13. Arabella

2.8K 254 0
                                    


13.

"Jadi lo anak orang kaya?"

Aruna mendengus. Ia baru saja menyelesaikan kisahnya pada Milly. Jauh di lubuk hatinya, Aruna mengucapkan terima kasih karena kemunculan sahabatnya mampu membuat Hira pergi dari kiosnya. Meskipun Aruna ikhlas memutuskan takkan lagi berhubungan dengan Hira, tetap saja kedatangan pemuda itu membuatnya gusar. Demi Tuhan, tak mudah kan melupakan perasaan pada seseorang yang sangat kamu cintai bukan?

"Entah kenapa gue nggak suka dengernya ya,"

Milly tergelak. "Ck, akui sajalah." Kekehnya sejenak sebelum kemudian terdiam dan menatap Aruna sedih. "Ehm, soal Hira gue...,"

Kepala Aruna cepat-cepat menggeleng, membuat ucapan Milly terputus. "Jangan kasihani gue, Mil. Gue nggak semenyedihkan itu."

Milly tersenyum lembut. "I know. Tapi simpatik boleh lah,"

Bahu Aruna mengedik. "Gue nggak tahu jalan hidup gue seribet ini, Mil."

"Nggak ribet ah," ujar Milly. "Lo aja yang dibikin ruwet mikirnya. Jalanin aja, Run. Syukuri aja lo jadi anak orang kaya. Setidaknya banyak mimpi lo yang bisa terwujud."

Dahi Aruna berkerut.

"Sekolah ke luar negeri, punya rumah singgah, punya usaha yang lebih gede, hmm apa lagi ya," Ucap Milly menambahkan. Sedikit banyak ia memang mengetahui cita-cita Aruna.

"Gue nggak sekaya itu. Lagian apa iya dia bakal ngasih gue duit sebanyak itu,"

"Iyalah! Lo kan anaknya."

"Hmm,"

"Lo nggak ragu kan, Run?"

"Ya nggaklah." Geleng Aruna. "Tapi entahlah, gue sendiri masih bingung sama cerita hidup gue."

Milly tersenyum. "Nggak usah bingung jalani aja."

Aruna mengangguk. "Ya ya ya. Oh ya ngomong-ngomong Hira berarti sekarang jomblo dong,"

"Iya. Jomblo kece," senyuman Milly melebar namun mendadak bingung."Eh, maksudnya apa ini?"

"Itu berarti lo ada kesempatan, Sayang."

"Ih, apaan sih! Nggak pen...,"

"Gue tahu kale lo juga sama Hira, Mill."

Mata Milly terbeliak seketika. Mulutnya ternganga. Aruna mengulum senyum simpul. "Gue juga kan cewek, Milly sayang."

"Engg—nggak gitu, Run gue..."

"Dia kakak gue sekarang. Right?"

Mendapati wajah memerah Milly, Aruna tersenyum tipis. Ia tak menampik jika hatinya teramat sakit karena perpisahan dengan Hira. Tapi mau bagaimana lagi, keyakinan Aruna menyatakan dirinya adalah anak Edsel juga. Hal itu berarti selamanya ia dan Hira tidak ditakdirkan menjadi pasangan. Jadi, Aruna berharap awa wanita lain yang pantas mendampingi 'kakaknya'.

Mungkin Milly bisa jadi pilihan terbaikkan?

Selain memang sudah mengenal baik Milly, Aruna tahu jika dulu sahabatnya pernah menyukai Hira. Hanya karena Hira lebih memilih mendekatinya, Milly mengalah.

"Berjuanglah, Kakak Ipar? Gue dukung 100%." Sahut Aruna lagi dengan mata berkedip. Sungguh, ia ingin mereka berjodoh.

***

Edsel mengernyit sejenak saat keluar mobilnya. Ada mobil lain yang terparkir di depan rumah, dan ia tak tahu milik siapa. Lagipula seingatnya hari ini ia tak punya janji bertemu siapapun.

THEY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang