"Ekhem. Jadi, hari ini, gua akan jelasin apa saran gua ke kalian." Gray melipat kedua tangannya di atas meja sambil menatap Blue dan Flower bergantian. Sementara Blue hanya diam melamun dan Flower tersenyum senang mendengar ucapan Gray barusan.
Kini mereka bertiga berada di salah satu cafe dekat rumah keluarga Clifford. Kenapa mereka memilih dekat dengan rumah keluarga Clifford? Karena Blue harus segera ke rumahnya untuk mengikuti les private.
"Emang saran lo apa?" tanya Flower antusias.
"Hmm.. Gua udah dapetin data pemilik naskah asli dari buku-buku yang ada di perpustakaan." ungkap Gray.
Blue memukul meja cafe dengan keras. Ia menatap Gray ragu dan heran. "Hah?! Apaan?! Segampang itu lu dapetin data itu?!?! Darimana lu dapetin data itu, hah?!"
"Tenang, Blue. Duduk dulu. Dengerin Gray dulu." Flower mendudukkan Blue kembali ke kursinya.
"Maaf ya, Blue. Kalo lu nggak percaya sama gua sih gapapa. Tapi, yang jelas, gua dapetinnya nggak segampang yang lu bayangin. Data ini, gua cari selama satu setengah bulan. Tiap hari gua cari alasan ke guru supaya mau kasih buku kenangan dari tahun awal sampai yang baru lulus. Akhirnya mereka kasih. Dan setelah berhari-hari gua cari, akhirnya gua bisa dapetin data nya karena gua analisis bedanya. Pinter kan gua?". Jelas Gray panjang lebar.
Blue menopang dagunya. Ia masih ragu dengan pernyataan Gray. "Hmm. Iya lu pinter. Terus kok lu bisa tau itu data-data pemegang naskah-naskah yang asli?".
"Gua cari, Blue. Gua baca-baca peraturan pemilik naskah asli. Ada di modul waktu Musyawarah Perwakilan Kelas sebelum pemilihan Ketua OSIS. Coba cek lagi deh".
"Nanti gua cek." Blue menghela nafas singkat. Ia bangkit dari kursinya. "Yaudah, Flower. Gua duluan ya." Blue melangkah pergi meninggalkan Gray dan Flower. Mereka tau kalau pertemuan mereka sebenarnya tidak terlalu lama, karena Blue harus segera pulang ke rumah.
Keheningan menyelimuti Gray dan Flower. Pikiran mereka melayang entah kemana. Sesekali Flower menatap Gray yang melamun. Apakah Gray sedang memikirkan Blue sekarang?
"Gray? Jangan bengong!" tegur Flower.
"Ah iya" Gray mengerjap kaget. Ia menghela nafas berat. Pandangannya beralih ke seseorang yang berdiri di depan pintu cafe menatap Gray dan Flower sinis. Lebih tepatnya hanya ke Gray.
"Kenapa, Gray?". Baru saja Flower ingin melihat ke arah pintu cafe, tapi Gray sudah menahan wajah Flower agar tak melihat siapa yang berdiri di depan pintu cafe.
Tak lama, orang itu pergi. Membuat Gray spontan berdiri dan hendak menyusul orang itu. Perasaannya tak enak sekarang.
"Mau ke mana, Gray?".
"Ke rumah. Gapapa kan lu sendiri di sini?". Flower hanya mengangguk sebelum Gray benar-benar meninggalkannya.
Dengan langkah cepat bahkan bisa dibilang seperti berlari, Gray segera mengikuti arah jalan orang tadi. Pikirannya menjadi melayang ke 10 tahun yang lalu.
#FlashbackOn
Panas terik matahari semakin membuat siapa saja malas untuk pergi atau keluar rumah. Termasuk Gray yang masih berumur 6 tahun.
TING TONG
TING TONG
TING TONG
Dengan berat hati dan langkah yang malas, Gray membuka gerbang kayu yang tinggi dan besar milik keluarga Clifford. "Tiapa?" dengan mata yang disipitkan Gray mengangkat sedikit wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT
RomanceSetidaknya aku sadar, bahwa aku bukan siapa-siapa, selain orang yang kamu benci. ***