Chapter 4

98 8 1
                                    

Kihyun POV
"Nongdamhajima (jangan bercanda)!" Sudah berapa kali aku meneriakkan hal ini,namun Hawon tetap tidak menjawab.

"Yaa!" Aku menaikkan intonasinya sementara Hawon keluar dari ruang tidur menuju ruang makan dan segera dia keluar. "Hawon-a! Kau mau ke mana?"
Aku terpana sejenak,kemudian aku mengambil tas dari atas kursi ruang makan dan cepat-cepat aku mengejar Hawon yang membuka pintu depan. Selain kesibukan kita berdua,tidak ada tanda kehidupan lainnya.

Solji,ibu kita tidur lagi setelah mengantar ayah dengan pagi buta untuk bekerja. Aku tidak tega membangunkan ibu karena masih kecapaian setelah mengantar ayah kerja.

Author POV
Kihyun masih kesal dengan ayahnya. Hawon dan ibunya baru saja datang,ia malah pergi untuk bekerja dan alasannya sungguh tidak penting.

Kihyun menyusul Hawon sedang menyusuri jalan setapak depan rumah. "Hawon-a? Mobilnya disini!" Kihyun memberi tahu sambil menunjuk mobilnya yang berwarnya merah yang kemarin membawa Hawon dan ibunya ke rumah ini.

Dari jauh hari,Kihyun meminta pada ayahnya supaya boleh diantar memakai mobil waktu hari pertama Hawon masuk sekolah. Kihyun selalu membayangkan semua teman cowok iri kepadanya karena memiliki saudara kembar yang cantik. Kecantikan Hawon pasti terus melambung jika Hawon turun dari mobil,bukannya berjalan kaki seperti ini.

"Hawon-a!" Kihyun berlari ke arah Hawon.
Jangan-jangan Hawon lupa? Ia sudah menyebutkan ini berkali-kali di email dan ingat dengan betul kalau Hawon sangat antusias mendengar idenya.

Hawon POV
Dalam waktu lama,Kihyun berhasil berada di sampingku. "Hawon-a,mobil..." Kihyun berhenti bicara saat aku menatap matanya dengan mataku yang melotot. "Kenapa? Kamu marah?"

Aku tidak menjawab. Kihyun meraih tanganku dan menggoyangkannya seperti sedang memegang tangan anak kecil. "Kenapa marah?" Tanyanya lagi.

Aku masih diam. Kihyun menggoyangkan tanganku semakin keras dan membuatku kesakitan. "Kamu benar-benar marah?"

Aku mengibaskan tanganku sambil berteriak, "Shikkeureowo (berisik)!"
Teriakanku membuat Kihyun sadar. "Hawon-a...jangan-jangan....ucapanmu di rumah serius?"
"Arah mana tempat halte bus-nya?" Tanyaku dingin.

Kihyun menunjuk ke kiri dan aku langsung berjalan meninggalkan Kihyun sendirian. "Hawon-a...yang dirumah tadi?" Kihyun berkata terbata-bata.

Aku berhenti,lalu menghela nafas. "Neo... dengarkan baik-baik. KAU BUKAN OPPA-KU. Dan kau tadi tidak salah dengar. Apapun yang terjadi,aku tidak mau seorangpun tahu kalau kita kembar. Arasseo?"

.........................................................
Kihyun POV
Sepanjang perjalanan ke sekolah,otakku memutar perkataan Hawon barusan. Semakin dipikir,aku semakin tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa adikku menjadi dingin? Apa sebenarnya kesalahanku? Sampai menjelang keberangkatan ke Daejon,Hawon masih membalas email-nya,bahkan mengatakan tidak sabar untuk masuk sekolah baru. Kenapa sekarang mood Hawon bisa berubah secepat ini?

Aku tidak bisa bertanya lagi pada Hawon,karena dia telah menghilang dari kerumunan orang yang berdesak-desakan di dalam bus. Kalau Hawon mau masuk mobil,mungkin suasana hati Hawon bisa tenang. Aku khawatir kondisi bus yang penuh sesak akan semakin membuat suasanya hati Hawon menjadi buruk. Apalagi dia terbiasa diantar mobil ketika dia berada di Busan.

Hawon justru naik kendaraan umum selama beberapa tahun terakhir ini. Bajaj atau apalah pasti membuat wajah Hawon kusam. Aku teringat hal itu dengan murung,membayangkan penderitaan adik kembarku itu.

Author POV
Siapa sangka,tak berapa lama setelah perceraian,bank tempat Solji bekerja telah gulung tikar. Solji berusaha mencari pekerjaan lain,namun berkali-kali lamarannya ditolak. Dan akhirnya,atas saran temannya Solji memutuskan untuk membuka usaha sendiri,yaitu katering. Keputusannya tidak tepat. Solji tidak terbiasa bekerja keras. Semangatnya untuk membangun sebuah usaha mandiri tidak bisa menghasilkan kesuksesan. Utang demi utang bertumpuk banyak,akhirnya Wonwoo mengetahui hal ini dan memutuskan untuk memboyong seluruh keluarganya ke Daejon.

Seandainya Kihyun tahu,ia pasti sudah pergi ke Busan. Kenapa ia mempercayai semua kabar yang Hawon ucapkan? Setiap kali Kihyun menyampaikan niat untuk pergi ke Busan,Hawon selalu mengatakan kalau ia dan ibunya tidak ada di rumah. Mulai dari mengikuti camping yang diadakan di sekolah,hingga kontes kecantikan yang diadakan oleh sebuah produk kecantikan. Sekarang,semua kabar gembira sudah jelas adalah sebuah alasan.

Ayahnya pun cuek sekali. Bahkan,tidak pernah terlintas di kepala ayahnya untuk mengunjungi Busan lagi. Yang ada adalah pekerjaannya saja. Kalau saja ayahnya bukan workaholic seperti itu,pasti perceraian itu tidak pernah terjadi. Memikirkan ini saja membuat Kihyun sebal.

Kihyun POV
Akhirnya aku pun turun dari bus,aku sudah mengambil keputusan. Aku tahu ucapan Hawon tadi bukan candaan. Ia harus memberitahu kenapa adikku tidak mau memanggilku 'oppa',bahkan ingin merahasiakan hubungan darah kita. Dengan kondisi seperti ini,aku yakin Hawon semakin membenciku jika aku terus bertanya. Tidak boleh ada yang tahu kalau kita memiliki hubungan darah.

Dengan tekad,aku membusungkan dada dan berjalan menuju sebuah gedung Daejon Kodeunghakkyo.

OPPA & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang