Enggar tau,ia sangat membuat sahabatnya kecewa. Apalagi ini bukan kali pertamanya ia mengingkari janjinya kepada Mella. Ia lupa. Sangat pelupa.
Namun percuma,Mella pasti tidak akan menegurnya seperti kejadian yang lalu-lalu.Tapi bukan Enggar namanya jika ia akan menyerah begitu saja. Apalagi ini soal Mella,sahabatnya sejak TK. Bahkan sekarang Enggar dengan cekatan membuatkan makanan kesukaan Mella. Padahal ia tidak ahli masak memasak,namun karna ia dibantu oleh Mamanya,masakannya pun jadi nikmat.
Enggar mengecek lagi makanan yang telah jadi itu. Mella sangat suka oseng-oseng tempe. Entah sejak kapan,Enggar juga mulai menyukai makanan tersebut. Padahal dulu ia sangat tidak suka tempe. Karena paksaan dari Mella,akhirnya Enggar menyukai makanan tersebut.
"Ma kira-kira Mella bakalan maafin Enggar gak ya?" tanyanya dengan polos
"Pasti dong sayang. Asalkan kamu usaha dan gak bakal ngecewain dia,pasti dia bakal luluh" jawaban dari Mamanya membuat Enggar percaya bahwa Mella akan memaafkannya.
"Yaudah aku pergi dulu ya Ma! Assalamualaikum" ucapnya pamitan kepada sang ibu.
"Hati-hati Gar,inget pesan Mama"
Enggar hanya mengacungkan jempolnya seraya mengayuh sepedanya ke arah rumah Mella. Kata Abang Deon,Mella sudah keluar dari rumah sakit.
Hingga akhirnya Enggar sampai di depan rumah Mella. Ia masih takut jika sahabatnya itu masih marah kepadanya. Namun disatu sisi ia harus meminta maaf kepada sahabatnya itu.
"Assalamualaikum. Mella oh Mella" ucap Enggar dengan lantang.
"Waalaikumussalam,widih Enggar pagi-pagi udah cakep aja" Abang Deo menjawabnya. Dan Enggar hanya nyengir kuda.
"Mellanya ada kan Bang?" tanya Enggar.
"Ada tuh di kamarnya,kamu masuk aja Gar"
Tanpa aba-aba Enggar segera masuk kedalam rumah tersebut,dan ia melangkahkan kakinya ke kamar seseorang yang di pintunya banyak sekali tertempel stiker minions.
Enggar segera mengetuk pintu tersebut dan mengucapkan salam, namun pintu tersebut tak kunjung dibuka. Hingga akhirnya Enggar melangkah masuk dengan mantap. Tapi,langkahnya terhenti ketika seseorang melemparnya dengan bantal. Yap,siapa lagi kalo bukan,Mella.
"Aduh La,belum juga duduk udah di lempar duluan. Mana ini bantal bau iler lagi,iyuh" Enggar hanya bercanda,ia tidak merasakan sakit. Ia sangat senang jika Mella sudah melemparkan bantal kepadanya,itu tandanya Mella sudah mulai membaik kepada Enggar.
"Lagian masuk gak pake salam gak ketok pintu"
"MasyaAllah La kamar kamu kok berantakan banget sih" Enggar tidak menjawab perkataan Mella,ia terlalu takjub dengan keadaan kamar Mella yang berantakan. Dimana mana buku berserakan,cemilan dan boneka minions Mella terbujur kaku di tepi ranjang.
"Kamu kenapa sih La?" Enggar tau Mella begini pasti karena sedang merasa bad-mood.
"No father" jawabnya.
"No father?" alis Enggar berkerut mendengar jawaban Mella.
"Gak papa Gar. Ih kamu kudet banget sih kita kan mau SMP kok kamu masih katro aja" Mella mengejek Enggar.
"Iya iya tau deh ntar lagi SMP terus ntar lagi dapet temen baru, terus aku yang temen lama pasti dibuang" Enggar menjawab dengan lesu.
"Ih enggak Gar! Kamu itu yang utama. Kamu sahabat aku,sampai kapanpun kamu tetep jadi sahabat aku" entah kenapa Mella seperti tertahan mengatakan itu.
"Janji ya La,sampai kapan pun,kamu tetep jadi sahabat aku?" jawab Enggar dengan senyuman lebar.
"Janji"
Keduanya saling bertatap dan berjanji dalam hati mereka. Namun keduanya berjanji yang berbeda.
"Oh iya La,hampir lupa" Enggar menepuk jidatnya
"Apaan?" tanya Mella dengan wajah penasaran
Enggar menyodorkan kotak makan berbentuk minions kepada Mella "Ini buat kamu La,semoga enak dan semoga gak sakit perut" Mella pun mengambilnya dengan wajah bersemangat. Ia segera membuka kotak makan tersebut.
"WAH DEMI LOVATO GAR?! INI OSENG-OSENG TEMPE KESUKAAN AKU?!" pekik Mella,yang di hadiahi anggukan mantap dari Enggar.
"Thanks ya kamu tau aja gimana caranya bikin aku gak bete lagi. Ayok kita makan bareng" penawaran Mella di jawab dengan anggukan dari Enggar.
Mereka makan dengan tawa yang tak henti-hentinya. Enggar selalu bisa membuat Mella kembali ceria.
****
Oke ini sangat aneh.
But,gua minta vote nya ya! c u<3
Cecan kalem^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think,I Love You
Novela JuvenilSahabat? Ya,mungkin. Aku harap,kita bisa lebih dari sekedar kata 'sahabat'. Karna takdir sudah membawa kita pada titik ter-aneh,dan itu hanya aku yang merasakannya.