Blue melangkahkan kakinya yang masih lemas menuju kelasnya. "Blue maafin gue ya" Flower berjalan di samping Blue dengan penuh rasa bersalah. Blue menghentikan langkahnya dan menatap Flower dengan tatapan yang sulit dimengerti. "Apa lo bisa diam sebentar? Apa lo bisa melakukan sesuatu yang lain selain minta maaf? Minta maaf itu tak dapat mengubah apa pun." Blue kini menatap Flower kesal. Sementara Flower hanya menunduk tak berani menatap wajah Blue yang sedang emosi saat ini.
Blue memejamkan matanya sekilas lalu melanjutkan langkahnya ke kelas. Hah.. Pagi ini sungguh awal yang buruk untuk menjalani harinya yang mungkin akan suram nantinya.
Blue menghentikan langkahnya di depan pintu kelas karena seseorang yang mungkin asing sedang memasuki kelas. Ia mendongak dan senyumnya kembali terukir di wajahnya.
"Liam?". Si pemilik nama menoleh ke Blue yang tersenyum senang di sebelah kanannya. Liam tersenyum tipis melihat Blue. "Eh Liam. Nanti duduk sama gue ya. Lu mau nggak?" Blue mencoba membujuk Liam sebelum orang lain mengajaknya duduk bersama. Liam hanya mengangguk sedikit dan memasuki kelas mendahului Blue. Sementara Blue tersenyum senang.
Saat Liam memasuki kelasnya, tak jarang murid di kelas Blue berbisik-bisik satu sama lain. Ada yang suka ada pula yang tidak. Sementara Blue menatap punggung Liam senang.
Liam menghentikan langkahnya. Ia membalikkan tubuhnya dan hampir saja menabrak Blue yang masih melamun. "Lu duduk di mana?" tanya Liam. "O-oh di situ" Blue menunjuk mejanya dengan dua kursi yang masih kosong dan terletak di pojok kanan belakang kedua dari barisan. Liam hanya mengangguk dan berjalan ke arah meja Blue. Blue tersenyum senang dan segera menyusul Liam. "Gua duduk di pojok ya" pinta Liam. Blue mengangguk senang kemudian ikut duduk di kursi Flower--di sebelah kiri Liam.
"Eh Blue gue duduk di mana?" Flower menghampiri Blue dengan nafas yang masih terengah-engah.
"Eh iya gue lupa sama lo. Maaf ya, Flo. Hmm.. Lo duduk di belakang aja". Flower hanya menghela nafas pasrah dan memutuskan untuk duduk tepat di belakang Blue.
Tak lama, wali kelas mereka yang merupakan guru Matematika memasuki kelas. Pelajaran matematika wajib di awal hari suram Blue sungguh membuatnya suntuk. Blue melirik ke Liam yang masih terdiam menatap wali kelasnya dengan tatapan kosong.
"Pagi anak-anak" sapa pak Jusuf selaku wali kelas mereka. "Pagi, pak" jawab semua anak dengan malasnya. "Semangat belajar?" seperti biasa, pak Jusuf memberikan pertanyaan menyebalkan yang hanya akan dijawab dengan kebohongan yang sulit diucapkan oleh anak didiknya. "Hmm" jawab semua anak serempak. Pak Jusuf yang merupakan guru ramah dan tidak suka memaksa hanya tersenyum mendengar jawaban jujur dari anak muridnya yang hampir semuanya malas. Sementara Liam hanya diam sedari tadi tak mengerti apa yang harus dilakukannya.
"Sebelum memulai hari yang cerah ini, bapak akan memperkenalkan teman baru kalian" ucap pak Jusuf seraya tersenyum manis menatap murid-muridnya.
'Cerah dari mana, pak?' batin Blue geram.
Yah, hari ini memang bukanlah hari yang cerah untuk Blue seperti yang dikatakan wali kelas terkeceh di seluruh penjuru sekolah (katanya).
"Cewek atau cowok, pak?" salah satu teman Blue mengacungkan tangannya seraya menunjukkan deretan giginya. "Ye si Vino modus!!!" teriakan hampir setiap murid 11 IPA 2 langsung menghujat Vino. Sementara Vino hanya cengengesan.
"Dua-duanya" jawab pak Jusuf. "Mari nak silahkan masuk" ucap pak Jusuf seraya berjalan ke arah pintu.
Seorang gadis yang lumayan tinggi nan putih memasuki kelas. Wajahnya yang cantik dan blasteran Amerika-Indonesia mampu membuat seluruh kelas ricuh. Gadis itu tersenyum manis menatap teman-teman barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT
RomanceSetidaknya aku sadar, bahwa aku bukan siapa-siapa, selain orang yang kamu benci. ***