- 3. Possible

30 7 3
                                    

Aku duduk di kursi halte depan sekolah untuk menungggu bis. Tiba-tiba, seorang perempuan berkacamata hitam menghampiriku di halte, lalu membuka kacamatanya. Sasha. Always Sasha. "Lo ngapain di sini?" Ucapnya dengan nada sombong. "Nunggu bis, emang kenapa?" Jawabku polos. "Hush! Sana-sana! Ini tempat gue biasa duduk. Lo diri aja okay?" Sasha mengusirku dari bangku. Aku hanya menutup telinga dari dalam, pura-pura tidak dengar. "Heh, sana! Aku tarik tangannya nih!" Iya menatapku kesal dan mengancamku. Benar, ia menarik tanganku keras. Murid-murid di seberang dekat gerbang menatap kami heran. Akhirnya aku berdiri, dan Sasha duduk nyantai. Sabar Mar!

Bis datang dari arah kanan. Aku menghampiri bis itu. Kebetulan Sasha juga mau naik bis yang sama. Saat aku ingin masuk, Sasha menyelakku. Aku hampir saja terjatuh. "Maaf dek, bangkunya udah penuh semua." Ucap Pak kenek dengan mimik muka kasihan. "Sasha! Tunggu Sha!" Aku memukul-mukul pintu bis yang sudah mulai berjalan. Sasha tersenyum puas melihatku seperti ini. Lalu ia melambaikan tangannya dari kejauhan.

Hari menjelang sore. Aku sudah tidak menemukan bisa lagi. Aku pun terpaksa berjalan kaki. Jaraknya lumayan sih, 1 KM. Aku melewati jalan yang anker, jalan yang penuh preman, jalan yang gelap. Aku menghiraukan semua itu. Hanya satu pikiran, RUMAH. Oh, dua pikiran deng, RUMAH dan SASHA. Dahiku sampai basah penuh keringat. Aku masih berjalan sampai larut malam.

Mama is calling... Mama menelponku. Aku berhenti sebentar di halte. Ku angkat telepon itu. "Halo Mar. Kamu kemana aja belum pulang?" Suara mama terdengar khawatir.

"Eh, ng a-aku tadi sih mau naik bis. Tapi... ntar aja deh cerita di rumah."

"Cerita ke mama ya nanti. Ya udah cepet pulang!"

"Iya, udah mau sampe kok."

Aku bangun dari halte. Tiba-tiba, aku dihadang seseorang. Preman. "Heh mau kemana neng?" Rayu preman itu yang membuat aku curiga. Dengan sigap aku berteriak "Tolong! Tolong!" Tak ada satu orang pun mau menghampiri. Banyak yang pura-pura pergi, takut. Ia mengeluarkan senjata tajam berupa pisau. Aku sudah ketakutan, tapi otakku kembali mengeluarkan ide. AHA! Aku kan sudah belajar silat di SMP lamaku di Bandung. Aku pakai cara ini untuk melumpuhkan preman. Ku tendang perut si preman itu sampai terkapar. "Yess! Alhamdulillah." Aku pun segera pergi meninggalkan preman itu.

__

"Aku pulang ma!" Ucapku lemas. "Eh, Mar pulang." Ucap mama tergopoh-gopoh dari lantai atas. Aku tepar di sofa. "aduh buka dulu tasnya, terus mandi." Mimik mama masih khawatir. Aku mengangguk pelan. Setelah mandi, aku bercerita pada mama tentang kejadian tadi.

"Ma, tadi aku punya temen namanya Sasha. Orangnya nyebelin banget ish!"

"Nyebelin kenapa?" Suara mama bergema dari dapur.

"Makanya mama sini!" Aku menyuruh mama untuk menemaniku. Tangan mama masih basah sehabis mencuci tangan, lalu menghampiriku.

"Nah, kenapa dia nyebelin?"

"Nih, pertama, tadi di kelas dia ledek aku. Kedua dia sombong. Ketiga..." suaraku meninggi sampai mengagetkan mama. "ketiga, suruh-suruh aku. Keempat, pas aku mau naik bis dia nyelak aku. Padahal aku duluan naik. Terus kata keneknya 'maaf dek bangku udah penuh'. Terpaksa aku jalan dari halte ke rumah. Aku disamperin preman. Tapi aku masih inget teknik silat waktu masih di Bandung. Aku pake itu buat melumpuhkan si preman." Mama mematung, lalu memelukku erat, sampai-sampai air matanya keluar. You're so brave Maritza Andara! You're..." mama tidak kuat untuk berkata, masih menangis. "Eh i-iya." Aku heran pada mama, pura-pura ikut memeluk.

Mama melepaskan pelukannya, "Nak, kamu harus bisa melawan Sasha itu! Dulu mama juga pernah di bully sama satu orang. Namanya Alexa. Sekarang mama udah nggak tau kemana itu orang." Mama mulai bisa tertawa kembali. Aku hanya tertawa kecil. "kamu aja udah berani ngelawan preman. Masa ngelawan seorang BULLY aja nggak bisa?" Aku tertawa kecil sambil mengiyakan. Aku mulai tersadar dengan hal itu.

I shouldn't afraid with her. I can do it as possible as i fight with a villain.



Tinggalkan jejak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang