(Four) Suasana Baru

19 3 2
                                    

Hari ini tepat Mella dan Enggar memasuki jenjang sekolah yang baru,SMP. Mereka sangat antusias menyambutnya. Mella sedang menunggu Enggar untuk menjemputnya. Ia sesekali memeriksa perlengkapan MOS nya.

"Pitanya udah"

"Topi udah"

"Dasi udah"

"Bekal makanan udah"

"Kantong plastik udah"

"Kaos kaki warna kuning udah juga,yang belum apa ya?" tanyanya lebih kediri sendiri.

"Yang belum itu si Enggar,mana kok belum dateng?" Mella menoleh ke belakang,dan tepat di belakangnya Bang Deo sedang berdiri mengenakan baju seragam SMA nya.

"Gak tau Bang. Mungkin aja macet," jawabnya "Eh tapikan dia pake sepeda ya Bang, gak mungkin macet rumahnya juga masih sekitaran sini" Mella menghela nafasnya.

"Ini udah jam 7 loh La,ntar kamu telat," Abangnya mengecek jam tangannya.

"Hmm.. iya sih Bang,tapi Enggar belum ngejemput Mella, gimana dong?"

"Berangkat sama Abang aja,yuk buruan Enggar gak nongol juga"

"Oke deh Bang," jujur saja Mella sangat kecewa karna Enggar tidak tiba juga menjemputnya. Padahal mereka sudah berjanji untuk berangkat bersama-sama. Tapi hingga Mella dan Abangnya berangkat,Enggar tak kunjung menjemputnya.

Mungkin Enggar lupa lagi,batin Mella.

----

Mella sudah tiba di gerbang sekolah barunya. Ia berpamitan kepada Abangnya.

"Inget berdo'a dulu La sebelum makan, cuci tangan terus minum secukupnya" Mella hanya tertawa geli mendengar ocehan Abangnya.

"Oh iya inget lagi,jangan nakal,jangan ikut genk pedes-pedesan, gak guna. Belajar yang bener, karna percuma kalo belajar yang rajin tapi gak bener" penjelasan Abangnya yang serius itu sontak membuat Mella tertawa keras hingga anak-anak yang berlalu-lalang melihatnya dengan pandangan aneh.

"Pokoknya dengerin kata Abangmu yang cogan ini La," Mella mengangguk mantap dan segera masuk ke dalam sekolah baru nya itu.

Mella mengedarkan pandangannya, meneliti satu persatu bangunan sekolahnya. Mella sangat kurang kerjaan.


Ia hanya mencari satu sosok yang tadi pagi tidak menjemputnya. Sebenarnya Mella bisa menelpon Enggar, menanyakan mengapa ia tidak menjemputnya. Namun Mella mengurungkan niatnya ketika melihat Enggar berada di taman sekolah, dan ia tidak sendiri. Ia bersama seseorang yang sudah jelas Mella kenal.


Kinan.


Entah mengapa Mella terlalu fokus pada mereka hingga ia tidak sadar air matanya menetes begitu saja. Sebenarnya Mella tidak ingin menangis melihat sahabatnya lebih akrab dengan orang lain. Tapi entahlah,rasa itu seperti; remuk.


Tidak. Mella tidak iri. Ia hanya merasa, terasingkan. Mungkin ini yang dinamakan baper. Ia terlalu baper atau mungkin terlalu sayang? Mungkin jawabannya adalah opsi pertama.


Dasar baper-an,rutuknya dalam hati.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Think,I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang