8.

77 5 2
                                    

"Kamu harus bisa jadi anak yang baik Jana, tanpa Ibu. Kamu harus hormat sama Ayah kamu, nurut sama semua yang Ayah kamu katakan. Ya Jana?"

Jana terbangun dengan napas terengah-engah. Sudut matanya mengeluarkan setetes air mata. Ia rindu Ibu. Jana mengerang sambil menenggelamkan wajahnya pada bantal Doraemonnya.

Kenapa Ibu pergi begitu cepat? Lalu kenapa Ayah seolah tidak peduli dengan Ibu? Pikiran itu terus menerus masuk ke dalam otak Jana, merasuk hingga ke relungnya. Tiba-tiba hp Jana bergetar.

Evan: Jan?

Dengan cepat, Jana mengetik balasan untuk Evan.

Jana A: ada apa Van?

Jana menghela napasnya. Jana telah bertemu dengan Gesha, seharusnya 'tugas' Evan pun sudah selesai. Tak ada lagi alasan untuk Evan tetap tinggal disisi Jana. Bukan berarti Jana risih dengan kehadiran Evan, hanya saja hati kecilnya merasa tidak enak pada Evan.

Jana tahu bahwa dirinya sulit menerima Gesha kembali. Gesha tiba-tiba menghilang dari kehidupannya, memporak-pondakan kehidupannya, membuat Jana bahkan tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Entahlah, relung hati Jana tidak menginginkan cinta. Cintanya telah hilang dibawa pergi oleh Ibu, Ayah dan juga Gesha saat itu.

Kejam. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perlakuan Gesha pada Jana. Jana tidak mengharapkan apa-apa pada Gesha saat itu, ia juga tidak berharap Gesha menjadi miliknya. Ia hanya ingin Gesha menghargai perasaan Jana pada Gesha. Apakah salah? Namun Gesha malah pergi tanpa ampun, meninggalkan Jana tanpa pegangan lagi. Ibunya pergi, Ayahnya juga pergi, lalu Gesha pun pergi. Jana sendirian.

Mungkin itulah yang dipikirkan Jana sebelum bertemu Evan.

Ya Evan.

***
"Janaaaaa"

"Jan??"

"Jana lo dimana? Gue masuk ya?"

Evan mondar-mandir mencari Jana diseluruh sudut rumah Jana. Kemana coba ni cewek?

"Ah, lo disini rupanya."

Jana mencopot headshet-nya kemudian menoleh kearah Evan.

"Ada apa Van?"

Evan duduk di samping Jana.

"Kagak, gue bosen aja dirumah. Jadi gue maen kesini deh,"

"Uhhh dasar datengnya cuman pas ada butuh doang!" Jana cemberut sambil menonjok pelan perut Evan. Evan hanya terkekeh.

"Lo lagi ngapain disini? Gue panggilin daritadi gak ada nyahut."

"Lagi merenung,"

"Ohhh gitu..."

"Van, gue mau nanya"

"Nanya apaan?"

"Kenapa lo baik banget sama gue? Selalu ada disisi gue selama ini? Padahal kan gue nyusahin."

"...."

"Van?"

Evan memandang Jana, menelisik setiap lekuk wajahnya. Memang benar apa kata Gesha, Jananya sudah dewasa. Jana bukan lagi anak SMP, anak ABG yang labil. Jana sudah dewasa.

"Kok malah liatin gue sih Van?" Ujar Jana. Evan tersentak dari lamunannya kemudian mengacak rambut Jana. Jana mengerang protes.

"Lo bakal tau saat waktunya udah tiba Jana."

"Kapan?"

"Nanti, ada waktunya."

"Jangan buat gue nunggu Van"

"...."

"Apa susahnya sih Van ngomong doang?"

"Susah Jana, ini lebih rumit dari yang lo pikir."

Jana menyerah. Bahunya terkulai. Ada apa sih dengan Evan? Apa susahnya ngomong?

"Van, lo nginep disini aja ya?"

***
Gesha celingukan didepan sebuah rumah berpagar rendah itu. Bener gak sih ini rumahnya? Batin Gesha. Gesha pun membuka pagar dan masuk ke pekarangan rumah tersebut. Ia mengetuk pintu rumah itu dengan hati-hati.

Tak lama ia mendengar suara langkah kaki dari dalam dan suara orang membuka kunci.

"Kamu?"

"He-hei..."

Melihat gerakan gadis itu akan menutup pintu, Gesha segera menahannya.

"Jana, dengerin gue dulu."

Jana menyerah.

"Gu-gue gak sengaja lewat deket sini. Ya terus gue sekalian ke rumah lo deh." Ujar Gesha sambil mengusap tengkuknya. Jana memandang Gesha dengan tatapan aneh.

"Kamu tau darimana rumah saya?" Tanya Jana. Gesha kelabakan.

"Gu-gue anu, anu..."

"Ada siapa Jan?"

"Evan?"

"Gesha?"

Jana yang melihat hal itu segera masuk ke dalam rumah dan membiarkan Gesha berdua dengan Evan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Evan dingin. Gesha mendesis.

"Harusnya gue yang nanya gitu sama lo." Jawab Gesha tak kalah dingin.

"Gue disuruh Jana nginep disini, nemenin dia." Ujar Evan penuh kemenangan.

"Yaudah, gue juga mau nginep disini." Ucap Gesha tak gentar. Ia tak akan kalah, bahkan dengan sahabatnya sedikit pun!

"Coba aja bilang ke Jana. Paling lo langsung diusir." Gesha mendecih tak suka. Ia kemudian menerobos ke dalam rumah dan menemukan Jana diruang keluarga sedang menonton tv.

"Jana, gue bolehkan nginep disini juga kayak si Evan?"

Jana menoleh terkejut pada Gesha. Gak salah ni cowok?

"Mau ngapain?" Tanya Jana.

"Ya gak apa-apa. Mau nginep aja. Boleh gak?" Jawab Gesha mantap. Jana menatap Gesha ragu.

"Boleh sih. Kamar tamu masih kosong kok satu lagi." Ujar Jana.

"Yaudah kalo gitu. Gue bakal balik kesini dalam waktu 1 jam. Bye Jana!" Gesha berlari keluar rumah, tempat Evan masih berdiri.

"Jangan terlalu seneng dulu Van. Gue bergabung ke 'pesta' lo!"

Lalala author ini update di hp jd maapkan yak kalo part ini pendek:'( jangan lupa vote sama comment oke? Byeeee:*

Analogi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang