2. Aruna

5.4K 325 11
                                    



2. Aruna

Santai aja ya, guys ngikutin cerita ini. heheheh.... ^^,

Enjoy it!

====================================================================

Seorang gadis muda terlihat asyik merangkai bunga. Tak lama kemudian ia bangkit dari kursinya untuk menyambut seorang pengunjung laki-laki yang masuk ke kiosnya. Beberapa menit kemudian keduanya terlibat obrolan, sang gadis beberapa kali tersenyum sambil menunjukkan beberapa bunga kepada si pengunjung. Tampak si pengunjung manggut-manggut mendengarkan dan beberapa menit kemudian di tangan si pengunjung tergenggam sebuah bunga mawar berwarna kuning. Dan sesaat kemudian setelah menyelesaikan pembayaran, si pengunjung pun berlalu. Sang gadis pun mengantarkan hingga keluar kios dengan senyum yang masih terulas.

Semua pemandangan itu tak lepas dari pengamatan Edsel. Ia melihat semuanya dari dalam mobilnya yang sengaja terparkir tak jauh dari kios. Sejenak dihelanya napas dalam-dalam sebelum akhirnya ia menghembuskan napas perlahan.

Jadi dia yang namanya Aruna.

Aruna Dyani Putri.

"Jadi dia seorang penjual bunga," ujar Edsel sembari menoleh menatap Ami.

Kepala Ami mengangguk perlahan. "Iya. Itu miliknya. Aruna menyewa tempat itu untuk membuka usaha."

"Oh ya?" Dahi Edsel berkerut.

Ami kembali mengangguk. "Diantara ketiga anakmu, hidup Runa bisa dikatakan paling malang. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Dia hidup dalam pengasuhan keluarga bibinya. Tapi meski begitu, gadis itu memiliki tekad yang sangat kuat. Tak pantang menyerah." Ucap Ami menjelaskan.

"Tunggu! Apa maksudmu dengan Ibunya meninggal saat melahirkannya?"

Ami mendesah panjang. "Miranti terlalu muda saat mengandung Runa dan ia mengalami pendarahan hebat. Runa selamat tapi tidak dengannya."

Mata Edsel terpejam sesaat. Tadi ia bergegas menarik Ami untuk melihat ketiga anak-anaknya. Ia memang belum mengetahui detail kehidupan ketiganya. Baginya yang perlu dilakukan terlebih dahulu memastikan ketiganya benar-benar ada. Bukan tokoh rekaan.

Dan Ami membawanya pertama kali untuk melihat Aruna.

"Jadi ibunya bernama Miranti?"

Sejurus kemudian bibir Ami mencebik. "Aku berani bertaruh kamu tidak mengingat Miranti, Sel." Celanya kemudian. "Mantan kamu terlalu banyak ya!" lanjutnya masih dengan nada menyindir.

"Player, huh!"

Edsel meringis. "Kamu cukup kenal aku, Mi,"

"Terlalu kenal malah," sahut Ami sinis. "Seingatku dulu aku sering mengingatkan soal kebiasaanmu tidur dengan pacar-pacarmu kan? Selalu ada balasan untuk setiap perbuatan, Sel."

"Ya mana aku tahu kalau mereka hamil dan melahirkan anak,"

"Itulah dirimu yang sebenarnya, Edsel! Sombong! Nggak peduli." Ejek Ami kemudian. "Aku yakin kalau pun kamu tahu kehamilan mereka, kamu pasti menyuruh mereka menggugurkannya,"

"Ck, terkadang kamu dan Ayahmu sama persis."

"NGGAK!" Edsel berang sesaat. "Kami berbeda!"

"Oh ya?" Mata Ami menyipit. "Sejujurnya aku sangsi,"

Ami tahu sejak dulu ada perang dingin antara Edsel dan Ayahnya. Edsel tak pernah suka Ayahnya yang terlalu mengatur hidupnya, meski begitu Edsel sendiri tak bisa lepas dari kekuasaan Ayahnya. Ia tergolong anak manja saat itu.

THEY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang