First : You are...

65.2K 2K 27
                                    

"Dia? Dia bahkan tak bisa disebut gadis !"

"Harusnya dia sadar diri dong!"

"Menjijikan! Sana pergi! dasar hama!"

"Memalukan sekolah saja! Cewek kayak dia ga pantes disini!"

"Dasar, udah gendut, jelek, pasti koneksinya bagus bisa masuk sini."

"Heh, otaknya biasa aja gitu. Enak ya, pasti koneksinya lancar jaya."

"Aku suka sama kamu, mau gak kamu jadi pacarku Nay?"
"Nay...."
"Nay...."
"Nay...."

"Gue benci sama lo! Ini semua gara- gara elo.... Gak ada yang mau deket- deket sama lo ! Mati aja lo sekarang!!!"

"Arrrggghhhhh..........." Teriak gadis dengan peluh keringat deras di wajahnya.

Mimpi buruk sialan itu!

Aku mengusap keringat di wajahku dengan resah, mengambil obat penenang lalu menelannya bersama air putih yang berada di atas meja.

Mimpi buruk itu selalu datang sejak dulu, menghiasi malam malam ku dengan jeritan dan banjir keringat. Hah... Kenapa aku tak bisa tidur dengan tenang tanpa obat tidur ataupun penenang? Padahal aku juga butuh istirahat. Pikirku sedikit frustasi.

Matahari perlahan mengintip di balik ufuk timur. Aku meletakkan kacamataku diatas berkas-berkas yang menumpuk. Aku melihat jam diatas meja. Pukul 05.30, aku harus bersiap untuk lari pagiku. Mengelilingi komplek apartemen kecil yang aku tinggali selama sebulan belakangan ini. Tak banyak waktu bersisa ketika aku kembali ke apartemen setelahnya, aku harus bersiap berangkat kerja atau aku akan terlambat.

Namaku Mailandara Afara. Seorang gadis berumur 20 tahun, cukup aktif kurasa. Aku tinggal sendiri, jauh dari orang tuaku yang workaholic. Well, lebih tepatnya pekerjaan menuntut untuk tidak berdiam di satu tempat.

Aku memakai sepatu roda kesayanganku untuk menembus kemacetan kotaku hari ini dan tak ketinggalan earphone yang bertengger di kepalaku saat ini. Aku menyetel musik dengan equalizer dan volume yang tinggi pula, melenggang melewati trotoar di ibukota.

Ciiiiiiiiiitttttt.

Suara decitan ban mobil yang kencang mengagetkanku. Aku berhenti sejenak lalu menengok dengan malas, memperkirakan apa yang terjadi. Aku melihat mobil hitam impor itu mengeluarkan sedikit asap dan melihat pengemudi itu membuka dengan kasar pintu mobil.

"Hei, kau tak punya mata atau apa??? Kenapa kau menyebrang tanpa melihat lampu merah, HAH ?!!" Hardik pengemudi berkacamata hitam itu melangkahkan kaki panjangnya ke arahku. Aku hanya memandangnya dengan pandangan bertanya sambil menaikkan alisku satu.

"Hei! Kau tuli ya?!?!?!" Teriaknya keras sambil menghampiriku dan melepas earphone yang bertengger di kepalaku dengan kasar ke jalan aspal.

Prakkk.

"Apa tidak bisa kau melepaskannya dengan baik baik? Jangan merusaknya begitu! Dasar pengemudi gila!" Makiku hendak memungut earphone-ku yang patah.

"Hah! Itu pantas kau dapatkan, bukannya meminta maaf kepadaku kau malah memandangiku seperti tidak bersalah saja, Nona!" Balasnya dengan menahan amarah.

"Lalu, apa salahku?! Aku hanya lewat disini. Bukannya yang seharusnya sadar itu, KAU?!?! Pengemudi GILA!!! Mengemudi seenaknya di jalan raya. Oh, dan aku hanya melihat lampu hijau untuk penyebrang jalan, Tuan!" Bentakku tak kalah kasar.

Mr Hedonis For Me [LagiRevisi-MajorEditing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang