Kerja Kelompok.

274 17 5
                                    

"It's hard to pretend that you love someone when you don't, but it's even harder to pretend that you don't love someone when you really do."
-Anonymous-

••

"Assalamu'alaikum, Kamel," seruku setibanya didepan rumah Kamel.

Omong-omong hari ini hari minggu, sudah jelas sekolah libur. Karena sekolah libur, jadi hari ini kami—aku, Ravel, Kamel, dan Dirga akan mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, dan kami semua harus berkumpul di rumah Kamel terlebih dahulu.

"Wa'alaikumsalam" Pintu Rumah terbuka, nampaklah Abi Kamel di ambang pintu. "Eh, Arzel, masuk sini," ujarnya ramah seraya tersenyum padaku.

"Eh, Abi, apa kabar?" Tanya ku basa-basi seraya mengecup lengan Abi Kamel sopan.

Kembali, dilemparkan senyum ramahnya padaku, "Alhamdulillah baik, kamu sendiri?"

"Syukur, deh, kalo baik." ujarku padanya diiringi senyum simpul, "Alhamdulillah Arzel juga baik, Bi. Abi baru keliatan kayanya?" Tambahku seraya duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

"Iya nih, Zel. Abi baru pulang dari Dubai," Jelas Abi Kamel. "Abi panggilin Kamelnya dulu ya, Zel." Lanjutnya seraya berlalu dari hadapanku.

Lima menit kemudian, Kamel menghampiriku dengan tampang kucal nan kusut layaknya orang yang baru bangun tidur. "Ngapain dah lo pagi-pagi udah ngayap ke sini?" Katanya seraya menguap. Seakan-akan kedatanganku kemari hanya untuk mengganggu tidurnya saja.

Kuputar bola mata jengah, "Eh, kelingking babi! Hari ini kan kita kerja kelompok Bahasa Indonesia!" Dampratku seraya mendelik padanya.

Mata Kamel membeliak lebar, "Ah, ya, ampun! Gue lupa nyetttttt," Kamel menepuk dahinya berkali-kali seraya menyumpah serapahi dirinya sendiri.

Kugibaskan tangan diudara seraya mendelik padanya, "Mandi lo sono! Udah badan bau, bangun kesiangan lagi!" dengusku padanya yang dijawab dengan cengiran. Kemudian ia berdiri dan beranjak untuk mandi.

•••


"Assalamu'alaikum, Kamel cantikkk," Suara Dirga terdengar dari luar rumah Kamel, aku segera keluar menemuinya, dan kudapati Ravel tengah berada disamping Dirga.

Kupandang Ravel sekejap, lantas kembali mengalihkan pandanganku ke arah Dirga. "Masuk aja, Kamelnya baru mandi." kataku seraya berlalu masuk.

"Zel," Alih-alih duduk, Ravel malah memanggilku.

"Hm?" sahutku tanpa menoleh padanya.

"Keluar bentar yuk, gue mau ngomong." katanya pelan seraya beranjak.

Percaya atau tidak, firasatku mengatakan bahwa Ravel akan membahas tentang Kamel. Kalau boleh jujur, aku lebih baik hengkang ke planet lain. Aku tidak cukup kuat untuk merasakan patah hati. Bagaimana pembacaku, apa kau sependapat denganku?

Sesampainya kami pada halaman rumah Kamel, aku duduk dikursi yang ada dibawah pohon mangga. "Mau ngomong apa?" Tanyaku mendahului.

Ravel mengikutiku untuk duduk dikursi yang sama, dipandangnya aku secara terang-terangan. "Gimana?" ujarnya datar

"Apa nya?" Seperti orang tolol, aku justru balik bertanya padanya.

"Tentang Kamel. Lo udah coba-coba cari tau belum, dia suka apa enggak sama gue?" ujar Ravel dengan wajah tenang. Kalau saja akal sehatku sudah lenyap, akan kuhantam wajahnya dengan bogeman.

Kenapa? Kau tidak terima? Berhentilah menjadi pribadi yang munafik. Kalaupun kau ada diposisiku, kau pun akan berfikir demikian. Memangnya orang bodoh mana yang tak kesal jika orang yang ia sukai bertanya seperti itu padanya?

M e m e n d a mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang