Sun

75 17 5
                                    



And here I am, di pusat perbelanjaan yang biasa lo sebut mall. Gue cuman mau ngehilangin penat di pikiran gue. Hari yang kacau. Surat itu, ada lagi. Bertengger manis di loker. Tulisan tangan yang sama dengan warna yang sama. Tanpa membuka juga gue udah tau siapa orang aneh yang ngirimin gue kaya gitu. Di saat gue baru aja pengen ngebuka setengah dari surat itu, surat itu sudah dirampas dan dibuang sama Nino. Sebenernya gue sih bodo amat, cuman gue sempet liat sekilas isi surat itu "..... dekat Nino!!!! –L". Apa maksudnya? Ada apa dengan Nino?

Dan akhirnya di sinilah gue, melakukan me time yang sangat gue suka lakukan disaat mood gue jelek. Gue beli apapun yang mata gue anggap menarik. Keluarga gue, keluarga mampu yang punya banyak perusahaan dan anak perusahaan yang tersebar di dalam dan luar negri.  Tapi gue bukan orang yang gila uang dan hidup glamour. Gue jarang shopping – shopping yang terlalu gimana. Gue hanya melakukan ini semua di saat gue bt. 

Setelah gue capek dan bosen keluar masuk toko, gue memutuskan untuk pulang. Mood gue udah baikan, memang shopping cara ampuh untuk naikkin mood cewe.

Tapi setiap mood gue lagi bagus, ada ajA yang ngancurin kaya sekarang ini. Baju gue basah karena ke siram air dari cowo yang nabrak gue dan kalo jalan ngeliatnya ga pake mata. Awalnya sih gue biasa aja ga terlalu marah karena lo semua harus tau, si doi yang nabrak gue cowo GANTENG. Gue ga tahan lagi liat pesonanya. Muka ke barat – baratan dan gue yakin dia emang lahir disana, matanya abu – abu ga pake softlens, rambutnya tipis di pinggir kanan kiri dan yang tengah tebel yang diatur ke belakang pake pomade. Warna rambutnya dark brown. Mirip Chris Miles magcon. Bahkan lebih ganteng.

Di saat gue lagi asik – asiknya mandangin wajah gantengnya, suara nge bass menginterupsi lamunan indah gue.

"Gara – gara lo minum gue tumpah." ucapnya dingin

"Ha?" jawabku tergagu masih mencerna ucapannya dan setelah gue sadar apa yang dia bicarain emosi gue meluap – luap.

 "Lo sakit jiwa, mas? Jelas – jelas lo yang nabrak gue dan sekarang lo nyalahin gue." jawabku berusaha tenang

"Gara – gara lo berhenti tiba – tiba tau gak?!" jawabnya setengah berteriak tapi ada kilatan aneh di matanya. Tapi gue ga peduli

"Wah kegeser otak lu. Lu yang jalan sambil main hp dan pas lo nabrak aja masih sibuk sama hp lo. Lo harusnya minta maaf sama gue"

"Minta maaf? Ogah." dan dia meninggalkan gue yang masih mematung di tempat gue berdiri tadi

"Ganteng – ganteng kaya setan" ucapku sebal dan memutuskan untuk pulang

***

Pagi hari, embun pagi.

Langit biru yang indah.

Oh betapa gue mencintai pemandangan ini.

cekrik. cekrik. cekrik. Suara hp gue yang ngambil foto gue selfie dengan gaya (sok) imut menikmatin pemandangan dan langsung gue jadiin dp line.

"Dedek... apa yang terjadi dengan muka kamu di dp ini" teriak abang gue histeris

"Dedek... ganti fotonya abang geli liatnya. Lu masih ada aja sikap centilnya ya, gue kira sekarang cool – cool gitu" lanjutnya

"Dedak Dedek, gue lebih geli denger lo ngomong gitu" ucapku terkekeh sambil menghampirinya

"Ye durhaka lo, abang sendiri digituin. Sakit hati abang dek" ujarnya pura – pura terluka memegang dadanya

"Apa banget dah. Itu bunga punya siapa bang? Lu mau ngapel pagi – pagi? Rajin banget. Emang lu udah punya pacar kok ga bilang – bilang sama adek?" cerocosku

Ken yang gemas melihat tingkah laku adeknya yang menggemaskan ini mengacak rambut adeknya dengan sayang "Engga dek, ini buat Lo. Serem lo, jelek – jelek gini punya secret admirer hahaha"

"Ga ada suratnya atau post it apapun gitu?" tanya gue kebingungan mencari pesan dari sang pengirim, siapa tau ada.

"Ga, ga ada." ucapnya singkat dan meninggalkan gue sendiri

"Dasar aneh, cowo emang ya sukanya berubah – ubah ngalahin cewe PMS" gerutuku dan bergegas ke sekolah

Padahal, Ken sebenarnya menyembunyikan sesuatu.

Surat.

Pengirimnya memberi surat, tapi Ken yang sudah membacanya memilih untuk menyimpannya.

Karena Leon yang mengirim adiknya surat, dan dia ga bisa membiarkan adiknya jatuh lebih jauh untuk Leon.

***

Sesampainya di sekolah, mobilnya dan sebuah mobil yang lain berebut parkir. Hal ini mengharuskan Ryn keluar dari mobilnya untuk berbicara baik – baik kepada pemilik mobil bahwa ini tempat kepunyaannya.

Tok, Tok, Tok –Ryn mengetuk kaca mobil orang itu dan dia menurunkan kaca mobilnya yang membuat Ryn terlonjak kaget namun dengan cepat menetralisirkan ekspresinya seakan tidak pernah bertemu

"Maaf, kayanya lo anak baru di sini. Jadi gue kasih tau kalo di sini tempat parkir gue dan anak – anak di sekolah ini udah punya tempat parkir favorit masing – masing" ucapnya sabar

"Oh yaudah" jawabnya singkat

"Jadi lo bisa cari tempat yang lain ya. Di sana masih banyak yang kosong." ucap Ryn dengan senyum mengembang

"Gue ga mau pindah, gue suka tempat ini." ucapnya ketus dan menoleh ke Ryn yang membuat senyum Ryn pudar

"Yah tolong dong, ini tempat gue. Kalo lo mau di sini, seharusnya lo masuk sekolah ini dari kemarin – kemarin" jawab Ryn frustasi

Dia hanya terkekeh pelan yang membuat Ryn menegang melihatnya –Dia ganteng, batin Ryn.

"Senang bertemu lo lagi Ryn, orang yang mencak – mencak gue tabrak kemarin." ucapnya lembut dan langsung pergi mencari tempat parkir yang lain meninggalkan Ryn yang masih termenung. Sama seperti kemarin.

"Selalu bikn gue ga paham sama sikapnya" ucapnya lirih sambil mendengus dan memarkirkan mobilnya.

----------------------------------------------------------------------------------

Halo semuanya. 

Terima kasih sudah membaca part ini. Mungkin menurut saya, part ini lebih greget dari sebelumnya? Bagaimana menurut kamu?

Tolong tinggalkan kesan dan kritik/saran untuk saya dalam menyelesaikan cerita ini.

Part selanjutnya aku akan kasih foto - foto dari cast yang ada di cerita ini.

Terima kasih sudah mendukung cerita ini! :)



Never Forget YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin