9. Takane no Tegami

116 17 0
                                    

Written by : ashleyarchoz

***

Hujan sore ini turun sangat deras seakan tak memperbolehkan orang-orang untuk keluar dari tempat berteduh. Jadi semua orang masih berkeliaran di koridor atau menunggu redanya hujan di kelas masing-masing dengan pembicaraan yang mereka sukai. Atau hanya sekedar membaca novel dan mengerjakan tugas yang sempat tertunda. Beberapa bahkan ada yang membuat video dan foto unik untuk sekedar membuang penat dan tertawa bersama. Sebagian lainnya memainkan HP, bermain game, dan tidur lelap. Suara air hujan yang jatuh dengan keras mungkin sangat menenangkan sampai sebuah kilat menyambar-nyambar dan membuat semua gadis berteriak ketakutan sambil menutup telinga, menghentikan aktivitas yang mereka lakukan. Begitu pula denganku. Aku terdiam sejenak dan terus menatap LN yang kubaca. Kemudian ramai lagi. Suasana yang tidak menyenangkan untuk membaca. Maka dari itu aku meninggalkan kelas dan pergi menuju ruang klub sastra klasik, klub yang telah kuikuti selama hampir setahun aku berada di sekolah ini.

Ruang klub sastra klasik cukup terisolasi dari ruangan yang ramai. Terletak di lantai tiga, gedung C atau gedung laboratorium dan penelitian yang tak mungkin ramai di saat seperti ini, sebelah ruang piano kuno yang hanya berakhir menjadi gudang penuh debu karena adanya ruang musik dan piano yang lebih baru di lantai dua, sebelah kiri ruangan biologi yang penuh tulang. Terdengar horror ya? Gedung C memang sangat sepi, keramaian terbatas hanya pada lantai satu sehingga suara langkah kaki pun terdengar nyaring atau musik yang diputar di sebuah ruangan sampai menggema di lorong lantai tiga.

Klub sastra klasik sendiri bukanlah klub yang terkenal seperti klub bola basket, klub bola sepak, klub bola voli, atau klub impian seperti klub drama, klub teater, dan klub host yang punya ruangan super-duper mewah di gedung B. Klub sastra klasik hanyalah klub sampingan yang tak terlalu diperhatikan bahkan klub ini pun tak punya kegiatan rutin selain mengikuti festival sekolah. Intinya klub ini adalah klub bebas tempat para anggota menghabiskan waktu luangnya dengan kegiatan yang mereka inginkan, kegiatan yang tak dapat mereka lakukan di klub lain. Maka dari itu aku menemukan para orang aneh di klub ini. Walaupun demikian, para member saling menghargai dengan hobi masing-masing dan tetap kompak dalam berpendapat. Dengan begini klub ini adalah klub yang sempurna, dimana semua komponen yang berbeda terdapat di dalamnya sehingga saling melengkapi satu-sama lain.

"Konnichiwa," sapaku saat membuka pintu geser ruang klub sastra klasik. Di dalam ruangan itu terdapat Satoshi-senpai, Eru-senpai, Kaname, Ryuu, Aika, dan Satomi-senpai. Mereka sedang asik menonton drama horror yang sudah dijanjikan Satoshi-senpai dengan volume yang digas pol. Drama horror di tengah hujan deras yang berkilat-kilat dengan mengingat lokasi ruang klub ini sungguh greget. "Wah! Drama yang itu," tanggapku kemudian menutup kembali pintu geser ruang klub. Aku menaruh tas di kursi dan novelku di atasnya kemudian ikut menonton film.

Teriakan menegangkan dan bisikan menyeramkan dari film itu membuat jantung berdebar-debar. Suara hujan sampai tak terdengar, episode demi episode dimainkan, dan tak terasa hari sudah semakin malam dan hujan sudah sedikit reda. Jadi sekarang saatnya untuk pulang.

"Wah! Benar-benar mendebarkan!" tanggap Satomi-senpai.

"Besok kita lanjutkan lagi," ujar Satoshi-senpai sambil ngulet-ngulet setelah mematikan laptopnya. Dia mengembalikan speaker klub pada lemari kaca di sebelah rak literature sastra yang bervolume lebih dari lima belas jilid.

"Akan kuceritakan drama ini pada Yuri," kata Kaname sambil cekikikan. Semuanya tahu apa yang ada di pikirannya. Dia berniat menakuti adiknya.

"Ah, sebaiknya jangan. Dia akan terus menyuruhmu mengantar kemana-mana dan itu merepotkan." Ryuu berkata sambil mengelap kaca matanya yang sudah berembun. "Hibiki, Eru-senpai, kalian tidak pulang?" tanya Ryuu dengan memandangku yang mencari-cari sesuatu di gudang klub sastra yang penuh debu bersama Eru-senpai.

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang