagi. Second, gue belum punya SIM dan gue gak bisa nyetir. Third, gue belum punya mobil sendiri. And last, gue jalan kayak gini gara gara kak Jo udah berangkat duluan ke sekolah," jelasku panjang lebar.
"Udah ngomongnya? Lo mau telat?" Tanyanya. Ih, nyebelin banget tau gak!
"Harus ya, gue jawab pertanyaan gak mutu lo itu?"
"Lo mau bareng gue gak?" Tawarnya.
"Makasih. Tapi gue bisa pergi sendiri. Lagian lo nyebelin sih. Gue bete sama lo!" Tolakku.
"Gak mau ya udah. Gue gak maksa kok," ucapnya sambil melenggang masuk ke dalam mobilnya. "Tapi gue jamin lo bakalan telat. Soalnya gak bakalan ada taksi di depan sana. Lo mau nungguin sampe lumutan juga gak bakalan ada taksi. Palingan juga kalo ada udah di reserve. Bye, jangan terlambat ya!"
Tuh kan, katanya dia gak maksa. Tapi dari kata-katanya itu dia maksa aku buat nebeng sama dia secara tidak langsung. Oke, aku nyerah!
"Stop! Oke deh, gue bareng sama lo,"
Seketika Adli langsung memberhentikan mobilnya. Aku melangkah masuk ke dalam mobilnya dengan malas.
"Ah akhirnya bareng gue juga kan lo?" Ejeknya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Aku hanya bisa menggerutu dan menyebutkan berbagai sumpah serapah untuknya.
"Lo nanti malem free gak?" Tanyanya tiba-tiba.
Aku menatapnya bingung. "Kenapa emangnya?"
"Gue mau ngajak lo jalan,"
"Ke?"
"Rahasia,"
"Kayaknya sih bisa. Tapi izin sama mom gak bakalan gampang,"
"Kalo masalah izin sih gampang. Nanti biar gue yang urus. Jam 7 harus ready ya,"
"Terserah lo lah,"
"Gak usah pake make up yang tebel,"
"Iya bawel,"
"Harus pake dress ya,"
"Emang mau kemana?"
"Rahasia dong. Biar surprise,"
"Up to you lah, Dli,"

_______________

Sampai sekolah usai, Adli tidak menggangguku sama sekali. Bahkan, dia tidak berbicara sepatah kata pun lagi setelah percakapan di dalam mobilnya.

GeminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang